Miris! Diduga Akibat Kelalaian Pihak Puskesmas Tunabesi Kabupaten Malaka NTT, Bayi Yang Dirindukan Keluarga Akhirnya Pupus

Miris! Diduga Akibat Kelalaian Pihak Puskesmas Tunabesi Kabupaten Malaka NTT, Bayi Yang Dirindukan Keluarga Akhirnya Pupus

Diduga Kelalaian Nakes Puskesmas Tunabesi, Malaka, Bayi Diduga Kelalaian Nakes Puskesmas Tunabesi, Malaka, Bayi ibu Maria Funan Meninggal Dalam Perjalanan Rujuk Ke RSUD Atambua


Suara Numbei News - Akibat kelalaian pihak Puskesmas Tunabesi, Kabupaten Malaka, Provinsi NTT, mengakibatkan kehilangan nyawa seorang bayi mungil.

Tragedi mengenaskan ini menimpa ibu Maria Gaudensiana Funan, warga Dusun Baunakan Desa Tunabesi Kecamatan Io Kufeu Kabupaten Malaka Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bayi yang dikandungnya yang dirindukan seharusnya lahir sehat akhirnya pupus.

Sebab, bayi laki-laki itu meninggal dunia saat lahir dalam perjalanan rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Atambua, Jumat (29/03/2024), tepat Hari Raya Jumat Agung Masa Paskah umat katolik sedunia.

Ibu sang bayi, Maria Gaudensiana Funan yang akrab disapa Densi, yang menghubungi Tim Media, Senin (01/04/2024) siang, menegaskan kalau bayinya meninggal karena keracunan air ketuban.

Sebab, pihak Puskesmas Tunabesi lalai dengan terlambat menangani proses persalinannya.

Padahal, Densi sendiri sudah tiba di Puskesmas Tunabesi sekira pukul 15:00 Wita. "Saya tiba di Puskesmas sekira pukul 15:00 Wita. Ini karena saya dapat air ketuban di rumah sekira pukul 14:30 Wita. Jadi, dari rumah saya hanya jalan kaki ke Puskesmas. Kebetulan rumah dekat Puskesmas. Tetapi, saat tiba di Puskesmas, tidak ada bidan. Setelah dicari-cari, ternyata bidan dong di mes," kata Densi.

Menurut Densi, para bidan seolah membiarkannya, tidak mau menangani persalinannya. Mereka baru bisa datang lihat kondisi Densi setelah suaminya, Edu Manek, sedikit marah karena lama menangani persalinan istrinya itu.

Setelah Edu marah-marah, ungkap Densi, dua bidan datang. Tetapi, mereka hanya bilang tidak apa-apa. Mereka sempat cek kondisi jantung bayi tetapi bilang tidak apa-apa. Kondisi jantung bayi juga baik-baik. Sedangkan Densi disuruh tidur menyamping kiri.

Tak lama kemudian, Densi mengalami pendarahan. Karena itu, Edu sebagai suami, mulai naik pitam.

Edu bilang, "Kalau terjadi apa-apa dengan istri saya, kamu tahu memang eee...". Sementara kedua bidan itu terus menghubungi Kepala Puskesmas (Kapus) Tunabesi Maria Yovita Un untuk rujuk ke RSUD Atambua.

Rujuk baru bisa dilakukan sekira pukul 19:00 Wita. Kedua bidan mendampingi Densi menggunakan ambulance. Sedangkan mobil pick up milik Edu-Densi dibawa serta untuk memudahkan urusan dalam perjalanan atau selama berada di rumah sakit.

Mobil ambulance yang membawa Densi dikemudikan berjalan pelan sambil menunggu mobil pick up yang membawa Kapus Yovita. Mobil ambulance yang membawa Densi jalan lebih dahulu dan menunggu mobil pick up yang membawa Kapus Yovita di Kotafoun. Dikira mobil pick up itu lewat jalan poros tengah Nausa. Karena menunggu lama, Densi desak sopir ambulance dan dua tenaga kesehatan (nakes) pendamping untuk jalan terus.

Densi bilang, "Ibu Kapus pasti menyusul karena Edu yang jemput dan bawa mobil".

Kedua mobil itu baru bisa bergabung sekira pukul 20:00 Wita di Balibo Desa Umutnana di ujung jalan hotmix. Karena sudah baku dapat, Kapus Yovita kemudian pindah mobil dari pick up ke ambulance. Sudah begitu, mobil ambulancepun masih dikemudikan dalam kecepatan pelan.

Dalam perjalanan, tepatnya di Lurasik sekira pukul 21:30 Wita, Densi tahu kalau bayinya sudah diambang 'pintu'. Kepala bayi sudah keluar. Hal ini disampaikan kepada mama mantunya. Mama mantu kemudian sampaikan kepada para bidan dan Kapus Yovita. Tetapi, para bidan dan Yovita bilang tidak apa-apa. Densi diminta menahan diri dan jangan melahirkan di atas mobil ambulance.

Begitu tiba di cabang Halilulik, Densi dan mama mantunya minta kedua bidan dan Kapus Yovita untuk kalau bisa belok ke Rumah Sakit Katolik (RSK) Marianum Halilulik.

Tetapi, kedua bidan dan Kapus Yovita bilang tidak apa-apa. Mereka seolah sengaja tidak mau dengar dan lari lurus menuju RSUD Atambua. Tak jauh dari cabang Halilulik itu, tubuh bayi keluar dengan sempurna sekira pukul 22:00 Wita.

"Tetapi, sang bayi tidak menangis selayaknya bayi yang baru lahir. Kedua bidan dan Kapus Yovita disebut-sebut sempat memukul pelan sang bayi untuk memastikan bayinya normal atau tidak, sehat atau tidak, masih bernyawa atau tidak. Sudah begitu, tali pusar dibiarkan saja, tidak dipotong. Ari-ari juga tidak dikeluarkan," ujarnya 

Setiba di RSUD Atambua sekira pukul 23:14 Wita, Yovita langsung membawa masuk Densi dan bayinya ke dalam. Tali pusar sang bayi dipotong dan ari-arinya dikeluarkan dari kandungan Densi.

Tak lama kemudian, Yovita keluar kembali dan menginformasikan kepada mama mantunya Densi kalau sang bayi laki-laki itu tidak bisa terselamatkan karena keracunan air ketuban.

Atas kesepakatan Yovita bersama nakes lain, Densi bersama suaminya, Edu Manek sebagai suami, dan mama mantu, malam itu pula bayi yang sudah meninggal dibawa pulang ke kampung, sedangkan ibunya Densi masih tinggal di rumah sakit untuk pemulihan kondisi tubuhnya.

Isak tangis keluarga besar Edu Manek menyambut sang bayi yang sudah tidak bernyawa dan dikuburkan pada Minggu (31/03/2024).

Rita Fahik sebagai iparnya Densi dan tanta sang bayi mengaku sangat kesal dengan penanganan persalinan yang dilakukan nakes dan Kapus Yovita.

"Anak saya meninggal karena penanganannya terlambat. Dia keracunan air ketuban. Sebab, air ketuban keluar pertama jam tiga dan bayinya lahir jam sepuluh dalam perjalanan. Berarti bayinya terendam air ketuban selama enam jam. Ini malpraktek dan masalah kemanusiaan. Bidan dan Kapus Yovita harus bertanggungjawab," demikian Rita.*** batastimor.com



 

 

 

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama