Belakangan ini, santer
terdengar berita mengenai alun-alun digital baru bernama Threads, aplikasi
buatan perusahaan Amerika Serikat, Meta Platforms. Adanya aplikasi Threads ini
menjadi oase bagi masyarakat di tengah keresahannya terhadap kebijakan kontroversial
yang dilakukan Twitter.
Medsos merupakan salah satu
senjata yang digunakan untuk bertempur dalam menghadapi hajatan pemilihan umum
(pemilu). Bertambahnya satu aplikasi medsos bernama Threads, berarti menambah
satu senjata politik yang bisa digunakan oleh parpol-parpol atau para kandidat
untuk bertempur mendapatkan suara masyarakat.
Kita memasuki tahun
politik, pelbagai upaya dipersiapkan oleh para partai politik (parpol) peserta pemilu untuk bisa
meraih dukungan suara dari masyarakat dalam menghadapi konstelasi hajatan
Pemilu 2024. Meskipun belum memasuki masa kampanye, nuansa-nuansa pesta
demokrasi aromanya sudah mulai tercium belakangan ini.
Berita-berita politik
mulai santer terdengar di media, baik media massa maupun medsos. Isu
copras-capres mulai menggema, sistem regulasi pemilu juga kerap
diperbincangkan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh elite politik pun serba
dikaitkan dengan agenda Pemilu 2024.
Medsos memiliki peranan
penting yang memungkinkan politisi untuk berkomunikasi dengan masyarakat dan
pemilih. Generasi muda yang akrab dengan teknologi pun sering kali lebih mudah
dijangkau melalui medsos dibandingkan media tradisional. Sehingga, politisi
bisa memanfaatkan medsos untuk memengaruhi pemilih muda.
Medsos bukan cuma media
satu arah, tetapi juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bisa
berinteraksi dengan politisi. Hal ini memberikan kesempatan bagi politisi untuk
mendapatkan umpan balik dari masyarakat.
Dengan analisis data
yang canggih, politisi bisa mengetahui pemilih, seperti apa yang paling mungkin
mendukung mereka dan fokus pada pemilih tersebut. Selain itu, menggunakan
medsos untuk kampanye bisa lebih menghemat biaya dibandingkan dengan melakukan
iklan di televisi atau radio.
Kita tahu, ada yang
namanya teori difusi inovasi, yang dikembangkan oleh Everett Rogers, berfokus
pada bagaimana ide dan teknologi baru menyebar melalui masyarakat. Ini
menunjukkan bagaimana inovasi diterima oleh masyarakat secara bertahap, mulai
dari inovator awal, diikuti oleh adopsi awal, mayoritas awal, mayoritas akhir,
dan akhirnya penolak terakhir.
Penggunaan medsos dalam
proses demokrasi—termasuk pemilu—merupakan sebuah inovasi yang perlahan-lahan
diadopsi dan diterima oleh masyarakat. Pada awalnya, inovasi ini mungkin
diterima oleh inovator dan pengadopsi awal, yang melihat potensi medsos untuk
meningkatkan partisipasi publik, mendidik pemilih, dan membantu mengawasi
proses pemilu.
Seiring berjalannya
waktu, penggunaan medsos dalam pemilu mungkin menjadi semakin mainstream,
diadopsi oleh mayoritas masyarakat, dan akhirnya menjadi norma baru dalam
pemilihan dan proses demokrasi lainnya.
Ini mencerminkan
bagaimana medsos telah membuka cara baru untuk berpartisipasi dalam proses
demokrasi, memungkinkan warga negara untuk lebih terlibat dalam dialog politik,
mengungkapkan pendapat mereka, dan memengaruhi proses politik.
Medsos pun telah
mengubah cara orang berinteraksi dan berbagi informasi dalam beberapa dekade
terakhir. Dalam konteks demokrasi, medsos bisa dipandang sebagai pilar kelima,
menambah empat pilar tradisional, yaitu legislatif, eksekutif, yudikatif, dan
media massa.
Medsos memungkinkan
individu untuk mengambil bagian dalam dialog politik dan mengungkapkan
pandangan mereka secara bebas. Ini meningkatkan partisipasi publik dalam
demokrasi dan memberdayakan mereka untuk berperan aktif dalam pembentukan
kebijakan. Informasi yang beredar melalui medsos bisa mengungkap kecurangan atau
korupsi, yang pada gilirannya memungkinkan tindakan korektif.
Medsos pun dinilai
sudah cukup efektif menjadi alat untuk mobilisasi publik, seperti yang kita
lihat dalam berbagai gerakan protes di seluruh dunia—termasuk Indonesia. Dengan
kemampuannya mencapai jutaan orang dalam hitungan detik, medsos dapat menjadi
katalisator (orang yang mengubah) untuk aksi sosial dan politik.
Hal ini juga
memungkinkan mobilisasi pemilih yang efektif, yang mana bisa dilakukan dengan
mengingatkan orang tentang tanggal pemilihan, memberikan informasi tentang di
mana dan bagaimana cara memilih, dan merangsang diskusi tentang isu-isu yang
berhubungan dengan pemilu.
Kemudian, medsos
merupakan sumber informasi yang penting dan bisa digunakan untuk mendidik
publik tentang isu-isu politik dan proses demokrasi. Ini bisa menjadi alat yang
sangat berharga untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang demokrasi dan
peran mereka di dalamnya.
Hal ini juga bisa
digunakan sebagai platform untuk menyediakan informasi yang akurat dan
berimbang tentang kandidat dan isu-isu, sehingga membantu pemilih membuat
keputusan yang lebih baik dan lebih berinformasi.
Akan tetapi, medsos pun
menimbulkan beberapa tantangan dalam konteks pemilu. Misinformasi dan
disinformasi bisa menyebar dengan cepat, dan ini bisa memengaruhi pemahaman
pemilih tentang kandidat dan isu-isu. Selain itu, polarisasi yang disebabkan
oleh "gelembung filter" bisa mendorong perpecahan dan konflik.
Ada juga masalah
privasi dan keamanan data yang perlu diwaspadai. Sebagai pilar kelima demokrasi
dalam konteks pemilu, sangat penting bagi pihak berwenang untuk mengendalikan
masalah ini dan memastikan bahwa medsos digunakan dengan cara yang positif dan
bertanggung jawab.
Untuk menangani tantangan
ini dan memanfaatkan peluang yang ada, dibutuhkan upaya yang kuat dari
pemerintah, perusahaan teknologi, media, dan masyarakat. Ini termasuk melawan
misinformasi dan disinformasi, mempromosikan literasi digital, serta memastikan
privasi dan keamanan data.