Genosida
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
genosida adalah pembunuhan besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa
atau ras.
Kata ini pertama kali digunakan oleh seorang ahli
hukum Polandia bernama Raphael Lemkin dalam bukunya yang berjudul “Axis
Rule in Occupied Europe” yang diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun
1944. Kata ini diambil dari bahasa Yunani, genos (γÎνος) yang berarti 'ras',
'bangsa' atau 'rakyat', dan bahasa Latin, caedere yang artinya 'membunuh'.
Pada masa modern, genosida merupakan satu dari empat
pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi Mahkamah Pidana
Internasional.
Asal Muasal
Bangsa Israel
Alkitab mencatat, Yakub adalah kakek moyang bangsa
Israel. Ia adalah anak dari Ishak dan Ribka, cucu dari Abraham dan Sara, serta
memiliki kakak kembar bernama Esau. Yakub memainkan peranan penting dalam
sejumlah peristiwa di Kitab Kejadian.
Allah kemudian mengubah namanya menjadi “Israel”
karena Yakub telah bergumul melawan Allah dan manusia, kemudian berhasil menang
(Kejadian 32:28).
Yakub memiliki 12 putra. Kemudian mereka disebut
sebagai 12 suku Israel, dan seluruh turunan dari 12 putra Yakub dikenal dengan
sebutan Bangsa Israel atau keturunan langsung Israel.
Bangsa Israel modern saat ini terdiri dari warga
negara atau penduduk permanen dari Negara Israel, sebuah masyarakat multi-etnis
dari latar belakang nasional yang berbeda. Kelompok etnis terbesar di Israel
adalah Yahudi sebanyak 75%, disusul oleh Arab sebanyak 20% dan minoritas
lainnya sebanyak 5%.
Orang Israel maupun keturunan Israel, tinggal di
seluruh belahan dunia. Seperti Amerika Serikat, India, Kanada, Britania Raya,
Eropa, dan tempat lainnya. Sekitar 10% penduduk Israel diperkirakan
tinggal di luar Negara Israel.
Sebelum Israel modern merdeka di tahun 1948, dunia
internasional mengenal mereka dengan sebutan orang Yahudi.
Genosida Yahudi
di bawah Hitler (1933-1945)
Berawal dari keinginan Hitler untuk menyatukan Eropa
dan dunia dalam satu rumpun, ras, dan budaya, Hitler rela menghancurkan etnis,
bangsa, ras, dan budaya lain yang dianggap tidak berguna dan patut untuk
dihilangkan. Hitler berpandangan ras arya sebagai ras superior sedangkan ras
dan bangsa lain merupakan ras inferior dan patut dibinasakan.
Oleh karena itu menurut George Sanford dan Gerhard
L. Weinberg dalam bukunya Adolf Hitler dan Holocaust (2007), untuk
mewujudkan cita-cita Adolf Hitler, muncul apa yang dinamakan peristiwa Holocaust yakni
pembantaian umat manusia secara sistematis. Orang-orang Yahudi menjadi sasaran
utama pada peristiwa yang terjadi di tahun 1933-1945 karena dianggap sebagai
penyebab terjadinya krisis di Jerman. Holocoust adalah peristiwa
pembantaian sistematis terhadap enam juta orang Yahudi oleh rezim Nazi.
Seperti dilansir laman resmi Museum Holocaust yang
ada di Amerika Serikat ushmm.org, holocaust berasal dari bahasa
Yunani yang artinya "pengorbanan dengan api." Selama ratusan tahun,
kata holocaust digunakan dalam bahasa Inggris untuk merujuk kepada
suatu peristiwa "pembantaian besar". Namun sejak tahun 1960-an
istilah ini mulai digunakan oleh para pakar dan penulis untuk
menggambarkan genosida terhadap umat Yahudi.
Sebelum genosida besar yang terjadi dibawah Hitler
yang memakan 6 juta korban orang Yahudi, rupanya Genosida atas bangsa Yahudi
sudah terjadi berulang-ulang kali dalam sejarah. Bahkan beberapa diantaranya
dipaparkan oleh Kitab Suci Alkitab. Berikut adalah upaya-upaya Genosida Yahudi
yang dicatat dalam sejarah.
Genosida Israel
yang dilakukan Asyur dan Babel
Saul adalah raja pertama yang diurapi nabi Samuel
untuk memerintah atas kerajaan Israel. Setelah Saul, Daud memerintah kerajaan
Israel sebagai raja kedua. Di bawah kepemimpinan raja Daud, kerajaan Israel
menjadi kerajaan yang kuat, dan mencapai kesejahteraan serta keunggulan
melebihi bangsa-bangsa lainnya. Setelah Daud, putranya, Salomo kemudian naik
tahta menjadi raja di Israel selama 40 tahun.
Sekitar tahun 930 Sebem Masehi, Kerajaan Israel
bersatu terpecah menjadi dua kerajaan: Israel Utara (Samaria) dan Israel
Selatan (Yehuda).
Kerajaan Israel Utara hanya mampu bertahan selama
200 tahun lebih dan menjadi kacau hingga jatuh pada kekuasaan bangsa Asyur.
Banyak orang Israel Utara yang menjadi korban kala itu, sementara yang selamat
banyak yang di bawa atau dibuang ke daerah-daerah kekuasaan Asyur lainnya. Dari
pembuangan tersebut, Alkitab tidak mencatat satu pun peristiwa atau informasi
mengenai kepulangan suku-suku di Utara dari pembuangan. Kekalahan Israel Utara
dari Asyur membuat kerajaan ini hilang untuk selamanya.
Samaria yang yang menjadi ibu kota kerajaan ini
memang terus ada, namun kebijakan politik Asyur membuat kota ini tidak lagi
identik dengan Israel. Orang-orang yang tinggal di dalamnya adalah bangsa
campuran yang masing-masing memiliki ilah. Hal ini lah yang membuat orang
Yahudi tidak pernah mengakui penduduk Samaria sebagai saudara mereka.
Yehuda atau Israel Selatan pun hampir mengalami hal
yang sama. Yehuda hanya mampu bertahan selama 300 tahun lebih. Mereka mengalami
hal yang sama seperti Samaria, namun bukan ditaklukkan oleh kerajaan Asyur,
Yehuda ditaklukan oleh Kerajaan Babel yang dipimpin oleh
Nebukadnezar. Dalam peristiwa penaklukan itu, banyak orang-orang Yehuda
yang kehilangan nyawa, dan di buang ke wilayah Babel
lainnya. Orang Israel hampir saja lenyap.
Namun, berbeda dengan 10 suku yang berada di Utara
yang tidak pernah kembali dari pembuangan, Yehuda atau orang-orang Yerusalem
dicatat kembali dari masa pembuangannya oleh Alkitab. Sejak kembali dari
pembuangan, sebutan Yahudi identik dengan orang Israel.
Genosida Yahudi
di Persia
Pembantaian kaum Yahudi juga hampir saja terjadi di
Persia. Kaum Yahudi ini ialah sisa-sisa penduduk Yerusalem yang dibuang ke
Babel. Ketika itu Haman, salah satu petinggi di Persia, berikhtiar untuk
membinasakan seluruh kaum Yahudi di wilayah Persia.
Ester yang ketika itu menjadi ratu atas kerajaan
tersebut tampil di depan raja Ahasyweros dengan mengungkapkan idenditasnya
aslinya yang merupakan seorang Yahudi. Ester menyampaikan perihal tentang
rencana pemusnahan kaumnya di hadapan raja. Karena hal itu raja kemudian
mengeluarkan kebijakan dimana setiap orang Yahudi di wilayahnya berhak untuk
membela diri jika ada yang ingin menyerang mereka.
Atas perkenanan Tuhan maka kaum Yahudi selamat dari
pembantaian, luput dari kemusnahan dan bersyukur dengan berpesta besar
yang kemudian diperingati sebagai hari perayaan Purim.
Yerusalem di
hancurkan tahun 70 Masehi
Pengepungan Yerusalem terjadi pada tahun 70 Masehi.
Pengepungan ini adalah peristiwa penting dalam perang Yahudi dan Romawi.
Tentara Romawi yang dipimpin oleh Titus, mengepung dan menaklukan kota
Yerusalem, yang dikuasai oleh orang Yahudi. Penghancuran ini dilakukan secara
habis-habisan. Kota Yerusalem dan Bait Suci Kedua hancur, dan hanya menyisakan
tembok barat atau Tembok Ratapan.
Peristiwa Kehancuran Yerusalem juga dikaitkan dengan
nubuatan Yesus dalam Matius 24:2. John Wesley, pendiri Metodisme, (dan para
sarjana Alkitab lainnya) menyatakan bahwa nubuat ini "secara tepat
digenapi", ketika bangunan Bait Suci itu dibakar, dirobohkan dan
landasannya digali serta dibuang atas perintah jenderal Romawi, Titus pada
waktu kehancuran Yerusalem tahun 70 M.
Flavius Yosefus, sejarawan Yahudi pada saat itu,
menuliskan bahwa kota ini "hampir seluruhnya diratakan dengan tanah
oleh mereka yang menghancurkannya sampai fondasinya, sehingga tidak ada yang
tersisa yang pernah dapat meyakinkan para pengunjung bahwa di situ pernah
menjadi suatu tempat pemukiman.”
Selain kehilangan banyak korban jiwa dari
orang-orang Yahudi, hancurnya Yerusalem dan Bait Allah, orang romawi juga
mendeportasi orang-orang Yahudi sebagai budak di seluruh Kekaisaran Romawi.
Karena Kekaisaran ini begitu luas, orang-orang Yahudi tersebar di seluruh dunia. Sejarah mencatat, meskipun bangsa Israel atau orang Yahudi beberapa kali mengalami upaya pembantaian atau genosida, namun nyatanya hingga hari ini Israel keturunan Yakub masih ada. ***