Setelah ada partai
politik yang merekomendasikan bakal calon yang fight di Pilkada lukada 2024,
masyarakat ikut merespons dengan menggiring beberapa opini tentang itu.
Sebagian orang sudah
mulai aktif memperkenalkan figur politiknya, walaupun masih belum saatnya
pendaftaran dan penetapan bakal calon.
Figur politik yang
diperkenalkan memiliki track record yang berbeda-beda. Ada yang sudah pernah
jadi anggota Legislatif, pensiunan Aparatur Sipil Negara, pengusaha dan
pebisnis, mantan Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah serta Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah yang sedang menjabat dan sering disebut sebagai comeback.
Dengan itu, ada yang
pro dan ada juga yang kontra terkait figur politik yang diperkenalkan di media
sosial. Namanya saja politik, sudah hal yang lumrah jika itu terjadi.
Pemilihan kepala daerah
salah satu aspek penting dalam pemerintahan lokal. Ketika seorang mantan kepala
daerah mencoba fight untuk merebut kembali kepemimpinan di daerahnya, penting
bagi kita untuk mewaspadai dan mengevaluasi kembali kualitas kepemimpinannya.
Ada apa dan mengapa?
Menentukan dan
memberikan dukungan pada figur politik adalah hak yang sama bagi semua orang.
Namun, apa benar ia orang yang tepat untuk jadi pemimpin di daerah kita selama
lima tahun ke depan?
Dalam konteks
perpolitikan, sebagian orang memberikan dukungan kepada figur politik tertentu
karena ada janji politik yang di iming-imingkan. Ada juga yang menurut
hematnya, figur politik tersebut layak jadi pemimpin daerahnya. Walaupun nanti
pada realitanya, tidak seperti apa yang diharapkan.
Menurut hemat saya,
orang yang menginginkan kemajuan daerahnya, memiliki kemampuan dan kecerdasan
dalam memberikan dukungan bagi figur politiknya. Tidak hanya sebatas mendukung
dan menyuarakan saja.
Jika ada pasangan
calon, baik calon Kepala daerah maupun calon wakil kepala daerah yang sudah
pernah menjabat dan comeback di pilkada nanti, visi misi yang ia tawarkan
kepada masyarakat perlu dipertimbangkan.
Kepemimpinan yang ia
jalankan selama satu periode sebelumnya, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
para pendukung dan juga bagi masyarakat banyak. Apakah dia sudah menjalankan
kepemimpinan yang baik, merealisasikan pembangunan infrastruktur, memperhatikan
kesenjangan ekonomi masyarakat dan apakah mampu menjawab semua apa yang telah
menjadi keluhan masyarakat?
Tidak hanya itu, masih
banyak hal lain yang menjadi bahan pertimbangan bagi kita untuk
mengevaluasinya. Apakah dia bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme dan
gravitasi.
Begitu juga perdana
calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah yang ikut kontestasi Pilkada
2024 nanti. Kita harus mampu memahami tujuannya dalam memimpin daerah dalam
kurun waktu lima tahun ke depan. Kita harus mampu memahami visi misinya, apakah
sesuai dengan yang diharapkan seluruh masyarakat? Dan apakah visi misi itu
dapat terwujud dalam satu periode setelah terpilih?
Benar kata orang yang
mengatakan “sulit mendapatkan pemimpin yang sempurna. Namun, mendapatkan
pemimpin yang baik dan bertanggung jawab masih bisa ditemukan”.
Dengan itu, jangan
salah memilih dan memilah dalam memberikan dukungan politik. Tetapi, berkacalah
pada fenomena politik pilkada sebelum-sebelumnya, supaya dukungan yang
diberikan tidaklah sia-sia.
Terwujudnya kemajuan
suatu daerah, harus dipimpin oleh pemimpin daerah yang profesional dan bijak,
yang terlahir dari pilihan-pilihan orang yang cerdas dan bijaksana.
Selanjutnya, orang
bijak dalam memberikan dukungan politik tidak terpengaruh dengan money politik
(politik uang). Akan tetapi, ia sadar bahwa itu tidak baik bagi sistem politik
yang demokratis.
Dengan memiliki
pemahaman yang baik dalam merawat demokrasi, money politik baginya adalah cara
kotor dalam politik dan perpolitikan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu,
jadilah masyarakat yang bijak dalam memberikan dukungan, bukan justru dukungan
ditawarkan apabila ada janji politik dari figur politik tertentu.
Menurut hemat saya,
“jika yang memenangkan Pilkada adalah orang yang saya dukung dan lupa dengan
saya setelah ia memenangkan kontestan Pilkada, itu tidak masalah. Mungkin dia
sibuk dengan tugas nya. Tetapi jika ia melupakan daerahnya selama lima tahun
maka perlu di pertanyakan”.
Sejatinya pemilih dalam
memberikan dukungan politik, harus berdasarkan hati nurani yang tidak
digoyahkan oleh pengaruh politik seperti money politik, janji politik dan
sebagainya. Namun, ia mengutamakan janji politik yang dirasakan oleh seluruh
elemen masyarakat di daerahnya.
Dengan itu, supaya
daerah kita selalu di kenang oleh pemimpin daerah yang terpilih dan tersentuh
pembangunan, jadilah pembanding yang independen, konsisten dan ikut
berpartisipasi tanpa ada janji politik antara individu dan kontestasi tertentu.