Dau Ca Dau mempersembahkan bunga kepada Pastor John Hoang Quang Hai di gereja Dong Ha pada 14 Desember 2023. (Foto tersedia) |
Pria komunis berusia 27
tahun dari kelompok etnis Bru-Van Kieu ini percaya bahwa pertobatannya mirip
dengan St. Paulus, yang “menganiaya orang-orang Kristen tetapi jatuh
dalam perjalanan ke Damaskus dan memilih untuk mengikuti Yesus.”
Dau dilahirkan dalam
keluarga ateis di sebuah desa di Provinsi Quang Tri. Di desanya, dia
memperlakukan umat Kristen sebagai “kekuatan reaksioner,” yang berperang
melawan pemerintah komunis, katanya.
Ayahnya, seorang
tentara dan anggota Partai Komunis, mengatakan kepadanya bahwa kekuatan agama
seperti Kristen menganiaya etnis penduduk desa dan merusak tujuan revolusioner
pemerintah.
“Tidak ada Tuhan di
dunia ini dan manusia bisa melakukan segala hal,” kata Dau mengenang perkataan
ayahnya.
Dau belajar di sekolah
berasrama yang dikelola negara di mana ia bergabung dengan Persatuan Pemuda
Komunis Ho Chi Minh, sebuah organisasi sosial-politik yang mendidik generasi
muda untuk menjadi komunis yang setia.
Setelah menyelesaikan
sekolah menengah atas tahun 2015, ia mengajukan diri menjadi anggota
milisi untuk menjaga ketertiban dan keamanan sosial di desanya.
Dia berusaha sekuat
tenaga untuk mendapatkan imbalan dari atasannya dengan “mengikuti, mengintip,
dan menguping orang” yang datang ke desa dari tempat lain.
Masyarakat datang untuk
berdagang ikan kering, gula, susu, minyak goreng, dan pakaian, selain
memberikan buku catatan kepada masyarakat setempat.
“Saya curiga mereka
menyebarkan agama Katolik dan agama Protestan secara ilegal. Saya menuduh
mereka membahayakan jaminan sosial,” kenangnya.
Tahun 2016, Dau
menangkap lima orang di antara mereka karena mereka “menyimpan salib dan
Alkitab di tas mereka.”
Mereka ditahan selama
sehari sebelum dibebaskan.
Dau percaya bahwa salib
adalah kekuatan “jahat” dan secara aktif mencegah umat Katolik setempat
berkumpul untuk berdoa.
Namun, saat ini dia
yakin masa lalunya adalah rencana Tuhan untuk menyelamatkan dia dan keluarganya
dan menjadi teladan bagi banyak orang.
Tahun 2022, ayahnya
didiagnosis mengidap kanker hati, dan keluarganya, yang terdiri dari tiga
saudara kandungnya, tidak punya apa-apa setelah mereka menjual seluruh ternak
mereka untuk membiayai perawatan rumah sakitnya.
Namun, beberapa umat
Katolik di daerah tersebut memberikan dukungan emosional dan material kepada
ayahnya hingga kematiannya. Beberapa di antara relawan tersebut termasuk lima
orang yang ditangkap karena tuduhan Ho.
Dau menjadi semakin
miskin dan sengsara ketika panennya gagal. Ia ditinggal mencari nafkah dengan
mengangkut barang orang lain dengan sepedanya di Dong Ha.
“Suatu hari saya
pingsan karena kelaparan dan tergeletak di pinggir jalan. Seorang umat
Katolik yang lewat membawa saya ke rumah sakit dan menanggung semua biaya
pengobatan saya,” katanya.
Dia dirawat di rumah
sakit selama tiga hari karena gangguan vestibular dan hipotensi.
Thaddeus Vu Duc Vinh,
yang menyelamatkan dia dari pinggir jalan, mengatakan dia membantu Ho membeli
sepeda motor bekas dan mendapatkan SIM.
Segera Dau mulai
bekerja sebagai tukang ojek dan mulai mendapatkan penghasilan sekitar 300.000
dong (12 dolar AS) per hari.
Vinh, seorang anggota
kelompok amal yang berbasis di Paroki Thach Han, juga mengundang Ho untuk
tinggal di rumahnya.
Dau adalah “seorang
yang jujur, pekerja keras, dan berusaha mandiri pada saat itu,” kata Vinh
kepada UCA News.
Dau perlahan mulai
bergabung dengan umat Katolik untuk berdoa dan Misa Hari Minggu di gereja
setempat.
“Ketika dia mulai
bergaul dengan umat Katolik lainnya, dia menjadi sangat tertarik pada agama
Katolik,” kata Vinh.
Dau mengatakan dia
merasa sangat berhutang budi kepada umat Katolik atas semua cinta dan dukungan
mereka. “Saya ingin berdoa kepada Tuhan untuk memberkati mereka,” tambahnya.
Keluarga dan kerabatnya
sendiri mulai menghindarinya dan perpindahan agamanya membuat mereka marah.
Salah satu pamannya
mengejek dia dengan mengatakan dia mengikuti agama Katolik untuk mendapatkan
makanan dari umat Katolik.
Namun, Dau mengatakan
umat Katolik “adalah warga negara yang baik”, yang berbagi sumber daya mereka
dengan orang lain.
“Mereka tidak
menyalahgunakan agama atau menghasut orang untuk menentang pemerintah,”
katanya.
Dau kini mengikuti
kursus empat bulan bersama 11 katekumen lainnya, yang diadakan tiga hari
seminggu di Paroki Dong Ha.
Dia berencana menerima
baptisan pada perayaan Paskah pada Maret tahun ini.
Pastor Andrew
Nguyen Dinh Toai, CSsR, yang mengajar mereka, mengatakan Dau berperan aktif
dalam kelas tersebut dan berusaha menghilangkan keraguannya.
“Dia rutin menghadiri
Misa sebagai cara untuk memperkuat imannya,” kata Toai, seraya menambahkan
Ho adalah satu dari tiga katekumen yang ingin bergabung dengan Katolik
tanpa motivasi eksternal.
Setelah pindah
agama, ia mau menikah dengan umat Katolik, ungkapnya.
Bruder tersebut
mengatakan bahwa paroki tersebut menerima rata-rata enam katekumen setiap tahunnya.
Vinh akan berperan
sebagai ayah baptis Ho untuk membimbing dia memasuki iman Katolik saat pemuda
itu membuka lembaran baru dalam kehidupan.
“Saya senang bisa
menjalani hidup yang bermakna dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang
lain sebagai seorang Katolik,” jelas Dau.
Mottonya untuk
menghayati iman Katolik adalah “kasihilah musuhmu dan berdoa bagi mereka yang
menganiaya kamu.”
“Setelah Anda merasakan
kehadiran ilahi di hati Anda, Anda tidak akan takut pada apa pun di dunia ini,”
kata Dau.
Sumber: Vietnamese
communist takes road to damascus to become catholic