Kemitraan untuk Pembelajaran yang ke-5 ini
menghadirkan perwakilan dari Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT),
Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi (Kemendikbudristek), Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur, serta Bupati/Wakil Bupati dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait
dari 22 kabupaten/kota se-Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan ini bertujuan menyajikan temuan kunci,
pencapaian, dan pelajaran yang dipetik dari program INOVASI di NTT dalam
kemitraannya bersama tujuh lembaga yang turut bekerja di Nusa Tenggara Timur
yaitu CIS Timor, Sekolah Abdi Kasih Bangsa, STKIP Citra Bakti, Suluh Insan
Lestari, Taman Bacaan Pelangi, Yayasan Literasi Anak Indonesia, dan Yayasan
Sulinama.
Sejak implementasi Program INOVASI di fase 1
(2016-2020) hingga di fase 2 (2020-2023), INOVASI bersama mitra pembangunan ini
menjalankan berbagai macam upaya yang fokus pada penguatan kualitas
pembelajaran siswa SD/MI kelas awal, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
di tiap daerah – mencari solusi lokal, untuk permasalahan lokal. Upaya-upaya
yang dilakukan melalui skema program hibah turut dilakukan INOVASI untuk
mendukung tujuan program, yakni mewujudkan perubahan dalam hal pembelajaran
literasi, numerasi, dan karakter siswa SD/MI dengan menekankan aspek kesetaraan
gender, disabilitas, dan inklusi.
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Kosmas Damianus Lana, dalam sambutan pembukaannya mengatakan bahwa pertemuan
ini menjadi kesempatan untuk mengkonsolidasikan upaya bersama dalam menghadapi
tantangan di NTT. “Standar pelayanan minimal di bidang pendidikan itu paling
rendah di NTT. Meskipun sudah banyak upaya dilakukan, capaian kita masih
rendah. Salah satu hal yang menyebabkan ini adalah kurangnya atau bahkan tidak
adanya laporan dari kita,” kata Kosmas, Sekda Provinsi NTT. Ia menggarisbawahi
perlunya menyiapkan tenaga monitoring dan evaluasi yang terampil sehingga bisa
menyampaikan data perkembangan yang ada kepada pemerintah pusat.
“Kita juga sudah punya master plan pendidikan (Grand
Design dan Roadmap Pendidikan dan Kebudayaan), tetapi baik Pemkab maupun
Pemprov punya Batasan wewenang sehingga melalui pertemuan ini, perlu kita bahas
bersama dan berkomitmen untuk menuntaskannya. Fokus kita sekarang adalah
membangun pola kemitraan yang lebih baik dan mengembangkannya ke seluruh
kabupaten dan kota, yang sangat diharapkan oleh tingkat kabupaten/kota untuk
mendapatkan inovasi dari pusat dan provinsi,” jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Badan Standar, Kurikulum,
dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kemendikbudristek, Suhadi, mengapresiasi peran
Pemerintah Provinsi NTT yang telah berhasil menghadirkan ekosistem pendidikan,
termasuk perwakilan Kementerian Agama, DFAT, Pemda kabupaten/kota, LSM,
Perguruan Tinggi, Pengawas, Kepala Sekolah, Guru, dan Peserta didik pada
kegiatan ini.
“Kami mengapresiasi upaya Program INOVASI dan mitra
non-pemerintah dalam mencari solusi lokal untuk meningkatkan mutu pendidikan
dasar di NTT. Kolaborasi ini adalah contoh nyata bagaimana prinsip Merdeka
Belajar dapat diimplementasikan dalam konteks daerah dengan tantangan unik,”
kata Suhadi, Sekretaris BSKAP.
Menurutnya, kolaborasi ini semakin dirasakan
manfaatnya saat pandemi COVID-19. Situasi darurat mendorong semua pihak untuk
memperkuat gotong royong. Kobolarasi yang baik antara kementerian, provinsi,
daerah, universitas, dan komunitas pada akhirnya mempercepat pemulihan
pembelajaran.
Hasil studi bersama yang dilakukan Kemendikbudristek
dan INOVASI selama tiga tahun, menunjukkan bahwa kurikulum yang fleksibel
mendorong pemulihan pembelajaran dua kali lebih cepat dibanding kurikulum 2013.
Metode pembelajaran yang menggunakan asesmen diagnostik, pembelajaran
berdiferensiasi, dan penyederhanaan kurikulum yang menitikberatkan pada
kemampuan dasar esensial seperti literasi dan numerasi berkontribusi kepada pemulihan
pembelajaran. Yang menggembirakan, faktor-faktor kunci ini menjadi
karakteristik dan prinsip utama dalam Kurikulum Merdeka. Temuan tersebut
dipublikasikan dalam buku “Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran”
yang diluncurkan pada Selasa (26/9) di Kemendikbudristek, Jakarta.
Counsellor for Human Development, Kedutaan Besar
Australia di Jakarta, Hannah Derwent, mengatakan keberhasilan ini adalah hasil
kerja keras dan kolaborasi yang terjalin antar berbagai pihak. Ia optimis
kemajuan ini akan berlanjut dan mendorong semua pihak untuk terus bekerja sama
demi pendidikan berkualitas bagi semua anak di NTT. (sipers adpim) *** nttsatu.com