Tapi sayangnya, tidak
sedikit orang berambisi untuk mengejar pangkat dan jabatan. Hingga akhirnya
mengorbankan segalanya. Merasa boelh berbuat apa saja, segala cara dilakukan
untuk ambisinya. Tidak peduli lagi berbuat dosa, menyakiti orang lain. Curang,
berbuat zolim, menebar fitnah, hingga mengadu domba. Bertabur kebencian dan
permusuhan. Jadi, untuk apa mengejar pangkat dan jabatan dengan cara-cara
kotor? Ambisi dan perbuatan buruk itulah yang hingga kini masih dijadikan bahan
naskah sinetron di salah satu stasiun TV.
Siapapun pasti memiliki
cita-cita. Setiap kita pasti punya impian yang ingin diraih. Karena cita-cita
dan Impian itu menjadikan seseorang lebih semangat menjalani kehidupan. Lebih
bergairah dan termotivasi. Belajar, berpendidikan tinggi. Demi berhasil meraih
cita-cita dan impian. Tapi sayang, akhirnya berubah menjadi ambisi yang harus
dikejar. Hingga membenarkan segala cara untuk meraihnya sekalipun tercela. Lupa
kualitas diri, kemampuan dan kepantasan untuk menyandangnya.
Kenapa harus ngotot
mengejar pangkat dan jabatan? Kenapa ingin punya kekuasaan agar dipuji orang
lain? Jangan lupa, pangkat, jabatan dan kekuasaan akan datang dengan sendirinya
pada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Asal niatnya baik, ikhtiarnya bagus, dan
doanya banyak. Pangkat dan jabatan bukanlah ambisi apalagi ego. Tapi anugerah
dan amanah untuk membantu orang lain, untuk kemaslatan banyak orang. Maka
jangan cinta pangkat dan jabatan, biasa-biasa saja. Karena apapun, termasuk
pangkat dan jabatan pada akhirnya semua akan terhenti, terganti dan tidak
berarti lagi.
Lantas, masihkah kita
mau berlomba mengejar jabatan, pangkat dan kekuasaan. Masihkah ambisi pribadi
harus tercapai? Memangnya kita siapa? Dalam berbagai literatur, siapapun yang
mengejar pangkat dan jabatan biasanya berakhir pad apenyesalan. Kekuasaan dan
sukses pun tidak sedikit berakhir dengan cacian dan kebencian. Penyesalan atas
apa yang diraih dengan cara-cara kotor. Dan semuanya yang tahun hanya diri
sendiri. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kalian nanti akan sangat
berambisi terhadap kepemimpinan, ujungnya hanya penyesalan pada hari kiamat. Di
dunia ia mendapatkan kesenangan, namun setelah kematian sungguh penuh derita”
(HR. Bukhari no. 7148).
Maka jangan habiskan
waktu untuk memukuli dinding dan berharap bisa mengubahnya menjadi pintu.
Pangkat, jabatan, dan kekuasaan memang baik. Bahkan jadi amanat yang berat.
Maka hati-hati saat mengemban pangkat dan jabatan. Jangan sampai gila pangkat,
maruk jabatan, dan haus kekuasaan. Sehingga berlaku zolim, berbuat seenaknya,
lalu menjadi orang-yang lalai dan tergiur dengan pangkat dan jabatan. Ingatlah,
sehebat apapun pangkat dan jabatan yang disandang pasti akan ditinggalkan.
Sebanyak apapun harta pasti tidak dibawa mati. Setinggi apapun kedudukan pada
akhirnya hanya aksesori belaka. Jangan sampai apa yang dikejar di dunia ini
akhirnya berubah menjadi penyesalan.
Memiliki jabatan dan
pangkat, memang tidak berdampak buruk. Ada sisi positifnya bila digunakan
dengan baik dan amanah. Pangkat untuk meningkatlan harkat martabat orang lain.
Jabatan untuk membantu orang lain. Pangkat yang diniatkan untuk menolong orang
lain. Jabatan untuk membebaskan orang lain dari kesusahan dan kelaparan.
Pangkat, jabatan, dan kekuasaan sebagai ladang amal. Untuk selalu berbuat baik
dan menebar manfaat kepada banyak orang. Karena sebaik-baik manusia adalah yang
paling bermanfaat untuk orang lain.
Jangan lagi kejar
pangkat, jabatan, dan kekuasaan. Jangan hanya getol urusan dunia. Tapi
seimbangkan dunia dan akhirat. Serasikan urusan lahir dan batin. Manfaatkan
hidup untuk Bersiap mati. Jangan lagi ambisi sebatas urusan jasmani lalu
meninggalkan rohani. Biasa-biasa saja, dan lakukan semuanya secara seimbang,
proporsional. Bukan karena ambisi, karena nafsu apalagi ego. Agar tidak
berakhir penyesalan. Seperti saya berkiprah di taman bacaan dan literasi,
semata-mata diniatkan untuk menjaga keseimbangan dunia dan akhirat. Menjadikan
taman bacaan sebagai ladang amal untuk semua orang. Saya tidak punya ambisi
untuk berpangkat, punya jabatan apalagi kekuasaan. Tapi saya berambisi untuk
selalu berbuat baik dan menebar manfaat kepada orang lain. Dan untuk itu, saya
bila lakukan di setiap jalan setiap akar rumput.
Hari ini, banyak orang
mengejar dunia dan impian lalu frustrasi. Kerja kerasnya belum membuahkan
hasil, ikhtiarnya dianggap sia-sia. Mungkin sebabnya, karena terlalu berambisi,
terlalu nafsu. Hingga cara-cara yang ditempuhnya tidak berkenan di banyak orang.
Mengejar sesuatu yang lebih banyak mudharatnya daripada maslahatnya, lebih
banyak buruknya daripada baiknya.
Maka istirahatlah dan
berhenti sejenak. Perbaiki lagi niat, ikthiar dan doa yang lebih baik. Lebih
berkenan di mata-Nya. Karena ketahuilah, untuk menjadi yang terbaik, kita harus
bisa mengatasi yang terburuk pada diri kita sendiri, bukan pada orang lain.
Ketahuilah, penemuan
terbesar sepanjang masa adalah ketika seseorang bisa mengubah masa depannya
hanya dengan mengubah sikapnya saat ini. Punya hati dan perilaku yang baik
lebih penting daripada pangkat dan jabatan yang dikejar. Salam literasi