Krisis Katolik: Mengapa Para Imam di Irlandia Kian Tenggelam dalam Sejarah?

Krisis Katolik: Mengapa Para Imam di Irlandia Kian Tenggelam dalam Sejarah?

Seorang uskup sedang berkotbah di sebuah gereja katolik di Irlandia


Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk)Di negara yang dulunya merupakan salah satu negara paling religius di Eropa, kehadiran umat telah menurun drastis.

Sementara itu para pastor Irlandia mendapati diri mereka bekerja jauh melewati usia pensiun, dan hanya sejumlah kecil peserta magang yang berkomitmen pada gereja.

Di Irlandia, di mana agama telah memainkan peranan penting di masa lalu, baik atau buruk, semakin sedikit orang yang menghadiri misa pada hari Minggu, dan bahkan semakin sedikit orang yang bersedia dan berkomitmen pada kehidupan suci sebagai seorang imam.

Hal ini, antara lain, menyebabkan hamba-hamba Tuhan ini bekerja jauh melampaui usia pensiun sambil tetap berusaha untuk meliput pekerjaan gereja-gereja di seluruh negeri.

Menurut survei yang dilakukan oleh Association of Catholic Priests (ACP) tahun lalu, 15 persen pendeta berusia di atas 75 tahun dan masih bekerja, lebih dari 25 persen berusia antara 60–75 tahun, dan hanya 2,5 persen apstor\ Katolik yang melayani di Irlandia. , berusia di bawah 40 tahun.

“Apa yang kita lihat sekarang adalah para pastor berusia pertengahan hingga akhir tujuh puluhan yang mencoba mengelola tiga paroki”, kata Pastor Tony Flannery, pensiunan pastor berusia 76 tahun dari daerah Galway dan anggota pendiri ACP kepada Euronews.

“Dan tidak ada seorang pun yang mengejar mereka”, tambahnya. Jumlah pendeta yang pensiun melebihi jumlah generasi muda yang berkomitmen menjadi imam. Tidak ada waktu untuk beragama

Tahun ini, hanya 20 seminaris yang belajar menjadi imam Katolik untuk 26 keuskupan Irlandia di seminari nasional di Maynooth.

Kehadiran Misa mingguan, yang mencapai 91 perse pada tahun 1975, turun menjadi 36 persen pada tahun 2016 menurut angka dari sensus Irlandia.

Menurut Pastor Flannery, skandal pelecehan seksual yang terjadi di sekitar gereja adalah salah satu faktor utama yang mendorong orang menjauh dari agama, namun juga fakta bahwa lembaga tersebut tidak sejalan dengan masyarakat modern.

“Cukup sulit untuk mengajak kaum muda untuk ikut misa, dan terlebih lagi jika misa tersebut dilakukan oleh seorang berusia 85 tahun”, katanya kepada Euronews melalui telepon sambil mengenang sebuah acara gereja baru-baru ini.

Menjelang Natal, ia menjelaskan bahwa dunia telah menjadi lebih “konsumeris dan materialistis” dan sulit bagi kaum muda untuk “menemukan ruang dalam hidup untuk memikirkan isu-isu seputar iman, Tuhan, dan makna hidup.”

"Hilang kemampuan untuk berhubungan dengan dunia modern"

Pada tahun 2012, Pastor Flannery dianggap “tidak layak untuk memimpin misa” oleh Vatikan setelah secara blak-blakan mengenai “reformasi yang diperlukan” yang menurutnya sangat perlu dilakukan oleh Gereja Katolik.

Hal ini termasuk penerimaan perempuan ke dalam imamat, pengajaran topik tentang komunitas LGBTQ+ dan kontrasepsi, serta upaya mengubah struktur pemerintahan dengan mengambil alih kekuasaan dari pendeta dan memberikannya kepada masyarakat biasa.

Nilai-nilai ini sekarang “selaras dengan cara Paus Fransiskus saat ini dalam melakukan sesuatu,” dan “penting untuk dapat terus menyebarkan pesan Tuhan,” kata Flannery.

Menurutnya, alasan lain mengapa para pendeta di Irlandia harus bekerja sampai usia lanjut adalah karena “kesepian.”

Ketika seseorang mengambil imamat, dia menyerahkan dirinya sepenuhnya pada gereja, meninggalkan sebuah keluarga dan apa yang oleh sebagian orang disebut sebagai kehidupan normal.

Oleh karena itu, masa pensiun para pendeta “bisa menjadi kehidupan yang sangat sepi”.

 “Selama dia melakukan pekerjaan ini di paroki ini, dia berhubungan dengan orang-orang,” kata Pastor Flannery.

Umat ​​Katolik Roma mendengarkan Uskup Noel Treanor saat misa di Katedral Katolik Roma Santo Petrus, di Belfast Barat, Irlandia Utara.


Bantuan komunitas lokal, dan seterusnya

Untuk mengatasi kekurangan pendeta, para pendeta Irlandia mencari bantuan ke luar negeri. Beberapa diantaranya mengontrak pendeta asing yang lebih muda dari India dan Afrika untuk membantu mengatasi beban kerja tersebut.

Namun hal ini hanya menunda hal yang tidak bisa dihindari, menurut keyakinan beberapa imam, dan fokusnya harus pada mempersiapkan umat awam untuk mengambil peran di paroki seperti di komite keuangan paroki dan memimpin pemakaman dan pernikahan.

Menurut pendapat pastor paroki Pastor Joe Deegan, masalah terbesar bagi gereja adalah menurunnya jumlah umat yang mengamalkan imannya,” katanya kepada Irish Independent.

Pastor Flannery mengatakan dia “akan senang jika semua pendeta lanjut usia di Irlandia pensiun”, karena hal ini akan memaksa gereja untuk “memikirkan kembali” berbagai hal.

Dalam pandangannya, ini bukan soal jumlah pastor, tapi soal "menyampaikan pesan Yesus dengan cara yang menarik perhatian masyarakat dan memberi makna pada kehidupan mereka."

Dan ini adalah sesuatu yang gagal dilakukan oleh gereja karena “kurangnya kemampuan berkomunikasi dengan dunia modern”. *** katolikku.com



 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama