Beberapa bulan sebelum
pandemi Covid-19 menimpa indonesia di awal 2020, Jargon Revolusi Industri 4.0
di gaunakan tanpa genti di media dan para politis yang ingin melihat progref
yang tak kunjung berhenti.
Pentingnya revolusi ini
segera diimplementasikan dalam semua lini kebijakan negara, termaksud di sektor
pendidikan. Mengapa demikian? Menurut saya mungkin karena agar tidak kalah
bersaing dan demi masa depan bangsa indonesia, begitulah kira-kira slogisnya.
Dengan terpilih
pemeritahan yang baru, maka mereka menginisiasi stratup yang menawarkan
oembaharuan, mereka juga membawa konsepsi baru tentang arah pendidikan bangsa
kita, yang dinamakan 'Merdeka Belajar' dan jika di telusuri lebih lanjut
mungkin efektifitasnya belum terasa sampai sekarang.
Definisi merdeka
sendiri yaitu hanya mendaur ulang logika lama pendidikan yang hanya mendekatkan
diri pada logika pasar.Saya secara pribadi tidak ingin mengecilkan pentingnya
aspek paradigmatis dari pendidikan.
Kurikulum merdeka
belajar menekankan pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat.
Anak-anak dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin mereka pelajari sesuai
dengan bakat dan minatnya.
Menurut saya kurikulum
ini menempatkan sumber belajar itu tidak terbatas pada guru,buku tetapi juga
pembelajaran tentang kehidupan yang lebih luas.
Implementasi merdeka
belajar yang di buat oleh pemerintah, hanya akan berjalan efektif bagi
anak-anak di yang berada di kota. Karena dengan fasilitasi yang memadai baik
secara individual maupun kelompok, baik secara material dan juga Sarana SDM nya
juga bagus.
Misalnya siswa belajar
tentang ekonomi dengan pendekatan uitility dengan memanfaatkan pasar, para
siswa bisa terjun langsung kepasar atau mensimulasikan saja.Nah, mensimulasikan
membutuhkan teknologi, sedangkang di daerah terpencil saja hampir
sebagian besar belum ada listrik, jaringan dan mungkin tidak semua anak
memiliki handphone.
Para guru yang
menjalanjankan kurikulum merdeka belajar hanya kota-kota besar sudah mendapt
bimbingan, pelatihan dan pendampingan. Juga di lengkapi sarana penunjang yaitu
IT.
Nah, bagimana dengan
daerah-daerah yang belum mencukupi guru-guru yang berkopeten dan sarana
prasarana yang mendukung sumber belajar itu? karena tanpa fasilitas pendukung
seperti listrik dan internet, pelajar yang ada di daerah terpencil tidak
mendapat kesempatan dengan mereka yang berada di kota.
***
Tanjakan Beitara_Kateri
Medio Sabtu, 5 Agustus 2023