Kalau pun keluar rumah,
rata-rata mereka mengenakan jaket yang tebal untuk menjaga suhu tubuhnya tetap
hangat.
Menariknya kondisi ini
ternyata tidak hanya terjadi di NTT saja tetapi juga di wilayah lainnya di
Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa
Yogyakarta Nusa Tenggara Barat, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera
Barat, dan Sumatera Utara.
Menurut Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan udara terasa lebih dingin di malam hari, terutama pada musim
kemarau.
Berikut adalah
penjelasannya:
1. Fenomena Musim
Bediding Musim bediding merupakan fenomena alam yang terjadi di Indonesia saat
peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
Fenomena ini ditandai
dengan angin muson Australia yang kering dan dingin bertiup dari selatan ke
utara.
2. Pengaruh Posisi
Matahari Pada saat musim kemarau, posisi matahari berada di belahan bumi
utara.
Hal ini menyebabkan
belahan bumi selatan, termasuk Indonesia, menerima lebih sedikit sinar
matahari.
3. Langit Cerah dan
Kurangnya Awan
Saat musim kemarau,
langit biasanya lebih cerah dan minim awan.
Awan memiliki sifat
yang dapat menahan panas bumi, sehingga ketika awan sedikit, panas bumi akan
lebih mudah dilepaskan ke atmosfer pada malam hari.
4. Angin Tenang Pada
malam hari
Biasanya angin bertiup
lebih tenang. Hal ini menyebabkan udara dingin tertahan di permukaan bumi dan
tidak tercampur dengan udara hangat di atasnya.
5. Kelembaban Udara
Rendah
Udara kering memiliki
kemampuan menahan panas yang lebih rendah dibandingkan udara lembab.
Pada musim kemarau,
kelembaban udara umumnya lebih rendah. Hal ini menyebabkan panas bumi lebih
mudah dilepaskan ke atmosfer pada malam hari, sehingga suhu udara menjadi lebih
dingin.***