Menyakiti,
melukai, membelah hati
Berapa
banyak sudah semua itu diulang-ulang, lagi dan lagi
Melakukannya
dengan kesengajaan dan penuh kesadaran diri
Selepas
itu lupa, seolah tak ada yang terjadi
Mengapa
kita selalu enggan?
Sekadar
mengaku bahwa kita telah berbuat kesalahan
Mengapa
kita selalu berkenan?
Mencari
jalan menuju pembenaran
Manusia
memang wadah salah dan lupa
Bisa
dimaklumi jika hanya sesekali saja
Namun,
bila maaf tak pernah keluar dari lisan kita
Masih
pantaskah menyandang status manusia?
Kita
hidup berdampingan dengan kesalahan
Tapi
kita tak pernah mau membuat pengakuan
Kita
hidup berdampingan dengan kesalahan
Tapi
kita justru selalu menyalahkan
***
Bukankah
kita hanya numpang lewat
Tatkala
Berangkat kerja dengan menyeruput kopi di pagi hari
Sambil
mengamati kepulan asap dari goa tempat tahayul?
Banyak
orang membaca tapi tidak membaca
Banyak
orang berbicara tapi tidak berbicara
Banyak
orang mendengar tapi tidak mendengar
Membaca
buku hingga menumpuk di kepala
Di
otak, di saraf, di sendi-sendi terkuat untuk apa?
Sedangkan,
diri tidak berani menjadikanya ladang rumput bergoyang
Acapkali
malah untuk mengakali, mengibuli, merendahkan, dan menjatuhkan
Mengukir
puisi, cerpen, opini dan lain sebagainya untuk apa?
Sedangkan,
orang banyak bicara lebih dihargai dan diikuti
Seperti
gambaran Musa adalah Guru Khidir yang merasa curiga dan tidak terima
Untuk
apa mendengar sebuah petuah yang pada akhirnya
Untuk
melawan dua malaikat yang tidak pernah mengepakkan sayap
Selagi lebih kasar, buat apa sekolah kalau untuk melawan orang tua
Barangkali
amnesia tidak sekedar penyakit, ia bisa lebih berbahaya
dari
pembunuhan berantai, berpedang, atau celurit
Yang
mencabik-cabik bangunan yang sedia kala disempurnakan
Untuk
dijaga dirawat dan dijadikan payung teduh
Atau
barangkali amnesia beneran untuk semua usia
Bahwa
kereta, bus, dan pesawat berangkat pagi subuh
Dan
tiba di sore hari, sedangkan pakaian yang dikenakan sebaliknya
Ini
halusinasi, imajinasi, fatamorgana, atau realita benar adanya?
Mungkin
aku, dia, kamu, kita, mereka tanya pada hantu saja.