Beberapa menit
kemudian para siswa keluar ruangan dan diarahkan untuk berkumpul di depan ruang
guru. Setelah mendapatkan arahan dari kepala sekolah, Nono Tarsisius, dan wakil
kepala sekolah, Jonathan Lena Djila, mereka diarahkan ke lokasi yang disebut
Ruang Terbuka Hijau di sekolah tersebut. Anak-anak terlihat atusias, mereka
langsung menuju ke lokasi yang sudah ditanami dengan berbagai tanaman baik umur
pendek maupun umur panjang.
Para siswa tersebut, ada yang membawa air dalam botol
untuk menyiram dan ada pula yang langsung menyiangi rumput yang ada di lokasi
itu. Sebagian anak menggembur tanaman dan menutupinya dengan rumput kering
Sementara anak-anak lain, mengumpulkan rumput yang
sudah dicabut ke salah satu sudut di lokasi tersebut. Mereka terlihat sangat
gembira, antusias dan bertanggung jawab saat menyiram dan membersihkan rumput.
Ini gambaran situasi di
salah satu sekolah di pinggirian Kota Kupang, tepatnya di Kelurahan Kolhua,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam situasi dan kondisi panas panjang atau el
nino yang melanda Kota Kupang, tidak menyurutkan niat mereka untuk melestarikan
lingkungan. Yang pada akhirnya membawa dampak bagi mereka sendiri, yakni udara
yang jernih dan sejuk, nyaman, indah dan asri saat belajar di sekolah.
Apresiasi diberikan kepada kepala sekolah, guru dan
tenaga kependidikan lainnya yang dengan semangat dan sabar mendampingi para
siswa untuk belajar melestarikan alam dan lingkungan sejak dini dengan menanam
dan sekali menanam pohon dan tanaman holtikultura di sekolah.
Bahwa sekolah sebagai sebuah wadah pendidikan, tidak
saja mendidik anak untuk cerdas, pintar dan berintelek, tetapi sekolah juga
menjadi tempat anak belajar tentang karakter. Walaupun karakter adalah bawaan
sejak manusia lahir, tetapi karakter juga bisa dibentuk dengan hal-hal positif,
seperti yang dilakukan oleh para guru dan di siswa di SD Kuasaet, Kelurahan
Kolhua, Kota Kupang.
Bahwa anak
tidak saja berkutat dengan mata pelajaran wajib di sekolah, tetapi mereka juga
diajarkan untuk keluar dari zona nyaman, yakni melihat ke luar, melihat dunia yang
lebih luas.
Bahwa, lingkungan alam sebagai sumber kehidupan
harus sehat dan hijau untuk keberlangsungan hidup yang lebih baik di masa yang
akan datang. Karena, jika bumi tidak dirawat sejak dini, musnalah manusia. Saat
ini, kita sudah merasakan dampak dari kerusakan alam secara global dimana,
dengan adanya perubahan iklim yang ekstrim. El Nino terjadi dimana-mana dan air
menjadi berkurang. Banyak terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang
berdampak pada kekeringan.
Hasilnya, mungkin tidak mereka rasakan saat ini,
tetapi generasi mendatang akan selalu bersyukur bahwa pendahulu mereka sudah
meletakan dasar yang baik untuk keberlangsungan hidup.
Selain itu, dengan menanam tanaman holtikultura,
mereka juga diajarkan bagaiman memanfaatkan lahan atau pekarangan yang sempit
di perkotaan dengan tanaman-tanaman yangdapat membantu keberlangsungan hidup
sehari-hari,dan juga membantu pemerintah kota dalam menurunkan inflasi.
Anak-anak
juga belajar tentang ekonomi, dimana hasil dari tanaman holtikultura di sekolah
bisa dijual ke orang tua untuk kebutuhan dapur atau konsumsi rumah tangga,
mereka juga belajar berwirausaha sejak dini. Bagaimana mendapatkan uang tidak
dengan meminta kepada orang tua, tetapi bekerja terdahulu baru mendapatkan
uang.
Selain pembentukan karakter yakni mencintai alam,
anak-anak juga dididik mentalnya sejak dini untuk bertanggung jawab, memiliki
daya juang tinggi dan tidak mudah menyerah, berintegritas, kreatif dan inovasi
serta setia dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sekecil apapun.
Jika ini ditanam sejak dini, mulai dari pendidikan
dasar, niscaya anak-anak ini akan menjadi generasi unggul di masa yang akan
datang dan bukan menjadi generasi instan.
Apalagi, saat ini dengan kemajuan teknologi digital
yang membuat semua orang dimudahkan dengan berbagai macam akses, penanaman
nilai-nilai dan akhlak yang baik sejak dini akan membantu membentuk anak
menjadi berintegritas dan percaya diri.
Kepala SDN Kuasaet, Nono Tarsisius, mengatakan, UPTD
SD Negeri Kuasaet memiliki luas lahan seluruhnya 2.900 M2.
Ia mengatakan,
sebelumnya bangunan sekolah tersebut merupakan milik sebuah Yayasan Kristen
yang dijadikan SD Setia Kuasaet.
Namun, karena pengelolaan tidak berjalan baik, sekolah
tersebut diambil alih pengelolaan oleh Pemerintah Kota Kupang sejak tahun 2021
sampai saat ini, dengan berubah nama menjadi SDN Kuasaet.
"Ketika saya ditempatkan di sini sejak tahun
2020, kami melakukan konsultasi dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama di
sini, untuk mengalihkan status sekolah dari sekolah swasta menjadi sekolah
negeri. Sekarang sudah sekolah negeri dengan SK tanggal 20 Mei 2022," kata
Nono Tarsisius.
Ia mengatakan, sampai tahun 2023, siswa dari kelas I
sampai VI sebenyak 87 orang dengan enam rombongan belajar (rombel), perincian
kelas I sebanyak 11 orang, kelas II sebanyak 19 orang, kelas III sebanyak 15
orang, kelas IV sebanyak 17 orang, kelas V sebanyak 15 orang dan kelas VI
sebanyak 10 orang.
Sedangkan, guru sebanyak 11 oang, terdiri dari dua
orang guru PNS (yakni kepala sekolah dan wakil kepala sekolah) dan sisanya guru
honor sebanyak sembilan orang.
Ia mengatakan, saat ini kondisi sekolah sangat
memrihatinkan, dan tidak layak. Namun, dirinya tetap harus menerima kenyataan
dan melaksanakan KBM, terutama beberapa ruangan yang sangat tidak memenuhi
syarat. Pihaknya sudah berkomunikasi dan mencoba mencari langkah ke depan untuk
memperoleh ruang kelas baru.
Menurut Nono
Tarsisius, tahun 2023, SD Negeri Kuasaet mendapatkan ruang baru dari Dana DAK,
untuk ruang perpustakaan, ruang guru, laboratorium, UKS dan toilet.
Sehingga, setingan untuk tanaman dibuat sedemikian
rupa sehingga tidak menggangu ketika ada pekerjaan pembangunan gedung baru.
Bagian tengah menjadi ruang terbuka hijau.
Wakil kepala sekolah, Jonathan Lena Djila,
mengatakan, untuk ruang terbuka hijau diskep sesuai dengan kebutuhan, dibagi
untuk pembangunan gedung dan juga untuk ruang terbuka hijau. Saat ini, katanya,
sudah ditanami tanaman umur panjang, seperti anakan lemon manis, mangga, jambu
biji merah, dan buah naga. Sedangkan tanaman umur pendek seperti sayur okra,
tomat dan lombok.
Ia mengatakan, ia mengajari anak-anak menanam
tanaman umur panjang agar anak-anak bisa melihat kembali hasil tanaman mereka
nanti, jika sudah tamat dari sekolah. Jadi, ada kecintaan terhadap sekolah
tersebut.
"Saat ini belum nampak karena baru ditanami
bulan Maret tahun 2023, tetapi tanaman lain seperti buah naga sudah ditanami
saat hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional," katanya.
Ia ingin agar
anak-anak ada kenang-kenangan di sekolah tersebut, dan mereka diwajibkan untuk
menanam dan merawat, sedangkan guru hanya untuk mengawasi dan mendampingi.
Tanaman yang ditanam ini, jika sudah menghasilkan akan diberikan kepada
anak-anak untuk merasakan hasil yang mereka sudah tanam.
"Beberapa waktu lalu, kami memanen buah naga,
tomat dan lombok, dan dipenan oleh anak-anak dan hasilnya juga mereka yang
menikmati. Orang tua membantu membawa pupuk oganik dari rumah," katanya.
Dikatakanya, ajaran menanam sedini mungkin, karena
ada hal yang dilupakan bahwa di dunia yang tidak berubah adalah pertanian dan
peternakan.
Karena dua bidang ini akan tetap eksis walau tahun
terus berubah. "Ketika manusia lahir ke dunia, dilengkapi dengan organ
perut dan perut membutuhkan makanan. Makanan datang dari pertanian dan peternakan.
Seinstan apapun makanan yang diolah saat ini dengan kemajuan teknologi, bahan
dasarnya tetap dari pertanian dan peternakan," ujarnya.
Siswa kelas V, Riki Bimosu, mengatakan, ia mendapat
giliran menanam jeruk, jambu kristal dan buah naga. Dirinya senang karena
belajar menanam di sekolah. Setiap hari ia belajar betanggung jawab dengan
membawa air di botol untuk menyiram tanaman.
Siswa kelas V lainnya, Eka Kardiata Takene, juga
merasa gembira bisa bersama teman-teman menjaga lingkungan agar tetap hijau.
Dan dirinya senang saat memetik hasil, yakni buah naga.
Siswa lainnya, Putri Bimosu, juga merasa senang dan
gembira karena bisa tahu menanam sejak dini. "Saya pertama menanam tomat,
lombok, dan kami sudah panen dan buat sambal lombok," katanya.
Ia mengajak teman-teman bisa semangat menanam dan
menanam untuk menjaga lingkungan tetap hijau dan asri, apalagi tanaman yang
menghasilkan.
Seperti pandangan Fransiscus Go, seorang pemerhati
pendidikan dan ketenagakerjaan dalam tulisannya di Media Indonesia (9 Mei
2023), mengatakan, bahwa manusia seperti apa yang diharapkan, tentunya yang
berintegritas dan hal itu hanya mungkin dibina melalui pendidikan.
Sudah waktunya melihat peran penting orang muda
dalam memajukan daerahnya. Ide untuk pemda selayaknya memperhatikan kapasitas
angkatan muda dengan memberikan pendidikan setinggi mungkin atau pendidikan
vokasi, sehingga melahirkan angkatan muda yang handal.
Merupakan tanggung jawab pemangku kebijakan daerah
untuk membangun peluang dan kekuatan anak muda di daerah. Sembari pendidikan
dan pelatihan terus berjalan, orangtua dan kaum tidak mampu di wilayah tersebut
dibantu pemerintah pusat lewat bantuan sosial atau BLT dan paket-paket lainnya.
Angkatan muda secara berkelompok dibina dan dipacu
untuk berlomba mengenyam bangku kuliah di universitas-universitas ternama.
Peran kerja sama antara pemda dan kampus-kampus tersebut selayaknya dijalin dan
diutamakan, bahkan dengan kontrak dan kuota tahunan. Sifatnya bukan hanya
sekadar jadi atau program berjalan yang mana anak muda dikirim ke tempat yang
biasa-biasa saja dan dilepas tanpa pengawasan.Pendampingan berkelanjutan sudah
dimulai sedari pemda berkomitmen untuk meningkatkan taraf pendidikan dan
kualitas SDM yang ada. Sementara itu bagi yang belum sempat kuliah dipastikan
memperoleh keterampilan-keterampilan yang mumpuni melalui BLK dan pusat
pelatihan lainnya, termasuk memanfaatkan modul-modul pelatihan berbasis
digital.
Faktor pendidikan formal dan vokasi tidak boleh
dianggap remeh dalam situasi pembangunan ekonomi saat ini. Pemda hendaknya juga
melihat program-program pengembangan yang ditawarkan oleh pemerintah pusat
untuk kemajuan kualitas penduduk lokal, termasuk kaum muda.Sembari tetap
berkanjang dalam akar budaya, yaitu kearifan lokal, skill perlu ditingkatkan
bahkan hingga pemuda daerah bisa merambah dunia usaha di luar negeri.
Pendidikan vokasi di daerah menjadi vital dalam hal
ini. Program magang di perusahaan-perusahaan besar misalnya sangat membantu,
sehingga walaupun tidak sarjana mereka memiliki keahlian yang hebat. Pemda
kiranya urgen untuk memikirkan terobosan dalam pendidikan vokasi sebagai modal
di masa depan. Ibarat membuka jalan, pemda yang memikirkan orang muda membuka
akses yang mudah dan lebar untuk peluang-peluang pengembangan. Akses yang mudah
dan lebar ini juga berarti kesempatan bagi semua, tidak dibeda-bedakan atau ada
perlakuan berbeda terhadap anak karena latar belakang keluarganya.
Bagaimana menjawab
tantangan zaman yang tidak selalu mudah? Dari pihak kaum muda juga kiranya
diperlukan ketangguhan mental dan moral yang baik. Sekarang ini sedang maraknya
artificial intelligence yang mau tidak mau, semua harus beradaptasi dengan
perkembangan tersebut. Pepatah Latin berbunyi ‘tempus mutantur et nos mutamur
in illis’, yakni waktu terus berubah dan seniscayanya kita pun harus berubah di
dalamnya.
Akhirnya walaupun pemerintah diharapkan berperan,
ini tanggung jawab siapa? Pemerintah saja atau pemimpin agama atau keluarga
atau kita semua? (*) poskupang.com