Pada rangkaian ulang
tahun ke-54, Media Indonesia mengadakan Festival Kopi Nusantara. Selain banyak
kopi yang dihadirkan, ada tenun dari Nusa Tenggara Timur yang menarik
perhatian.
Maria Linemen salah
satu penenun yang datang langsung dari Nusa Tenggara Timur untuk mengenalkan
sekaligus menampilkan tenunannya. Sejak umur 15 tahun, Maria sudah mulai
belajar menenun bersama tantenya. “Dari umur 15 tahun, diajarkan sama tante,”
ungkap Maria, Kamis, 1 Februari 2024.
Keahlian menenun
menjadi simbol keberlanjutan budaya dan kreativitas yang memikat. Kain sutra dan
kain alami menjadi bahan utama dalam karya-karyanya yang dipamerkan.
Proses menenun yang
memakan waktu lama memberikan keistimewaan tersendiri pada setiap kain yang
dihasilkan. Setiap benang memiliki hitungan matematika tersendiri. “Seperti
belajar matematika dalam menenun ini,” kata Maria yang ditemui saat di Festival
Kopi Nusantara, di Lobi 3 Gedung Media Indonesia.
Menurut Maria, satu
baju membutuhkan waktu hingga dua minggu untuk diselesaikan. Itu menunjukkan
dedikasi yang tinggi dalam setiap langkahnya.
Motif yang
disebut-sebut sebagai motif ayo tupas menggambarkan keindahan alam sekitar.
Motif itu menampilkan gambar binatang, yaitu katak dan cecak, serta bunga yang
menjadi bagian penting dari narasi kain tenunan itu.
Untuk menjaga
keberlanjutan budaya, Bumi Wastra Nusantara telah melibatkan lebih dari 90%
orang dari NTT agar kearifan lokal itu tidak terputus. Yang berada di Jakarta
akan terus memperkenalkan tenun khas NTT.
Harga hasil tenun
memiliki variasi. Mulai Rp800 ribu hingga mencapai Rp20 juta di galeri-galeri
Butik Wastra Nusantara. Harga semakin mahal karena itu terbuat dari kain dan
pewarna alami yang menambah keunikan dan
umur panjang pada setiap karya.
Semakin tua sebuah
kain, semakin berharga pula keunikan motif yang terpatri di dalamnya. “Semakin
tua kain dan motif semakin mahal karena enggak ada yang sama dari setiap
penenun,” tutup Maria. *** Media
Indonesia