Sekte ini menamakan
diri sebagai kelompok liberalist. Dari sini saya kemudian mengingat dua
kejadian di Indonesia beberapa hari belakangan ini dengan munculnya gerakan
Kristen progresif dan pernyataan bahwa Gereja Katolik bukan Gereja pertama atau
purba.
Dua peristiwa ini
menurut hemat saya adalah sebuah tantangan bagi kita Gereja Katolik bukan saja
waspada dan hati-hati dengan usaha yang menurut hemat saya ingin mengaburkan
fakta sejarah dan Biblis akan keberadaan Gereja Katolik (Roma) yang Satu, dan
Apostolik. Mereka hendak menggunakan dalil-dalil menurut tafsiran dan logika
mereka sendiri untuk mengaburkan Kebenaran ajaran Iman Gereja baik dari Kitab
Suci maupun Tradisi dan Magisterium.
Kenyataan ini sama
persis dengan beberapa sekte yang menggunakan nama Katolik dengan tambahan
Apostolik dan Universal. Sama seperti gerakan Kristen progresif, Catholic
Universal Church (CUC) tidak menjadikan dogma atau doktrin sebagai pilar dalam
kehidupan beriman mereka, meskipun tata perayaan mereka sama persis dengan
Katolik Roma namun mereka hanya mendasarkan diri pada kebebasan, cinta dan
Alkitab.
Mereka memaknai
universal sebagai kebebasan tanpa dikekang oleh dogma dan doktrin. Bahwa semua
orang dicintai Allah maka semua diselamatkan tanpa harus terikat pada satu
Gereja dan juga bisa menjadi pelayan di altar baik laki-laki yang sudah
beristri maupun perempuan yang bersuami dan kaum LGBTQ.
Sedangkan dalam
pandangan Gereja Katolik (Roma) sendiri Universal artinya semua. Dalam arti
terbuka untuk semua namun tetap dalam kesatuan dengan satu Gereja yang berada
di Roma yaitu Takhta Suci yang dengan sendirinya mengakui supremasi Paus, Dogma
dan Doktrin Gereja.
Saya menggunakan kata
Katolik Roma ini juga menjadi penegasan identitas kita yang sejati sebagai
Katolik, Satu, Apostolik dan Kudus. Dalam suratnya, Santo Paus Klemens I
mengatakan demikian;
“Kalian akan memberikan
kepada kami sukacita dan kegembiraan jika kalian menunjukan ketaatan pada
segala sesuatu yang kami tulis melalui karya Roh Kudus.”
Maka Gereja Roma,
secara khusus Klemens berbicara di dunia ini dengan otoritas atau karya Roh
Kudus dan otoritas itu disebarkan kepada orang-orang Kristen di seluruh dunia.
Para Bapak Gereja
banyak bersaksi tentang kedudukan tertinggi Roma. Sekitar tahun 105, Santo
Ignatius us dari Antiokia menyebut Gereja Roma sebagai “Gereja yang layak bagi
Allah, layak dihormati, layak dipuji, layak dimuliakan, layak dikuduskan dan
Gereja yang memimpin dalam Cinta dan memelihara hukum Kristus.” “Memimpin dalam
Cinta” adalah sebuah kesimpulan yang bagus dari peran Roma yang terus digenapi
sepanjang zaman di dalam Gereja.
Universalitas
Gereja-yang ada dimana-mana-mengarahkan diri ke Roma pertama-tama dalam hal
kepemimpinan dan kepastian doktrin.
Bagi Klemens, Ignasius
dari Antiokia dan Para Bapak Gereja yang tersebar luas di luar Roma, Roma
adalah pusat yang aman bagi Gereja Universal. Kesatuan ini dinampakan dalam
pribadi Paus, penerus Santo Petrus.
Berhadapan dengan aneka
situasi yang hendak mengaburkan eksistensi Gereja Katolik (Roma) yang Satu,
Kudus dan Apostolik maka kita hendaknya tahu dan sadar bahwa Katolik yang Satu,
Kudus dan Apostolik itu memiliki pilar dalam kehidupan umat beriman dan menjadi
sumber segala dogma dan doktrin dalah:
-. Kitab Suci,
-. Tradisi Suci,
-. Magisterium Gereja
Untuk menjaga kebenaran
ajaran iman baik itu Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja maka
dibutuhkan ketaatan pada Paus dan para uskup yang merupakan suksesor Apostolik
di dunia yang diberi tugas untuk mengajar, menjaga dan merawat ajaran-ajaran iman
Gereja.
Selebihnya jika tidak
memiliki ketaatan pada Paus dan para Uskup serta tidak menjadikan Kitab Suci,
Tradisi Suci dan Magisterium Gereja sebagai pilar dan sumber ajaran iman
mereka, maka mereka bukanlah Katolik sebagaimana yang dimaksud oleh Yesus
walaupun menggunakan nama Katolik dan Apostolik untuk sekte mereka.
Sebab Katolik yang
dimaksud oleh Yesus adalah satu-satunya Gereja yang Satu, Kudus, dan Apostolik
yang tidak lain adalah Gereja Katolik Roma.
Manila: 24-April, 2024
Tuan Kopong msf