Yohanes Lalang pria kelahiran Lembata yang berjibaku dengan tanah gersang di Desa Mata Air, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. |
Dia memilih untuk
bergelut dengan rumput dan tanah yang kotor. Bermodalkan kemauan dan terus
berusaha disertai doa, lahan usaha pertanian yang dikembangkan sejak 2006 kini
menghasilkan cuan jutaan rupiah.
Warga di Kabupaten
Kupang khususnya Kecamatan Kupang Tengah,
Balai Besar Penyuluh Peternakan atau BBPP Kupang, Politani Kupang dan
beberapa SMKN di NTT sangat mengenal sosok ini dengan baik.
Yohanes Lalang
merupakan sosok petani mandiri yang kreatif. Bermodalkan semangat pantang
menyerah dirinya mau memajukan pertanian di daerah Kabupaten Kupang khususnya
dan NTT umumnya.
Dia terus berkarya
bergelut dengan tanah kotor secara mandiri tanpa harus mengharapkan pertolongan
dari pemerintah.
Kepada Pos Kupang belum
lama ini Yohanes Lalang menceritrakan bahwa awal mula mengembangkan usaha
pertanian dia bersama sang istri.
Mereka membuka lahan
seluas 37 are mengembangkan usaha pertanian dengan menanam aneka jenis tanaman
seperti mangga, jeruk nipis, jeruk purut, kendodong mini, kacang panjang,
tomat, lombok, pepaya, kelor dan tanaman untuk apotik hidup.
Warga Desa Mata
Air, Kecamatan Kupang Tengah,
ini menuturkan perihal bagaimana obsesinya sejak permulaan berusaha di bidang
pertanian tahun 2006 hingga diakui sebagai Pusat Pelatihan Pertanian dan
Pedesaan Swadaya (P4S) dibawa dampingan BBPP Kupang.
Yohanes mengatakan
kalau langkah yang dilakukannya ini memang tidak lazim buat kebanyakan orang.
Pasalnya, bergulat
dengan tanah yang kotor dan harus membersihkan rumput ilalang tentu dibutuhkan
kerja keras, penuh ketabahan dan kesabaran.
Berbekalkan pengalaman
di kampung halamannya di Kedang yang sudah biasa berkebun, dirinya berani
mengambil sikap menjadi petani kreatif.
Dirinya mengawali
dengan membuat pembibitan mangga di rumahnya kemudian selangkah demi selangkah
membuat pembibitan tanaman holtikultura lain.
Seperti jeruk nipis,
jeruk purut, kendondong mini, tomat, lombok, pepaya, sereh merah, bawang merah,
melon dan beragam jenis tanaman apotik hidup.
Ia mengakui sangat
enjoy dengan pekerjaan yang digelutinya ini. Ia mengembangkan tanaman
holtikultura secara mandiri.
Kuncinya ada pada
kemauan dan pantang menyerah.
"Berkat kerja
keras selama ini maka tahun 2013 saya dipercayakan BBPP Kupang menjadi
ketua P4S," ujar mantan siswa Seminari Hokeng tahun 1981 ini.
Menurut mantan siswa
SMA Sapientia Kupang tahun 1986 ini, seiring dengan perjalanan waktu, dirinya
bersama istri tercinta, Bibiana Boleng mengembangkan usaha pada lahan tanah
yang dibeli dari warga setempat seluas 37 are.
Alhasil kini lahan yang
ada ditanami aneka tanaman dan menjadi tempat pembelajaran para pihak baik non
aparatur maupun aparatur negara.
Dia menyebut para
aparatur yang dibawa BBPP Kupang selalu menghantar ke lokasi
usaha yang dikembangkan ini termasuk para siswa SMK seperti SMKN Kobalima dari
Malaka dan SMKN Waibakul Sumba Tengah.
Bahkan dirinya selalu
diundang ke berbagai daerah memberikan testimoni soal usaha yang
dikembangkannya.
Walau belum banyak yang
mengenal usahanya, kata Yohanes, tapi ini sebagai panggilan jiwa untuk
mengembangkan potensi lokal.
"Potensi kita
banyak cuma kemauan saja yang belum ada untuk mau berusaha," katanya.
Dia menilai, orientasi
kebanyakan orang khususnya lulusan perguruan tinggi hanya mau bekerja di kantor
dan tidak mau bekerja kotor.
Padahal usaha pertanian
justru memberikan nilai ekonomi yang luar biasa jika ditekuni dengan gembira
dan tulus hati. (*) poskupang.com