Paus Fransiskus: Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mesti Paralel dengan Tanggung Jawab dan Hati Nurani

Paus Fransiskus: Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mesti Paralel dengan Tanggung Jawab dan Hati Nurani



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Paus Fransiskus mengatakan bahwa saat ini gereja Katolik menghadapi tugas yang sangat besar dalam mengevaluasi etika teknologi baru, seperti kecerdasan buatan (AI) dan peningkatan kualitas manusia. Hal tersebut diucapkannya dihadapan anggota Akademi Kepausan untuk Kehidupan di Vatikan, (20/2/23).

Paus meminta akademi untuk memastikan bahwa pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin paralel dengan tanggung jawab, nilai, dan hati nurani.

“Percepatan teknologi baru yang cepat dapat menghasilkan konsekuensi yang signifikan bagi kehidupan manusia dan lingkungan yang tidak selalu jelas dan dapat diprediksi,” kata Francis.

Selain pertemuan tatap muka, akademi mengadakan webinar online gratis tentang “Emerging Technologies and the Common Good” dengan pembicara dijadwalkan untuk membahas konvergensi teknologi dalam nanoteknologi, bioteknologi, dan ilmu kognitif.

“Selama hari-hari ini Anda akan merenungkan hubungan antara manusia, teknologi baru, dan kebaikan bersama. Ini merupakan batasan yang rapuh, di mana kemajuan, etika, dan masyarakat berjumpa. Sekaligus bagaimana iman dapat memberikan kontribusi yang berharga,” kata Paus Fransiskus.

“Dalam pengertian ini, Gereja tidak pernah berhenti mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi demi martabat pribadi dan perkembangan manusia seutuhnya.”

Dalam pidatonya di akademi, Paus Fransiskus juga memperingatkan bahwa “teknologi tidak dapat menggantikan manusia.” Dia berkata bahwa adalah “godaan buruk” untuk membuat “yang maya menang atas yang nyata.”

“Jelaslah perkembangan teknologi semakin meluas setiap hari: dalam perbedaan antara ‘alamiah’ dan ‘buatan’, ‘biologis’ dan ‘teknologis’, kriteria yang dapat digunakan untuk membedakan apa itu manusia dan teknologi menjadi semakin sulit. Karena itu, refleksi serius tentang nilai manusia itu penting.” ungkapnya.

Selama sidang umum, akademi akan memberikan Penghargaan Penjaga Kehidupan 2023 kepada Magdalen Awor, seorang bidan dari Uganda yang bekerja dengan organisasi nonpemerintah Doctors with Africa CUAMM yang berbasis di Italia untuk memberikan pelatihan medis di Sudan Selatan.

Santo Yohanes Paulus II mendirikan Akademi Kepausan untuk Kehidupan pada bulan Februari 1994 untuk mempelajari dan memberikan informasi dan pelatihan tentang masalah-masalah utama hukum dan biomedis yang berkaitan dengan kemajuan dan perlindungan kehidupan.

Yang Mulia Jérôme Lejeune, seorang dokter anak dan ahli genetika Prancis yang menentang penggunaan tes prenatal untuk tujuan melakukan aborsi elektif. Ia adalah presiden pertama akademi tersebut, meskipun ia meninggal karena kanker paru-paru hanya beberapa minggu setelah pendiriannya.

Paus Fransiskus mengubah statuta Akademi Kepausan untuk Kehidupan pada tahun 2016, membatalkan persyaratan bagi anggota akademi untuk menandatangani deklarasi yang menegaskan bahwa dari saat embrio terbentuk hingga kematian, manusia yang sama yang tumbuh menjadi dewasa dan mati.

Statuta baru mengatakan bahwa para anggotanya dapat dari agama apa pun, meskipun mereka harus mempromosikan dan mempertahankan prinsip-prinsip mengenai nilai kehidupan dan martabat pribadi manusia, yang ditafsirkan dengan cara yang sesuai dengan Magisterium Gereja.

Tahun lalu, sebuah jurnal Katolik yang dikelola Yesuit mendapat kecaman lebih dari 50 organisasi untuk sebuah artikel yang mendukung bunuh diri yang ditulis oleh anggota Akademi Kepausan untuk Kehidupan.

Uskup Agung Vincenzo Paglia merupakan presiden Akademi Kepausan untuk Kehidupan sejak 2016.* 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama