Video gundukan tanah
menutup jalan dan disebut sebagai 'gunung pindah' di Kabupaten Kupang, NTT,
ramai beredar. Peristiwa tersebut ternyata longsor (Tangkapan layar video viral) |
Suara dalam video itu
disebut ruas jalan tertutup akibat 'Gunung Bergeser'. Dikutip dari detikBali
yang menyitat laman Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG), fenomena sebenarnya merupakan gerakan tanah jenis longsoran
bahan rombakan pada daerah tekuk lereng di bagian selatan jalan nasional.
Lantaran ruas jalan tertimbun longsoran, warga tidak bisa melintas dan
transportasi lumpuh.
Berikut fakta-fakta
bencana longsor di Takari, Kupang, NTT, yang disebut warga sebagai 'gunung bergeser'
yang dikutip detikBali dari laman resmi Badan Geologi:
Morfologi
Lokasi longsor berada di lembah
beÅŸar yang dibatasi perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam. Tampak
bentukan longsoran lama di bagian hulu dari lembah tempat terjadinya gerakan
tanah tersebut. Adapun daerah bencana berada pada elevasi sekitar 150 meter di
atas permukaan laut.
Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar
Kupang-Atambua, Timor (Suwitodirjo dan Tjokrosapoetro, 1996), lokasi bencana
tersusun oleh batuan dari Kompleks Bobonaro (Tmb), Formasi Batuputih (Tmpb) dan
Formasi Noele (QTn). Kompleks Bobonaro terdiri dari fragmen ukuran boulder,
matrik lempung berkandungan Foraminifera.
Formasi Batuputih
terdiri dari kalsilutit, tuff, sedikit marl dan batu gamping Arenit. Formasi
ini menjemari dengan Formasi Noele yang terdiri dari perselingan mari dan batu
pasir, konglomerat dan tuf. Struktur geologi di lokasi gerakan tanah sangat
intensif, terdiri dari sesar normal berarah barat-timur yang terpotong oleh
sesar mengiri yang berarah utara-selatan.
Kerentanan Gerakan Tanah
Mengacu pada Peta
Prakiraan Wilayah Terjadinya Gerakan Tanah pada Bulan Februari 2023 di Provinsi
Nusa Tenggara Timur (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi), lokasi bencana termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah
Menengah-Tinggi.
Itu berarti, wilayah tersebut mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk
terjadi gerakan tanah apabila dipicu oleh curah hujan yang tinggi/di atas
normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir,
tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat
aktif kembali.
Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah
Menurut Badan Geologi,
ada beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah.
Termasuk di antaranya kemiringan lereng yang terjal di sekitar lokasi gerakan
tanah.
Selain itu, pergerakan
tanah juga bisa karena pengaruh struktur geologi yang intensif. Hal itu membuat
batuan di daerah ini memiliki banyak bidang lemah berupa rekahan. Selanjutnya,
bisa pula karena kondisi batuan yang terdiri dari jenis batuan sedimen seperti
batu pasir, batu lempung, tuff, marl/napal, atau kalsilutit.
Faktor lainnya adalah
adanya morfologi longsoran lama yang menunjukkan indikasi gerakan tanah lama
yang aktif kembali. Demikian pula faktor tingginya curah hujan yang bisa memicu
gerakan tanah.
Badan Geologi juga mengeluarkan rekomendasi bagi masyarakat yang beraktivitas di sekitar lokasi bencana longsor untuk meningkatkan kewaspadaan terutama saat hujan deras turun dan sesaat setelahnya. Demikian pula petugas yang membersihkan material longsor agar senantiasa memperhatikan kondisi kestabilan material dan cuaca demi keselamatan kerja.*** detik.com