TANAM POHON - Kepala Pelaksana BPBD Provinsi NTT Ambrosius Kodo dan seorang bocah sedang menanam pohon. |
"Ketika memasuki musim penghujan seperti saat
ini, kita di NTT ini rawan terjadi bencana hidrometerologi seperti angin
kencang, banjir, banjir bandang, longsor dan lainnya," kata Ambros saat
diwawancarai POS-KUPANG.COM, Senin, 18 Desember 2023.
Ambros menyebut, terdapat beberapa laporan yang
diterima BPBD NTT yaitu dari Kabupaten Belu dan Rote Ndao terkait laporan
rusaknya rumah warga akibat angin.
Dari laporan-laporan itu, kata Ambros, dalam
rangka meningkatkan kesiapsiagaan semua warga masyarakat di NTT, Pemerintah
Provinsi akan mengadakan Rapat Koordinasi (Rakor) kesiapsiagaan menghadapi
ancaman bencana hidrometeorologis yang akan berkoordinasi dengan Pemerintah
Kabupaten/Kota, Kecamatan hingga Desa.
"Bencana adalah urusan kita bersama. Oleh
karena itu, kita ajak semua untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Kita pastikan
informasi peringatan dini cuaca tersampaikan kepada masyarakat, lebih khusus di
Wilayah-wilayah yang rawan banjir atau longsor," ungkapnya.
Menurut Ambros, informasi dari BMKG perlu
disampaikan dan diketahui oleh masyarakat, karena informasi tersebut menjadi
satu pilar penting dalam pengurangan risiko bencana.
"Bagaimana mereka (masyarakat) bisa
mengevakuasi diri dan mengamankan diri kalau tidak dapat informasi peringatan
dini," tandasnya.
Tujuan dari koordiansi itu, kata Ambros,
untuk memastikan wilayah-wilayah yang rawan bencana sudah disiapkan jalur
evakuasi. Misalnya rawan banjir, longsor dan lainnya.
Lebih lanjut, Ambros menyampaikan,
Pemerintah harus menyiapkan jalur evakuasi dan memastikan jalur evakuasi
tersebut diketahui oleh masyarakat setempat dan dipastikan aman, bebas ketika
digunakan dan menetapkan titik evakuasi yang mudah dijangkau, sehingga, apabila
terjadi kedaruratan akibat bencana, bisa langsung diketahui tempat mana yang
harus dituju.
"Mereka (masyarakat) perlu melakukan
latihan-latihan mandiri dalam mengevakuasi diri. Karena data menunjukkan bahwa
penduduk yang selamat pada saat bencana karena evakuasi diri, ditolong keluarga
atau komunitas di mana orang itu berada sebanyak 94,7 persen, sementara yang
ditolong oleh tim penyelamat hanga 1,7 persen," terangnya.
Ambros mengimbau masyarakat yang ada di NTT untuk mulai peduli mengenali bencana yang ada di sekirarnya, dan strategi untuk menyelamatkan diri sendiri.
"Apakah kita hanya mentipkan nyawa kita pada
satu penyelamat atau mulai peduli untuk menyelamatkan nyawa kita
masing-masing," ujarnya.
Ambros pun mengingatkan warga agar apabila terjadi
hujan lebat, sebaiknya berteduh di rumah, apalagi hujan disertai petir. Selain
itu, pohon perlu dipangkas. *** poskupang.com