Ada angka kemiskinan yang hitung-hitungan
statistiknya—yang bisa saja jadi faktor utama penghambat program penghapusan
kemiskinan ekstrem di tahun 2024.
Seperti kita ketahui bersama, beras adalah komoditas
pangan yang menjadi salah satu penjaga kestabilan harga, Jika beras naik,
beberapa komoditas juga akan ikut naik. Alasannya sederhana: penyesuaian harga.
Mari kita melihat kenyataan. Direktur Pertamina
beberapa waktu lalu membeberkan bahwa Pertamina hanya akan memproduksi
Pertamax. Ini artinya Pertalite hilang atau dihapus. Dan dua minggu lalu, harga
pertamax sudah naik.
Jika itu terjadi, maka konsumen akan sangat terpukul
terutama mereka-mereka yang miskin dan setengah miskin. Harga Pertamax terendah
saat ini di kisaran Rp 13.300.
Misalnya kalau Pertalite betul-betul hilang,
maka semua moda transportasi akan menaikkan ongkos operasional. Sebagai efek
dominonya, harga barang yang sudah naik sebelumnya akan lebih terkerek lagi
dengan sadis.
Memang BLT akan tetap diberikan kepada rumah tangga miskin. Tapi apakah akan mampu
meng-cover kenaikan harga yang begitu tinggi?
Saya tidak yakin angka kemiskinan ekstrem bisa
ditekan sampai nol persen tahun depan. Malahan angka orang miskin akan
bertambah karena mereka yang tadi-tadinya berstatus hampir miskin akan turun
level ke kategori miskin. Dan, yang miskin ke miskin ekstrem yang entah berapa
puluh juta angkanya.
Sehingga mungkin pemerintah perlu untuk menimbang
semua faktor yang memberatkan masyarakat. Cobalah sekali-sekali bertanya
kondisi hidup masyarakat miskin dan hampir miskin. Sangat susah.
Uang seratus ribu saat ini, bisa beli apa? Apalagi
yang tidak punya penghasilan tetap akibat kemiskinan struktural yang sudah
sekian lama terjadi. Berat nian untuk menjangkau semua kebutuhan hidup.
Tentang subsidi salah sasaran di mana BBM subsidi
sering dipakai oleh orang mampu, saat ini zaman sudah sangat modern. Pasti ada
jalan untuk bisa membedakan orang kaya dan orang miskin.
Bahkan konon kabarnya orang kaya dan orang miskin
bisa dilihat dari mukanya sehingga untuk sekadar membedakan yang mampu dan
tidak mampu dalam pemakaian BBM, gampang saja. Banyak aplikasi yang bisa
digunakan.
Tanpa Pertalite hilang pun, daya beli sudah sangat
merosot. Apalagi jika hanya ada Pertamax yang harganya bikin enam pusing tujuh
keliling. Bertambah muramlah wajah-wajah anak negeri.
Sehingga mungkin kebijakan yang menyangkut hajat
hidup orang banyak sebaiknya ditimbang, dilihat baik-baik dan di buat analisis
SWOT-nya sehingga keputusan yang diambil betul-betul berpihak kepada rakyat.