Apakah Bahasa Sanskerta Sekarat?

Apakah Bahasa Sanskerta Sekarat?



Setapak Rai Numbei (Dalan Inuk) Di Indonesia, kita tentu mengenal bahasa Sanskerta meskipun tidak bisa membacanya. Untuk itu, ada karya menarik untuk mengenal bahasa ini, Arthashastra. Arthashastra telah lama menghilang hingga suatu saat ditemukan kembali oleh Rudrapatna Shamashastri pada 1904. Dia adalah seorang sarjana bahasa Sanskerta.

Setelah menemukan Arthashastra, dia menerbitkan buku pada 1909 dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris pada 1915. Hari ini Arthashastra adalah salah satu dari teks paling berharga yang pernah ditulis dunia.

Pertanyannya, apakah Shamashastri tidak mengenal Sanskerta? Apakah dia mengetahui nilai naskah ini? Di India orang memperingati Hari Sanskerta setiap tanggal 1 September. Bahasa Danskerta disebut Devvani, yang bermakna bahasa para dewa. Diperkirakan bahasa ini sudah berumur sekitar 3500 tahun, salah satu bahasa tertua di dunia. Teks-teks Hindu kuno seperti Weda ditulis dalam bahasa Sanskerta. Bahasa-bahasa Bengal, Punjab dan Gujarat bisa dilacak juga berasal dari Sanskerta.

Begitu juga beberapa kata dalam bahasa Inggris, seperti opal dari bahasa Sanskerta ‘Uppala’ atau candy dari ‘Khandaaka’ bahkan kata zen berasal dari kata ‘Dhyan.’ Dunia merayakan Hari Sanskerta setiap 31 Agustus untuk meningkatkan kesadaran tentang bahasa ini. Tapi banyak yang pesimistis bahwa bahasa Sanskerta tengah sekarat. Hanya sedikit pihak yang peduli tentang bahasa ini.

Mari kita cermati data sensus India. Pada 1971, sekitar 2.212 orang India menyebut bahasa Sanskerta sebagai bahasa ibu mereka. Pada 1991 angka meningkat menjadi 49,736 orang. Pada 2011 turun menjadi sekitar 24,821. India adalah negara berpenduduk 1,4 miliar orang, tempat kelahiran bahasa Sanskerta, dan kurang dari 25.000 orang yang mengakui bahasa Sanskerta sebagai bahasa ibu mereka.

Penurunan ini memiliki konsekuensi serius. Seorang anak bernama Vishnu memiliki nama panggilan Vish. Sekarang Vishnu menjadi nama umum di India, yang berarti ‘pemelihara’ dalam bahasa Sanskerta. Sementara Vish berarti racun dalam bahasa Sanskerta. Anda bisa lihat inilah yang terjadi saat sebuah bahasa mati pelan-pelan.

Namun ada juga orang-orang yang tidak percaya bahwa bahasa Sanskerta tengah sekarat. Bagaimanapun juga, orang Hindu berdoa dalam bahasa Sanskerta. Mereka melakukan upacara ritual dalam bahasa Sanskerta. Anak-anak belajar bahasa Sanskerta pada sekolah menengah. Masih banyak anak-anak yang memiliki nama dari bahasa Sanskerta, terlepas dari petaka nama Visnu menjadi Vish.

Pertanyaan kemudian, berapa banyak atau apakah anak-anak merasakan manfaat dari belajar bahasa Sanskerta ketika mereka lebih suka belajar bahasa Inggris, Prancis atau Spanyol? Berapa banyak orang yang benar-benar memahami doa yang mereka baca dalam bahasa Sanskerta?

Para ahli mengatakan hanya sekitar seratus ribuan orang Hindu yang memahami doa-doa yang mereka ucapkan atau baca. Membaca kata-kata yang tidak jelas apalagi tidak dimengerti tidak akan membuat bahasa hidup, tapi ini juga bukan berarti membunuh suatu bahasa.

Bagaimana suatu bahasa lenyap? Itu terjadi saat tidak ada lagi penutur bahasa yang hidup. Penipisan bahasa mempercepat kematian bahasa. Bahasa-bahasa seperti Yunani Kuno, Arkadian atau Arami adalah sudah punah. Bahasa Sanskerta dengan cepat bergerak ke arah sana itu karena sejumlah alasan.

Pertama, bahasa Sanskerta jarang ditransmisikan ke dalam kata-kata yang tertulis, dan ini fenomena terbaru untuk bahasa Sanskerta, bahwa kebanyakan pengetahuan bahasa ini ditransmisikan secara lisan. Ia berlangsung lewat sistem Gurukul. Begitu sistem ini kolaps, maka pada saat yang sama pengetahuan juga hilang.

Kedua, bahasa Sanskerta selalu terbatas pada lingkaran kecil orang, biasanya hanya untuk kalangan pendeta Hindu. Mereka tidak mengizinkan bahasa ini sampai pada atau dipakai oleh orang-orang biasa. Ketika hal itu terjadi pada bahasa, maka suatu bahasa niscaya mengalami kepunahan secara alami.

Bahasa Sanskerta seolah tidak memiliki nilai yang bisa ditawarkan. Tetapi ada hal yang perlu dipertimbangkan, terutama terkait dengan naskah-naskah kuno. India memiliki lebih dari 35 juta naskah dari tidak terbatas di India saja. Di kawasan lain di Asia Selatan ada lebih dari 150.000 naskah.

Sebuah laporan mengatakan Eropa saja setidaknya memiliki 60.000 naskah dan beberapa laporan mengatakan 95 persen dari naskah-naskah belum pernah telah diterjemahkan. Dua pertiga dari naskah-naskah itu ditulis dalam bahasa Sanskerta.

Bagi mereka yang mengatakan bahwa bahasa Sanskerta itu tidak punya nilai perlu mengingat bahwa tidak ada yang mengetahui apa yang ditulis atau disampaikan oleh dua pertiga naskah itu. Semuanya adalah lautan ilmu. Kita tak bisa hanya sekadar meraba permukaan.

Bahasa Sanskerta adalah salah satu bahasa klasik yang terhebat. Ia menampilkan kejeniusan orang India. Ia menjadi jendela untuk memahami kehidupan orang-orang yang datang sebelum kita. Dalam budaya apa pun, memahami dan menghargai masa lalu sangat penting buat bergerak ke depan. Jadi kemarin, hari ini dan esok bahasa Sanskerta masih relevan, ia tidak sekarat. Ia hanya terbengkalai. Maka menjadi kewajiban banyak pihak menyadarkan publik kembali.

 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama