Kosmologi Yunani Kuno: Bagaimanakah Orang Yunani Melihat Alam Semesta?

Kosmologi Yunani Kuno: Bagaimanakah Orang Yunani Melihat Alam Semesta?



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Kata kosmos sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata ini memiliki berbagai arti, seperti membuang dan menyiapkan, tetapi terutama untuk memesan dan mengatur atau membangun. Filsuf dan ahli matematika terkenal Pythagoras menggunakan istilah ini untuk menggambarkan tatanan alam semesta.

Awalnya, kosmos dipandang sebagai ciptaan ilahi, terbatas, dan bercabang dua, dibagi menjadi alam sublunar dan superlunar. Ide-ide ini didasarkan pada pemahaman supernatural tentang dunia.

Bersama Thales dan para filsuf lain pada masanya, para pemikir mulai mendalilkan alam semesta yang selaras dengan alam, berdasarkan sifat-sifat fisik dan alam. Dengan demikian, para astronom awal mulai mengamati dan menganalisis alam semesta secara empiris.

Pandangan Awal Kosmos: Thales dari Miletus

Dari sekian banyak filsuf Yunani kuno, Thales dari Miletus sering dianggap sebagai yang pertama. Tentu saja, dia adalah salah satu pendukung awal untuk penjelasan naturalistik untuk fenomena yang dapat diamati di alam semesta. Dengan demikian, Thales mengungkapkan dasar-dasar kosmos dalam istilah yang dapat dijelaskan oleh alam daripada mitologi atau spiritualitas.

Menurut Thales, air adalah sumber dari segala sesuatu. Dia percaya bahwa air adalah elemen utama yang menyusun kosmos dan segala sesuatu yang berasal darinya. Thales mengusulkan bahwa air adalah sumber kehidupan dan mengatur semua bentuk keberadaan dan transformasi semua materi.

Mengenai astronomi, Thales berpendapat bahwa Bumi mengapung di atas air. Oleh karena itu, bumi juga diyakini sebagai cakram datar. Dengan mengamati perubahan kondisi air, dan kemampuannya untuk menguap ke udara dan mengembun menjadi hujan, ia membuktikan peran sentral air di alam semesta.

Thales juga diketahui pernah memprediksi gerhana matahari secara akurat, yang menunjukkan pengetahuannya tentang geometri dan astronomi. Dia juga memperkenalkan konsep bola langit, bola imajiner yang mengelilingi bumi, yang terdiri dari bintang-bintang tetap dan benda-benda langit.

Pandangan-pandangan ini mendorong upaya lebih lanjut untuk merumuskan teori-teori tentang dunia alam melalui sifat-sifat fisik, bukan melalui penjelasan mitos atau supernatural. Para filsuf di kemudian hari akan mencoba alur pemikiran yang sama, di mana bumi, api, atau udara dipandang sebagai blok bangunan dasar kehidupan.

Awal Mula Kosmos Geometris: Anaximander

Anaximander dari Miletus adalah seorang filsuf dan astronom terkenal yang berada di bawah bimbingan Thales. Mengikuti gagasan gurunya, Anaximander juga mengusulkan substansi atau prinsip utama dari mana segala sesuatu berasal dan ke mana segala sesuatu akan kembali. Substansi dasar ini disebutnya sebagai Yang Tak Terbatas, yang ia yakini sebagai entitas abadi dan tak terbatas yang melampaui dunia fisik.

Meskipun karya-karya asli Anaximander tentang astronomi dan kosmologi telah hilang, namun pemikirannya diklaim kembali oleh para pemikir berikutnya, termasuk Aristoteles, yang melestarikan ide-ide sang astronom.

Alih-alih cakram datar, Anaximander meyakini bahwa Bumi berbentuk silinder dan berbentuk kolom. Lebih jauh lagi, ia mengusulkan bahwa Bumi tidak terpaku pada suatu tempat partikel, melainkan menggantung di ruang angkasa tanpa penyangga.

Menurut Anaximander, Bumi berada di pusat alam semesta. Di sekelilingnya terdapat serangkaian cincin konsentris yang mewakili benda-benda langit. Benda-benda tersebut termasuk Bulan, Matahari, dan bintang-bintang, yang masing-masing mengelilingi Bumi dalam cincinnya sendiri. Anaximander berpendapat bahwa benda-benda langit itu adalah cincin berapi yang diisi dengan udara yang terkondensasi. Benda-benda langit itu bergerak akibat arus udara. Penampakan mereka yang bervariasi, seperti fase-fase Bulan, disebabkan oleh cahaya Matahari.

Asal usul kosmos dipahami sebagai sesuatu yang terjadi karena proses pemisahan dan diferensiasi dari Yang Tak Terbatas, sebuah konsep yang telah disebutkan di atas. Alam semesta terwujud dari campuran purba antara panas dan dingin, yang darinya Bumi terbentuk di atas dasar elemen-elemen yang lebih padat yang tenggelam ke pusat.

Anaximander memberikan terobosan dan, yang mengejutkan, sering kali visi kosmos yang relatif akurat yang menekankan penjelasan naturalistik yang menandai pergeseran ke arah penyelidikan rasional dan ilmiah tentang sifat alam semesta. Ide-idenya diekspresikan dengan jelas berbeda dengan pandangan kosmologis sebelumnya yang mengandalkan penjelasan ilahi atau mitos.

Aristarkhus dari Samos dan Model Heliosentris

Sementara Aristarkhus mengikuti para pendahulunya dalam mencoba memodelkan kosmos berdasarkan metode observasi rasional dan empiris, pendekatan naturalisnya menuntunnya untuk menyimpulkan pemahaman heliosentris tentang kosmos, yang merupakan penyimpangan dari pandangan geosentris yang berlaku.

Oleh karena itu, Aristarkhus mengusulkan bahwa Matahari berada di pusat alam semesta. Bumi dan planet-planet lain diyakini berputar mengelilingi Matahari. Kesimpulan Aristarkhus sebagian besar didasarkan pada pengamatannya terhadap langit. Ia memperhatikan bahwa gerakan bintang-bintang yang terlihat konsisten dengan rotasi Bumi pada sumbunya, sementara gerakan planet-planet tampak lebih kompleks.

Lebih jauh lagi, Aristarkhus berusaha memperkirakan ukuran dan jarak Matahari, Bulan, dan Bumi. Dia menyarankan sebuah metode yang melibatkan pengukuran sudut selama gerhana bulan untuk menentukan jarak relatif dan ukuran benda-benda langit ini.

Aristarkhus juga membuat estimasi kasar rasio ukuran antara Bumi, Bulan, dan Matahari. Ia menyimpulkan bahwa Matahari secara signifikan lebih besar daripada Bumi dan diameternya 6 hingga 7 kali lebih besar daripada Bulan. Selain itu, ia juga menyatakan bahwa Matahari berada sekitar 19 kali lebih jauh dari Bumi daripada Bulan.

Terlepas dari model heliosentris revolusioner Aristarkhus, ide-idenya tidak diterima. Sebaliknya, pemikiran umum yang mendominasi astronomi sepanjang sejarah Barat adalah model geosentris. Karya Aristarkhus akhirnya ditemukan kembali dan dihidupkan kembali oleh para astronom setelahnya, terutama Copernicus, pada abad ke-16.

Model Eksentrik Hipparchus

Hipparchus dari Nicea adalah seorang astronom dan matematikawan Yunani kuno yang hidup pada abad ke-2 SM. Dia berinovasi dalam teknik observasi dan memperkenalkan konsep sistem magnitudo yang digunakan untuk mengukur kecerahan bintang. Meskipun filosofinya kurang dikenal, pendekatannya yang ketat dan sistematis terhadap penyelidikan ilmiah sangat berpengaruh.

Katalog bintang pertama yang komprehensif disusun oleh Hipparchus dan dinamakan “Katalog Hipparchus”. Katalog ini memuat posisi dan magnitudo sekitar 850 bintang. Sistem magnitudo yang digunakan untuk mengukur bintang berdasarkan kecerlangannya digunakan untuk mengkategorikan bintang. Karyanya sangat berpengaruh dalam perkembangan klasifikasi bintang di kemudian hari.

Hipparchus membuat kemajuan lebih lanjut dalam trigonometri yang digunakan untuk meningkatkan akurasi pengukuran astronomi. Dia berinovasi dalam teknik-teknik yang menjadi dasar dalam menghitung jarak dan ukuran benda-benda langit.

Penemuan lebih lanjut dibuat oleh Hipparchus yang merinci fenomena yang dikenal sebagai presesi ekuinoks. Teori ini menjelaskan bahwa posisi bintang dan ekuinoks bergeser dari waktu ke waktu, mengindikasikan bahwa sumbu rotasi Bumi perlahan-lahan bergoyang.

Akhirnya, upaya astronomi Hipparchus membantu menciptakan metode untuk memprediksi gerhana bulan dan matahari. Dengan menganalisis ketidakteraturan dalam gerakan Bulan, ia menciptakan model matematika yang dapat meramalkan terjadinya dan karakteristik peristiwa langit ini.

Seperti yang dijelaskan di sini, Hipparchus adalah salah satu dari sekian banyak astronom Yunani berpengaruh yang berusaha menjelaskan kosmos melalui formulasi matematika yang ketat dan pengamatan empiris.



Model Geosentris Ptolemeus

Claudius Ptolemaeus, yang dikenal dengan nama mononya Ptolemeus, adalah seorang astronom, matematikawan, kartografer, dan ahli geografi Yunani-Mesir yang berpengaruh yang hidup pada abad kedua Masehi. Visi geosentrisnya tentang alam semesta memiliki dampak yang bertahan lama dan mendalam pada pemikiran ilmiah Barat selama lebih dari satu milenium.

Filsafat Ptolemeus sangat dipengaruhi oleh tradisi filsafat Yunani yang dominan, terutama dari Aristoteles dan Plato. Mengikuti jejak para pendahulunya dari Yunani dan teori-teori ilmiah awal mereka, Ptolemeus berusaha mengembangkan model komprehensif tentang dunia alam berdasarkan prinsip-prinsip matematika dan data empiris.

Seperti Anaximander, sistem Ptolemeus menempatkan Bumi sebagai pusat alam semesta, dengan benda-benda langit yang tersusun dalam bola-bola konsentris di sekelilingnya. Sebuah tambahan inovatif terhadap model sebelumnya yang menyatakan bahwa, ketika Bumi tidak bergerak, benda-benda langit mengorbit Bumi dalam jalur melingkar sempurna di dalam bulatannya masing-masing.

Ptolemeus juga berusaha menjelaskan ketidakteraturan yang teramati dalam gerakan planet-planet dan dengan demikian memperkenalkan konsep epicycle dan equant. Menurutnya, setiap planet bergerak dalam lingkaran kecil yang disebut epicycle, yang pada gilirannya, bergerak di sepanjang lingkaran yang lebih besar mengelilingi Bumi. Pusat epicycle, lingkaran yang lebih besar, disebut deferent. Equant adalah titik yang terletak jauh dari pusat deferent tetapi secara simetris berlawanan dengan epicycle. Konsep epicycle dan epicycle memungkinkan untuk menjelaskan pergerakan planet yang tidak teratur seperti yang dapat diamati dari Bumi, seperti gerakan retrograde.

Penggunaan matematika yang ekstensif, seperti trigonometri dan geometri, memungkinkan Ptolemeus untuk menggambarkan dan menghitung posisi dan gerakan benda-benda langit. Dia selanjutnya mengembangkan teknik matematika, termasuk karyanya tentang trigonometri bola, yang dia gunakan untuk membuat prediksi dan pengukuran yang terperinci.

Almagest adalah karya Ptolemeus yang paling terkenal, yang secara harfiah berarti “Yang Terhebat”. Di dalamnya, ia menawarkan risalah komprehensif tentang astronomi yang mensintesis dan memperluas pengetahuan astronomi yang dikenal pada masanya. Karya ini terdiri dari 13 buku dan mencakup berbagai topik khusus untuk teori dan model kosmos. Termasuk di dalamnya adalah pengamatan, model matematika, dan tabel posisi planet. Almagest menjadi teks astronomi otoritatif di dunia Barat selama berabad-abad.

Secara keseluruhan, Ptolemeus adalah seorang pemikir monumental dalam memajukan studi astronomi. Meskipun model geosentrisnya terbukti salah, namun pengamatan dan kerja matematisnya yang cermat menempatkannya di antara model-model utama yang memengaruhi pemikiran astronomi, filosofis, dan ilmiah di masa depan. Terlepas dari keakuratan penemuannya, penekanan Ptolemeus pada pemodelan matematika dan geometri yang tepat menjadi preseden bagi penyelidikan ilmiah. Para astronom lain dapat mencontohnya, memberikan para astronom besar pada masa Renaisans dan Pencerahan alat untuk menyelesaikan model alam semesta yang kontemporer dan akurat.*

 


 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama