Konflik Israel-Hamas Terus Memanas! Beginilah Kisah Sejarah Genosida Pemusnahan Bangsa Israel

Konflik Israel-Hamas Terus Memanas! Beginilah Kisah Sejarah Genosida Pemusnahan Bangsa Israel



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk) Jutaan jiwa melayang dalam upaya pemusnahan kaum Yahudi pada abad 20. Hal serupa juga terjadi pada Bangsa Israel pada ribuan tahun lalu. Bagaimana mungkin kota yang Tuhan sayang hendak dimusnahkan?

 

Genosida

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), genosida adalah pembunuhan besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras.

Kata ini pertama kali digunakan oleh seorang ahli hukum Polandia bernama Raphael Lemkin dalam bukunya yang berjudul “Axis Rule in Occupied Europe” yang diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 1944. Kata ini diambil dari bahasa Yunani, genos (γένος) yang berarti 'ras', 'bangsa' atau 'rakyat', dan bahasa Latin, caedere yang artinya 'membunuh'.

Pada masa modern, genosida merupakan satu dari empat pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional.

 

Asal Muasal Bangsa Israel

Alkitab mencatat, Yakub adalah kakek moyang bangsa Israel. Ia adalah anak dari Ishak dan Ribka, cucu dari Abraham dan Sara, serta memiliki kakak kembar bernama Esau. Yakub memainkan peranan penting dalam sejumlah peristiwa di Kitab Kejadian.

Allah kemudian mengubah namanya menjadi “Israel” karena Yakub telah bergumul melawan Allah dan manusia, kemudian berhasil menang (Kejadian 32:28).

Yakub memiliki 12 putra. Kemudian mereka disebut sebagai 12 suku Israel, dan seluruh turunan dari 12 putra Yakub dikenal dengan sebutan Bangsa Israel atau keturunan langsung Israel.

Bangsa Israel modern saat ini terdiri dari warga negara atau penduduk permanen dari Negara Israel, sebuah masyarakat multi-etnis dari latar belakang nasional yang berbeda. Kelompok etnis terbesar di Israel adalah Yahudi sebanyak 75%, disusul oleh Arab sebanyak 20% dan minoritas lainnya sebanyak 5%.

Orang Israel maupun keturunan Israel, tinggal di seluruh belahan dunia. Seperti Amerika Serikat, India, Kanada, Britania Raya, Eropa, dan tempat lainnya.  Sekitar 10% penduduk Israel diperkirakan tinggal di luar Negara Israel.

Sebelum Israel modern merdeka di tahun 1948, dunia internasional mengenal mereka dengan sebutan orang Yahudi.

 

Genosida Yahudi di bawah Hitler (1933-1945)

Berawal dari keinginan Hitler untuk menyatukan Eropa dan dunia dalam satu rumpun, ras, dan budaya, Hitler rela menghancurkan etnis, bangsa, ras, dan budaya lain yang dianggap tidak berguna dan patut untuk dihilangkan. Hitler berpandangan ras arya sebagai ras superior sedangkan ras dan bangsa lain merupakan ras inferior dan patut dibinasakan.

Oleh karena itu menurut George Sanford dan Gerhard L. Weinberg dalam bukunya Adolf Hitler dan Holocaust (2007), untuk mewujudkan cita-cita Adolf Hitler, muncul apa yang dinamakan peristiwa Holocaust yakni pembantaian umat manusia secara sistematis. Orang-orang Yahudi menjadi sasaran utama pada peristiwa yang terjadi di tahun 1933-1945 karena dianggap sebagai penyebab terjadinya krisis di Jerman. Holocoust adalah peristiwa pembantaian sistematis terhadap enam juta orang Yahudi oleh rezim Nazi.

Seperti dilansir laman resmi Museum Holocaust yang ada di Amerika Serikat ushmm.org, holocaust berasal dari bahasa Yunani yang artinya "pengorbanan dengan api." Selama ratusan tahun, kata holocaust digunakan dalam bahasa Inggris untuk merujuk kepada suatu peristiwa "pembantaian besar". Namun sejak tahun 1960-an istilah ini mulai digunakan oleh para pakar dan penulis untuk menggambarkan genosida terhadap umat Yahudi.

Sebelum genosida besar yang terjadi dibawah Hitler yang memakan 6 juta korban orang Yahudi, rupanya Genosida atas bangsa Yahudi sudah terjadi berulang-ulang kali dalam sejarah. Bahkan beberapa diantaranya dipaparkan oleh Kitab Suci Alkitab. Berikut adalah upaya-upaya Genosida Yahudi yang dicatat dalam sejarah.

Genosida Israel yang dilakukan Asyur dan Babel

Saul adalah raja pertama yang diurapi nabi Samuel untuk memerintah atas kerajaan Israel. Setelah Saul, Daud memerintah kerajaan Israel sebagai raja kedua. Di bawah kepemimpinan raja Daud, kerajaan Israel menjadi kerajaan yang kuat, dan mencapai kesejahteraan serta keunggulan melebihi bangsa-bangsa lainnya. Setelah Daud, putranya, Salomo kemudian naik tahta menjadi raja di Israel selama 40 tahun.

Sekitar tahun 930 Sebem Masehi, Kerajaan Israel bersatu terpecah menjadi dua kerajaan: Israel Utara (Samaria) dan Israel Selatan (Yehuda).

Kerajaan Israel Utara hanya mampu bertahan selama 200 tahun lebih dan menjadi kacau hingga jatuh pada kekuasaan bangsa Asyur. Banyak orang Israel Utara yang menjadi korban kala itu, sementara yang selamat banyak yang di bawa atau dibuang ke daerah-daerah kekuasaan Asyur lainnya. Dari pembuangan tersebut, Alkitab tidak mencatat satu pun peristiwa atau informasi mengenai kepulangan suku-suku di Utara dari pembuangan. Kekalahan Israel Utara dari Asyur membuat kerajaan ini hilang untuk selamanya.

Samaria yang yang menjadi ibu kota kerajaan ini memang terus ada, namun kebijakan politik Asyur membuat kota ini tidak lagi identik dengan Israel. Orang-orang yang tinggal di dalamnya adalah bangsa campuran yang masing-masing memiliki ilah. Hal ini lah yang membuat orang Yahudi tidak pernah mengakui penduduk Samaria sebagai saudara mereka.

Yehuda atau Israel Selatan pun hampir mengalami hal yang sama. Yehuda hanya mampu bertahan selama 300 tahun lebih. Mereka mengalami hal yang sama seperti Samaria, namun bukan ditaklukkan oleh kerajaan Asyur, Yehuda ditaklukan oleh Kerajaan Babel yang dipimpin oleh Nebukadnezar. Dalam peristiwa penaklukan itu, banyak orang-orang Yehuda yang kehilangan nyawa, dan di buang ke wilayah Babel lainnya.  Orang Israel hampir saja lenyap.

Namun, berbeda dengan 10 suku yang berada di Utara yang tidak pernah kembali dari pembuangan, Yehuda atau orang-orang Yerusalem dicatat kembali dari masa pembuangannya oleh Alkitab. Sejak kembali dari pembuangan, sebutan Yahudi identik dengan orang Israel.

Genosida Yahudi di Persia

Pembantaian kaum Yahudi juga hampir saja terjadi di Persia. Kaum Yahudi ini ialah sisa-sisa penduduk Yerusalem yang dibuang ke Babel. Ketika itu Haman, salah satu petinggi di Persia, berikhtiar untuk membinasakan seluruh kaum Yahudi di wilayah Persia.

Ester yang ketika itu menjadi ratu atas kerajaan tersebut tampil di depan raja Ahasyweros dengan mengungkapkan idenditasnya aslinya yang merupakan seorang Yahudi. Ester menyampaikan perihal tentang rencana pemusnahan kaumnya di hadapan raja. Karena hal itu raja kemudian mengeluarkan kebijakan dimana setiap orang Yahudi di wilayahnya berhak untuk membela diri jika ada yang ingin menyerang mereka.

Atas perkenanan Tuhan maka kaum Yahudi selamat dari pembantaian, luput dari kemusnahan dan bersyukur dengan berpesta besar yang kemudian diperingati sebagai hari perayaan Purim.

 

Yerusalem di hancurkan tahun 70 Masehi

Pengepungan Yerusalem terjadi pada tahun 70 Masehi. Pengepungan ini adalah peristiwa penting dalam perang Yahudi dan Romawi. Tentara Romawi yang dipimpin oleh Titus, mengepung dan menaklukan kota Yerusalem, yang dikuasai oleh orang Yahudi. Penghancuran ini dilakukan secara habis-habisan. Kota Yerusalem dan Bait Suci Kedua hancur, dan hanya menyisakan tembok barat atau Tembok Ratapan.

Peristiwa Kehancuran Yerusalem juga dikaitkan dengan nubuatan Yesus dalam Matius 24:2. John Wesley, pendiri Metodisme, (dan para sarjana Alkitab lainnya) menyatakan bahwa nubuat ini "secara tepat digenapi", ketika bangunan Bait Suci itu dibakar, dirobohkan dan landasannya digali serta dibuang atas perintah jenderal Romawi, Titus pada waktu kehancuran Yerusalem tahun 70 M.

Flavius Yosefus, sejarawan Yahudi pada saat itu, menuliskan bahwa kota ini "hampir seluruhnya diratakan dengan tanah oleh mereka yang menghancurkannya sampai fondasinya, sehingga tidak ada yang tersisa yang pernah dapat meyakinkan para pengunjung bahwa di situ pernah menjadi suatu tempat pemukiman.”

Selain kehilangan banyak korban jiwa dari orang-orang Yahudi, hancurnya Yerusalem dan Bait Allah, orang romawi juga mendeportasi orang-orang Yahudi sebagai budak di seluruh Kekaisaran Romawi.

Karena Kekaisaran ini begitu luas, orang-orang Yahudi tersebar di seluruh dunia. Sejarah mencatat, meskipun bangsa Israel atau orang Yahudi beberapa kali mengalami upaya pembantaian atau genosida, namun nyatanya hingga hari ini Israel keturunan Yakub masih ada. ***


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                

             

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama