"Kami mendapati
masih ada anak yang tidak bisa baca, menulis, masih mengeja bahkan ada yang
tidak bisa bedakan abjad," kata Kepala Sekolah SMPN 11 Kota Kupang,
Warmansyah, Rabu 9 Agustus 2023.
Penelitian awal itu
dilakukan dengan bacaan, lalu pelajar diberi kesempatan untuk memahami bacaan
singkat. Hasilnya kecakapan mereka menanggapi bacaan beberapa paragraf
tergolong lambat.
Seharusnya, pelajar
yang memahami mengenai bacaan maupun membedakan abjad sudah diperoleh saat
masih di bangku kelas 1 dan 2 sekolah dasar (SD) atau kategori fase A, dalam
konsep Merdeka Belajar.
"Untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa, kami menerapkan assessment kognitif," kata
Warmansyah.
Pola ini mulai
diterapkan dua tahun belakangan ini atau pasca pandemi Covid-19. Pada tahun
pertama penerapan ditemukan belasan pelajar yang punya
kemampuan baca tulis tidak bagus. Bahkan, seorang siswa sangat sulit
membaca.
Keadaan yang hampir
sama ditemui pada tahun ajaran 2023. Dari 21 pelajar yang berkategori
tidak cakap baca tulis, satu anak nyaris tidak bisa baca dan tulis. Bahkan
untuk mengeja abjad, dari A - E. Selebihnya siswa itu tidak bisa lagi.
Sementara ada enam pelajar
yang lainnya tidak bisa membaca sebuah kalimat utuh. Perlu mengeja dengan pelan
agar pelajar itu bisa menyebut sebuah kalimat dengan baik. Sisanya,
menurut Warmansyah, juga memiliki kategori beragam seperti membaca harus dengan
pelan hingga menanggapi sebuah tulisan yang lambat.
Agar para pelajar
ini bisa lancar membaca, guru setempat memberi pelajaran tambahan. Lima
guru disiapkan untuk mendampingi puluhan pelajar itu. Sudah lebih dua pekan,
pendampingan dilakukan.
Pada pengalaman tahun
sebelumnya, belasan anak yang tidak baca dan tulis, dilatih atau diberi les
tambahan hingga empat bulan Hampir setiap hari guru memberi les bagi
siswa dengan kemampuan belum pada standar itu.
"Jadi orang tua
dalam hal ini, terbuka dan menyadari bahwa anak-anak punya kekurangan.
Permintaan kami ke orang tua, dukung kami, kalau ada kakak-kakaknya bisa bantu
baca dan tulis," kata dia.
Setelah melakukan
pendampingan dan memberi les tambahan, kata dia, siswa yang sudah cakap akan
dimasukkan kembali ke rombongan belajar bersama siswa lainnya. Saat ini, siswa
dengan kategori demikian harus dipisahkan dari rombongan siswa lainnya.
Idealnya, pelajar yang
berada di SMP sudah harus memahami dengan mata pelajaran yang diberikan guru.
Sebab, dalam ranah ini kemampuan siswa untuk memahami sesuatu sudah cukup
mumpuni.
Warmansyah tidak ingin
mempermasalahkan mengenai masalah ini. Tanggungjawab pihaknya adalah tetap
memberi perhatian dan pendampingan. Ia pun tak mau menyalahkan pihak
manapun.
Dia berharap agar siswa
yang masuk ke SMP sudah dalam keadaan proporsional untuk bergabung. Jika tidak,
guru di SMP akan cukup kewalahan karena harus menyesuaikan lagi dengan materi
belajar di SD dengan berbagai metode.
Dia menambahkan, siswa
yang bersekolah di SMP 11 rata-rata berasal dari Kelurahan Liliba dan Naimata
serta Penfui, di samping ada siswa yang berasal dari Kabupaten Kupang.
Tetapi, siswa yang
mengalami kecakapan baca dan tulis rendah, paling banyak berasal dari Kota
Kupang. Beberapa sekolah pendukung yang berasal dari beberapa kelurahan
terdekat, menjadi penyumbang lebih dari 300 siswa Kelas VII di SMP 11 tahun
ini. * poskupang.com