Setelah menemukan
Arthashastra, dia menerbitkan buku pada 1909 dan menerjemahkannya ke dalam
bahasa Inggris pada 1915. Hari ini Arthashastra adalah salah satu dari teks
paling berharga yang pernah ditulis dunia.
Pertanyannya, apakah
Shamashastri tidak mengenal Sanskerta? Apakah dia mengetahui nilai naskah ini?
Di India orang memperingati Hari Sanskerta setiap tanggal 1 September. Bahasa
Danskerta disebut Devvani, yang bermakna bahasa para dewa. Diperkirakan bahasa
ini sudah berumur sekitar 3500 tahun, salah satu bahasa tertua di dunia.
Teks-teks Hindu kuno seperti Weda ditulis dalam bahasa Sanskerta. Bahasa-bahasa
Bengal, Punjab dan Gujarat bisa dilacak juga berasal dari Sanskerta.
Begitu juga beberapa
kata dalam bahasa Inggris, seperti opal dari bahasa Sanskerta ‘Uppala’ atau candy
dari ‘Khandaaka’ bahkan kata zen berasal dari kata ‘Dhyan.’ Dunia merayakan
Hari Sanskerta setiap 31 Agustus untuk meningkatkan kesadaran tentang bahasa
ini. Tapi banyak yang pesimistis bahwa bahasa Sanskerta tengah sekarat. Hanya
sedikit pihak yang peduli tentang bahasa ini.
Mari kita cermati data
sensus India. Pada 1971, sekitar 2.212 orang India menyebut bahasa Sanskerta
sebagai bahasa ibu mereka. Pada 1991 angka meningkat menjadi 49,736 orang. Pada
2011 turun menjadi sekitar 24,821. India adalah negara berpenduduk 1,4 miliar
orang, tempat kelahiran bahasa Sanskerta, dan kurang dari 25.000 orang yang
mengakui bahasa Sanskerta sebagai bahasa ibu mereka.
Penurunan ini memiliki
konsekuensi serius. Seorang anak bernama Vishnu memiliki nama panggilan Vish.
Sekarang Vishnu menjadi nama umum di India, yang berarti ‘pemelihara’ dalam
bahasa Sanskerta. Sementara Vish berarti racun dalam bahasa Sanskerta. Anda
bisa lihat inilah yang terjadi saat sebuah bahasa mati pelan-pelan.
Namun ada juga
orang-orang yang tidak percaya bahwa bahasa Sanskerta tengah sekarat.
Bagaimanapun juga, orang Hindu berdoa dalam bahasa Sanskerta. Mereka melakukan
upacara ritual dalam bahasa Sanskerta. Anak-anak belajar bahasa Sanskerta pada
sekolah menengah. Masih banyak anak-anak yang memiliki nama dari bahasa
Sanskerta, terlepas dari petaka nama Visnu menjadi Vish.
Pertanyaan kemudian,
berapa banyak atau apakah anak-anak merasakan manfaat dari belajar bahasa
Sanskerta ketika mereka lebih suka belajar bahasa Inggris, Prancis atau
Spanyol? Berapa banyak orang yang benar-benar memahami doa yang mereka baca
dalam bahasa Sanskerta?
Para ahli mengatakan
hanya sekitar seratus ribuan orang Hindu yang memahami doa-doa yang mereka
ucapkan atau baca. Membaca kata-kata yang tidak jelas apalagi tidak dimengerti
tidak akan membuat bahasa hidup, tapi ini juga bukan berarti membunuh suatu
bahasa.
Bagaimana suatu bahasa
lenyap? Itu terjadi saat tidak ada lagi penutur bahasa yang hidup. Penipisan
bahasa mempercepat kematian bahasa. Bahasa-bahasa seperti Yunani Kuno, Arkadian
atau Arami adalah sudah punah. Bahasa Sanskerta dengan cepat bergerak ke arah
sana itu karena sejumlah alasan.
Pertama, bahasa
Sanskerta jarang ditransmisikan ke dalam kata-kata yang tertulis, dan ini
fenomena terbaru untuk bahasa Sanskerta, bahwa kebanyakan pengetahuan bahasa
ini ditransmisikan secara lisan. Ia berlangsung lewat sistem Gurukul. Begitu
sistem ini kolaps, maka pada saat yang sama pengetahuan juga hilang.
Kedua, bahasa Sanskerta
selalu terbatas pada lingkaran kecil orang, biasanya hanya untuk kalangan
pendeta Hindu. Mereka tidak mengizinkan bahasa ini sampai pada atau dipakai
oleh orang-orang biasa. Ketika hal itu terjadi pada bahasa, maka suatu bahasa
niscaya mengalami kepunahan secara alami.
Bahasa Sanskerta seolah
tidak memiliki nilai yang bisa ditawarkan. Tetapi ada hal yang perlu
dipertimbangkan, terutama terkait dengan naskah-naskah kuno. India memiliki
lebih dari 35 juta naskah dari tidak terbatas di India saja. Di kawasan lain di
Asia Selatan ada lebih dari 150.000 naskah.
Sebuah laporan
mengatakan Eropa saja setidaknya memiliki 60.000 naskah dan beberapa laporan
mengatakan 95 persen dari naskah-naskah belum pernah telah diterjemahkan. Dua
pertiga dari naskah-naskah itu ditulis dalam bahasa Sanskerta.
Bagi mereka yang
mengatakan bahwa bahasa Sanskerta itu tidak punya nilai perlu mengingat bahwa
tidak ada yang mengetahui apa yang ditulis atau disampaikan oleh dua pertiga
naskah itu. Semuanya adalah lautan ilmu. Kita tak bisa hanya sekadar meraba
permukaan.
Bahasa Sanskerta adalah
salah satu bahasa klasik yang terhebat. Ia menampilkan kejeniusan orang India.
Ia menjadi jendela untuk memahami kehidupan orang-orang yang datang sebelum
kita. Dalam budaya apa pun, memahami dan menghargai masa lalu sangat penting
buat bergerak ke depan. Jadi kemarin, hari ini dan esok bahasa Sanskerta masih
relevan, ia tidak sekarat. Ia hanya terbengkalai. Maka menjadi kewajiban banyak
pihak menyadarkan publik kembali.