Pose para wanita di Ume Ken' uf Kampung Kote, Desa Noemuti, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT saat melaksanakan Ritual Taniu Uis Neno, Kamis, 6 April 2023. |
Dukungan terhadap
Tradisi Kure ini diberikan mengingat tradisi tersebut
merupakan salah satu budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh
para leluhur Kampung Kote, Desa Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara sejak
zaman Portugis.
Tradisi Kure dalam
prakteknya merupakan sebuah kegiatan berdoa
dari rumah adat (Ume Mnasi) yang ada di Kampung Kote, Desa Noemuti, Kabupaten
Timor Tengah Utara.
Demikian disampaikan
Pastor Rekan Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus
Noemuti, RD. Tanner Uskenat, Pr kepada POS-KUPANG.COM, Minggu, 9 April 2023.
Mengingat Tradisi Kure
telah dilestarikan sejak zaman Portugis, kata Romo
Yanner, tradisi tersebut menjadi kesempatan bagi umat Paroki Hati Yesus Yang
Maha Kudus Noemuti mengenang Sengsara, Wafat dan Kebangkitan Tuhan Yesus
Kristus.
Menurutnya, ada
beberapa rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan Tradisi Kure
yakni pengambilan air, pembersihan atau pembasuhan barang-barang suci yang
diwariskan leluhur, dan berdoa bersama.
Romo Yanner berharap,
umat Katolik Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Noemuti khususnya
Kampung Kote, terus memelihara dan mewarisi Tradisi Kure ini turun-temurun.
"Terutama
diturunkan kepada anak cucu dan juga ini akan dilanjutkan terus menerus,"
tukasnya.
Sebelum
diberitakan, Umat Katolik di Kampung Kote, Desa Noemuti, Kecamatan Noemuti,
Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar
Ritual Soet Oe (mengambil air,) dan Taniu Uis Neno (membersihkan patung-patung)
pada Kamis, 6 April 2023.
Ritual Soet Oe dan
Taniu Uis Neno digelar pada hari Kamis pagi dalam rangkaian Tri Hari Suci
Umat Katolik di Kampung Kote, Desa Noemuti.
Ketika pagi-pagi pada
hari Kamis tersebut, sejumlah pria dan wanita dari masing-masing
Ume Mnasi (rumah adat) diutus ke Gereja Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus
Noemuti.
Setelah menerima
berkat dari Pastor, rombong ini kemudian bergegas ke Kali untuk menimba air.
Mereka membawa serta wadah berupa tembikar (periuk yang terbuat dari tanah
liat) yang mana pada bagian bibir tembikar ini ditutup dengan tempurung kelapa
yang telah didesain khusus.
Selain membawa tembikar,
utusan masing-masing Ume Mnasi baik laki-laki maupun perempuan mengenakan
pakaian adat tradisional setempat.
Saat berjalan ke Kali mereka
berjalan beriringan dan tidak saling mendahului. Setelah wadah berupa tembikar
masing-masing utusan Ume Mnasi tersebut penuh diisi air, mereka kemudian
kembali ke Gereja.
Semua air pada masing-masing
wadah tersebut kemudian diberkati oleh Pastor di Gereja lalu dibawa ke
masing-masing Ume Mnasi.
Ketika tiba di
masing-masing Ume Mnasi,
patung-patung peninggalan bangsa Portugis yakni Imam-imam Misionaris Dominikan
dikeluarkan lalu dibersihkan di depan tempat doa yang sudah didekorasi.
Setiap Patung
dibersihkan dengan cara-cara
dan proses yang unik. Patung-patung ini pertama kali dibasuh dengan air berkat.
Setelah itu, seorang wanita yang bertugas memarut kelapa, kemudian menggosok
patung tersebut dengan kelapa yang sudah diparut dengan perlahan. Patung-patung
ini digosok penuh hati-hati.
Seorang wanita
bertugas menghancurkan potongan
tebu (sepanjang jari telunjuk orang dewasa) menggunakan batu. Di mana tebuh
yang sudah dihancurkan dan berbentuk seperti kuas ini digunakan untuk
membersihkan bekas ampas kelapa yang masih melekat pada patung.
Pasca dibersihkan dan
disimpan di tempat doa, seluruh anggota keluarga di Ume Mnasi tersebut membasuh
wajah menggunakan air berkat ini.
Penjaga Ume Mnasi
Upbatan, Petrus Kosat ketika diwawancarai mengatakan, ritual Soet Oe dan Taniu
Uis Neno dilaksanakan sekali dalam setahun.
Para perempuan yang ada
di dalam Ume Mnasi bertugas mengambil air di kali dan membersihkan
patung-patung tersebut.
Air sisa pembersihan
patung tersebut kemudian digunakan oleh penghuni Ume Mnasi untuk membasuh wajah
mereka.
Hal ini menandakan
bahwa semua penghuni Ume Mnasi telah bersih lahir dan batin atau dengan kata
lain, air tersebut sebagai simbol penyucian diri.
"Kalau dulu-dulu
kan ada setan, jadi ini pagi kita cuci muka supaya setan itu jalan keluar dan
Tuhan yang masuk di kita punya rumah," ungkapnya. (*)