Adat istiadat mencakup
berbagai aspek kehidupan, seperti cara berpakaian, perilaku sosial, upacara
pernikahan, adat resmi, musik, tarian, dan banyak lagi. Adat istiadat biasanya
didasarkan pada nilai-nilai yang dihormati dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Adat istiadat juga dapat berfungsi sebagai penghubung sosial antara
anggota masyarakat dan memperkuat identitas kelompok mereka.
Agama: Agama adalah
sistem kepercayaan, nilai-nilai, ritual, dan praktik spiritual yang diikuti
oleh individu atau kelompok. Agama biasanya melibatkan keyakinan pada entitas
yang lebih tinggi, seperti Tuhan atau kekuatan transenden, dan memiliki
pandangan tentang tujuan hidup, moralitas, dan tata cara ibadah. Agama dapat
memainkan peran yang signifikan dalam membentuk perilaku dan nilai-nilai
individu serta masyarakat secara keseluruhan. Agama juga dapat memberikan
kerangka moral, etika, dan panduan hidup bagi pengikutnya.
Hubungan antara Adat
Istiadat dan Agama: Dalam banyak budaya, adat istiadat dan agama saling terkait
dan saling memengaruhi. Kadang-kadang, adat istiadat dapat dipengaruhi oleh
keyakinan dan praktik agama yang dominan dalam suatu masyarakat. Misalnya,
upacara pernikahan atau upacara kematian dalam suatu budaya dapat mencerminkan
keyakinan agama yang dominan di daerah tersebut. Di sisi lain, adat istiadat
juga dapat mempengaruhi praktik agama.
Dalam beberapa kasus,
praktik agama dapat berkembang sesuai dengan adat istiadat setempat dan
menggabungkan unsur-unsur budaya dalam ritus dan perayaan keagamaan. Oleh
karena itu, adat istiadat dan agama dapat saling memperkuat dan memberikan
identitas budaya yang unik bagi suatu masyarakat.
Namun demikian, penting
untuk diingat bahwa adat istiadat dan agama adalah dua entitas yang terpisah.
Agama seringkali memiliki landasan doktrinal dan teologis yang lebih kuat,
sementara adat istiadat lebih berhubungan dengan praktik dan tradisi budaya
yang berkembang dalam masyarakat. Meskipun terdapat pengaruh saling antara
keduanya, adat istiadat dan agama tetap dapat beroperasi secara independen dan
memiliki perbedaan dalam aspek-aspek tertentu.
Seringkali
masyarakat kita baik di suatu daerah atau tempat tertentu senantiasa
mempertentangkan antara Agama dan Adat-istiadat. Padahal tidak relevan jika keduanya
dipertentangkan karena tidak dalam posisi sederajat atau sebanding.
Pertentangan yang tidak
sebanding itu kemudian melahirkan konflik yang sampai saat ini terus terjadi.
Bahkan akhir-akhir ini semakin meruncing ke arah dekadensi kesatuan dan
persatuan bangsa dan negara kita.
Misalnya pandangan
klasik masyarakat yang seringkali mengemuka dalam kehidupan kita mengenai
relasi Agama dengan Adat-istiadat secara umum dapat dibagi menjadi dua.
Pandangan Pertama
mengatakan bahwa agama itu bertentangan dengan adat-istiadat. Oleh karena itu
agama harus yang didahulukan, sehingga adat harus di matikan atau bahkan
dihilangkan sama sekali.
Pandangan kedua
mengatakan bahwa adat itu merupakan warisan nenek moyang. Segala sesuatu yang
sudah dilakukan secara turun temurun.
Dan bagi masyarakat itu
baik-baik dan lancar-lancar saja. Semua itu di terima karena lagi-lagi adalah
warisan nenek moyang yang secara kolektif dipahami akan mendatangkan kualat dan
malapetaka apabila generasi berikutnya berusaha mengurangi apalagi
menghilangkan tradisi yang sudah ada sejak lama tersebut.
Oleh karen itu maka
agama yang datang belakangan harus tunduk dan menyesuaikan diri dengan
adat-istiadat suatu masyarakat. Sehingga, agama dalam posisi sebagai sesuatu
yang terikat, sedangkan adat sebagai suatu hal yang bebas.
Contoh sederhananya
saja tentang kenapa masyarakat di suatu daerah mempertentangkan antara agama
dan adat-istiadat adalah dari segi kepercayaan turun-temurun yaitu
ritual, penyambutan kelahiran seorang bayi, upacara kematian serta dari segi
pengobatan.
Pada adat-istiadat
kepercayaan terhadap nenek moyang sehingga berobat ketika sakit yaitu pergi ke
dukun atau percaya terhadap arwah yang disebabkan oleh makhluk ghaib dan
pada pandangan agama berobat kepada dukun dan lain sebagainya adalah musyrik
sehingga banyak masyarakat di suatu daerah tertentu akan mempertentangkan kedua
hal ini.
Agama
dan Adat-Istiadat
Sebelum kita mengetahui
manakah yang harus didahulukan atau yang benar, apakah agama dan adat-istiadat
ini bertentangan atau bisa berdampingan.
Kita harus mengetahui
apa itu agama dan apa itu adat istiadat, sehingga nantinya kita tidak salah
lagi dalam menyimpulkan sebuah hal atau masalah karena ini bukan hal atau
masalah yang sepele.
Agama adalah tata cara
yang mengatur peribadatan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta tata cara
yang mengatur hubungan manusia dengan manusia yang lain serta manusia dengan
lingkungannya, yang merupakan bagian dari makhluk ciptaan Tuhan.
Agama merupakan suatu
lembaga atau institusi yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu,
terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama, perlu dicari titik persamaannya
dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki
kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannya menjadikan
keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya. Sesuatu yang luar
biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga.
Dan sumber yang luar
biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misalnya
Tuhan, Dewa, dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha
Kuasa dan yang maha agung.
Menurut M. Nasroen,
adat istiadat adalah suatu sistem pandangan hidup yang kekal, segar, serta
aktual karena berdasarkan pada berbagai ketentuan yang terdapat pada alam yang
nyata dan nilai positif, kebersamaan, kemakmuran yang merata, pertimbangan
pertentangan, penyesuaian diri, dan berguna sesuai tempat/ waktu/ keadaan.
Contohnya Mappalili,
yaitu upacara turun sawah di Sulawesi Selatan yang diselenggarakan untuk
mengawali musim tanam padi. Menurut kepercayaan setempat, upacara ini bertujuan
untuk mencegah hama atau bencana besar yang dapat merusak tanaman padi.
Ngaben, yaitu upacara
pembakaran jenazah yang dilakukan oleh masyarakat di Bali. Ritual ini merupakan
warisan leluhur masyarakat Bali yang percaya bahwa dengan membakar jenazah maka
roh leluhur menjadi suci dan mereka dapat beristirahat dengan tenang.
Hubungan Agama dan Adat-Istiadat
Setelah kita mengetahui
apa itu agama dan adat istiadat selanjutnya kita juga harus mengetahui
apa hubungan keduanya agar tidak salah kaprah dalam menanggapinya, sehingga
nantinya kita bisa mengetahui apakah agama dan adat-istiadat bisa berjalan
berdampingan atau harus ada salah satu yang mengalah atau bahkan harus
dimatikan keduanya.
Agama, dan adat
istiadat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Baik dalam keadaan sendiri
maupun saat bersosialisasi dengan orang lain. Agama dan adat istiadat sangat
erat hubungannya. Pelaksanaan agama bisa dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat
istiadat daerah setempat.
Dalam konteks
ke-nusantaraan yang ada di Indonesia, budaya, tradisi dan seni itu menjadi alat
untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama. Beberapa hal yang perlu dicatat mengapa
di Nusantara ini agama dan budaya menjadi alat atau metode dalam penyampaian
agama.
Pertama, supaya agama
lebih mudah dipahami. Karena kalau pesan-pesan agama disampaikan dengan
cara-cara Timur Tengah tentunya akan ada kesenjangan budaya. Sehingga akan
kesulitan untuk memahami dan menerima pesan-pesan agama yang akan disampaikan.
Oleh karena itu, sejak
jaman Walisongo digunakanlah metode atau tradisi nilai-nilai kultur orang lokal
Nusantara ini sebagai alat untuk menyampaikan. Dan itu terbukti ampuh, sehingga
dalam waktu kurang dari 50 tahun, Walisongo mampu mengIslamkan masyarakat
Nusantara dari yang semula 90% Hindu-Budha berbalik menjadi 90% Islam.
Lalu yang kedua
digunakannya kebudayaan sebagai metode atau alat dalam menyampaikan ajaran
Islam dikarenakan dengan kebudayaan ini wajah Islam menjadi menyenangkan dan
kompatibel dengan tradisi lokal yang berkembang di masyarakat.
Contohnya terjadi pada
cara berpikir orang yang berkeyakinan pribumi yang beralih memeluk agama Islam
yang menganggap bahwa hari raya idul fitri menjadi budaya saling memaafkan,
namun didalam agama itu adalah hari kemenangan bagi umat Islam setelah
menjalani puasa di bulan ramadhan.
Manusia yang beragama
sudah pasti berbudaya tetapi manusia yang berbudaya belum tentu beragama.
Dengan membiasakan diri
kita mengenal kebudayaan, agama, dan adat istiadat sejak kecil, maka kita dapat
langsung bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita saat kita beranjak
dewasa.
Di sini kita akan
berpikir berulang-ulang ketika ada kebudayaan, agama, dan adat istiadat baru
yang muncul di sekitar atau lingkungan kita. Sehingga hal itu tidak sampai akan
punah termakan zaman.***