Ganjar tiba di STF Driyakara sekitar pukul 08.28
WIB. Setibanya di lokasi, Ganjar langsung naik ke lantai atas menggunakan
lift untuk bertemu Romo Magnis. Keduanya pun menggelar pertemuan tertutup.
Pertemuan Ganjar dan Romo Magnis berlangsung
sekitar satu jam 10 menit. Usai pertemuan keduanya menemui awak media.
Dalam pertemuan itu, kata Romo Magnis kepada
wartawan bahwa salah satu yang diperbincangkan adalah masalah
bangsa seperti korupsi dan kemerosotan etika demokrasi.
“Kami sebetulnya membicarakan bahwa Indonesia itu
masih tetap mempunyai masa depan yang cerah, tetapi kita harus mengatasi
masalah-masalah yang sekarang dirasakan, masalah seperti korupsi, masalah
kemerosotan etika demokrasi,” kata Romo Magnis.
Menurut imam itu, etika demokrasi Indonesia harus
kembali pada jalan integritas kejujuran.
Romo Magnis menegaskan, politik bukan ajang
untuk kontestasi menang-kalah belaka, melainkan untuk menyelamatkan Bangsa
Indonesia.
“Kita harus kembali kepada integritas kejujuran.
Perpolitikan itu bukan memenangkan kiri-kanan, orang, tetapi memenangkan,
menyelamatkan, memajukan Bangsa Indonesia dan itu yang kami bicarakan kurang
lebih tadi,” terang Romo Magnis.
Kendati demikian, Romo Magnis menegaskan, dirinya
tidak memberi pesan kepada Ganjar. Ia hanya berdoa agar tuhan selalu memberkati
Ganjar.
Dalam pertemuan itu, Ganjar diberikan dua
buku tulisan Romo Magnis, yaitu Etika Politik: Prinsip Moral Dasar
Kenegaraan Modern dan buku Iman dalam Tantangan.
Ganjar mengatakan, Romo Magnis meminta dia untuk
membaca buku itu. Sebab, menurut Romo Magnis buku itu bisa membekali
Ganjar dalam setiap langkah ke depan terkait politik bangsa negara.
“Saya senang mendapatkan cerita-cerita baik, cerita
etik, cerita moral dalam berbangsa, bernegara, bermasyarakat,” tutur mantan
Gubernur Jawa Tengah itu.
Ganjar kemudian ditanya apakah dalam pertemuan itu,
Romo Magnis memberikan dukungan kepadanya dalam Pilpres 2024. Dia pun menepis
hal tersebut. Ganjar menghormati Romo Magnis yang secara institusi gerejawi
harus netral meski dipastikan memiliki sikap secara pribadi.
“Beliau sebagai intelektual sebagai tokoh agama
tentu, beliau punya sikap pribadi. Tapi tidak boleh berpihak secara terbuka.
Karena itu menunjukan beliau juga secara institusinya netral, begitu ya.
Sehingga saya sangat hormat, ini seorang orang yang lebih muda datang kepada
orang yang lebih tua, meskipun rambutnya sama,” ujar Ganjar seraya tertawa.
“Beliau cerita soal kemiskinan dan akses kemudahan
menuju kesejahteraan,” tambah Ganjar.***