Penari, perenang, aktor itulah sederet impian
Santini, pria Italia berusia 21 tahun yang pada tahun 2019 saat berusia 17
tahun meraih predikat pemuda tertampan di negaranya setelah menjuarai kontes
nasional.
Penghargaan ini membuka pintu ke dunia mode, dan
masa depannya tampak jelas: Ia ditakdirkan untuk menjadi bintang besar. Namun,
rencana Tuhan berbeda. Santini pun bakal terus bersinar, namun jauh dari
sorotan dan catwalk.
Langkah Pertama
yang Berani
Dalam video yang diunggah di media sosial pada 23
November, Santini menjelaskan bahwa ia sedang dalam perjalanan “untuk menjadi
seorang imam.”
Dia mengatakan bahwa selama tahun-tahun ini dia
telah bertemu orang-orang yang, “dengan menunjukkan kepada saya apa artinya
‘menjadi Gereja,’ telah memberi saya kekuatan untuk menyelidiki pertanyaan yang
telah saya bawa sejak saya masih kecil” namun, katanya, “Saya tidak
menyelidikinya karena takut.”
Pada bulan Januari 2020 dia menemukan “Gereja yang
sebenarnya,” dan saat itulah di media sosial dia mulai berbicara tentang Tuhan
dan panggilan yang dia rasakan.
“Hidup di dalam Tuhan tidak berarti mengunci diri di
dalam gereja melainkan menjalani hidup secara lebih utuh,” katanya kepada lebih
dari 11.000 pengikutnya di Instagram.
Ia juga menyinggung tentangan dari neneknya yang
“mengharapkan hal lain” dari cucunya. Namun, dia menekankan bahwa dia tidak
merasa “sendirian” dalam keputusannya dan bahwa dia “lelah memuaskan keinginan
orang lain dan memposting foto di mana tampak aman dan bahagia.”
Pria muda dari wilayah Tuscany ini mengambil
“langkah pertama” dan tahun lalu dia tinggal bersama dua imam, yang dia
gambarkan sebagai “pengalaman terindah dalam hidup.”
Berbagi kehidupan sehari-harinya dengan para imam
Katolik memungkinkan dia untuk “menemukan dalam kehidupan sehari-hari jawaban
yang diharapkan, yang datang kepadanya dari atas.”
“Pada akhir tahun, adalah wajar bagi saya untuk
meminta uskup untuk mengikuti kursus persiapan, pada tahun sebelum kehidupan di
seminari. Dan di sinilah saya, belajar teologi dan melayani di dua paroki di
Keuskupan Florence,” ujarnya dalam videonya.
Dia juga menceritakan bahwa dia lambat dalam
mengambil langkah pertama “karena takut tidak diterima” dan bahwa membuat
keputusan ini adalah sesuatu “yang membuatnya takut” meskipun, dia berkata
dengan jujur, “Saya membangun lebih banyak tembok untuk diri saya sendiri
daripada yang ada.”
Pengalaman pada
Hari Pemuda Sedunia di Lisbon
Santini juga berbagi di Instagram pengalamannya saat
Hari Pemuda Sedunia pada bulan Agustus di Lisbon, Portugal.
Melalui berbagai video, ia menunjukkan bagaimana
berkumpulnya anak-anak muda ini menandai kehidupan sebelum dan sesudahnya.
Antara “tertawa, menari, melompat-lompat,” dan
persahabatan baru, Santini menemukan bahwa “Gereja itu indah.” Kini, di usianya
yang ke-21 dan setelah berani mengatakan “ya” terhadap panggilan Tuhan, dia
berkata bahwa dia merasa sangat “bahagia.”* dari berbagai sumber