Menurut Kepala Dinas
Kesehatan Belu, drg. Maria Ansilla Eka Mutty, bahwa kasus
DBD terbanyak terjadi di Kota Atambua, dengan jumlah mencapai 31 kasus dan satu
orang meninggal, diikuti oleh Atambua Selatan dengan 18 kasus, 1 orang meninggal,
Kakuluk Mesak dengan 17 kasus, dan Atambua Barat dengan 12 kasus.
"Dari data yang
ada, kita perlu meningkatkan upaya preventif
dan promosi kesehatan untuk menekan tren kenaikan kasus DBD. Langkah-langkah
ini termasuk pemberantasan sarang nyamuk dan peningkatan kesadaran masyarakat
akan bahaya DBD," ungkap drg. Ansilla. Jumat, 5 April 2024.
Untuk mengatasi situasi
ini, Dinas Kesehatan telah merencanakan beberapa tindakan lanjut, termasuk
melakukan penyuluhan tentang DBD di setiap wilayah kerja Puskesmas,
penyelidikan epidemiologi, serta melakukan surveilans aktif di rumah sakit dan
sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).
Kata drg Ansilla,
diagnosis dini juga menjadi fokus, dengan penggunaan
tes NS1 di Puskesmas, sementara penanganan pasien DBD dilakukan di rumah sakit
wilayah Kabupaten Belu. Selain itu, kegiatan fogging juga akan dilakukan secara
intensif.
"Tidak hanya itu,
kami juga akan melakukan penaburan Abate di tempat penampungan air di perumahan
warga sebagai langkah pencegahan. Bubuk Abate dapat diambil secara gratis di
Puskesmas. Kami juga akan melibatkan kerjasama lintas sektor melalui Pokja DBD
Belu dan menyediakan call center (081238654568) khusus DBD," pungkas drg.
Ansilla. *** flores.tribunnews.com