Dari Bayang-bayang Kegelapan Menuju Cahaya Pengetahuan (Jendela Filsafat)

Dari Bayang-bayang Kegelapan Menuju Cahaya Pengetahuan (Jendela Filsafat)



Suara Numbei News - Di dalam panorama pemikiran filosofis, kita menemukan sebuah Alegori Gua karya Plato yang cukup menggugah cakrawala berpikir kita. Alegori tersebut mengajak kita untuk mempertanyakan persepsi kita, menantang keyakinan kita dan memulai perjalanan transformatif dari kegelapan menuju cahaya.

Plato menggambarkan para tahanan dirantai sejak lahir di dalam gua yang gelap gulita dengan pandangan mereka tertuju pada dinding gua. Di belakang mereka, api menyala, menghasilkan bayangan di dinding itu.

Bagi para tahanan bayangan-bayangan tersebut merupakan kenyataan sekaligus kebenaran. Mereka tidak mengenal dunia lain, tidak mengenal eksistensi lain.

Setelah salah satu dari tahanan dibebaskan, ia menemukan realitas lain di luar gua. Awalnya, cahaya dari api itu menyilaukan, namun saat matanya menyesuaikan diri, kenyataan baru terungkap.

Dunia di luar gua, yang bermandikan sinar matahari, memperlihatkan bentuk aslinya. Pepohonan, gunung, langit dan semuanya jauh lebih hidup dan nyata daripada bayangan yang selama ini dikenalnya.

Ketika tahanan yang tercerahkan itu kembali ke gua mencoba untuk berbagi cerita, sayang ia disambut dengan penghinaan. Teman-temannya, yang masih terbelenggu dalam ketidaktahuan mereka, mengejek kisah-kisahnya tentang dunia di luar gua. Mereka berpegang teguh pada hal-hal yang sudah dikenal, bayangan-bayangan, tidak mampu memahami kenyataan yang belum pernah mereka alami.



Cerita tahanan di gua menunjukkan perjalanan metaforis tentang kebangkitan tentang tantangan konstruksi sosial. Sekaligus tentang pencarian abadi manusia akan kebenaran. Saat kita menjalani hidup, kita juga dihadapkan dengan bayangan, prasangka, bias dan keyakinan yang tidak diteliti yang membentuk pemahaman kita tentang dunia.

Sebagaimana halnya juga dalam gerakan feminisme. Di dunia tempat norma-norma patriarki telah lama membayangi, feminisme muncul sebagai tahanan yang dibebaskan, menantang persepsi lama dan mendesak masyarakat untuk melihat melampaui batas-batas gua.

Sama seperti tahanan yang menghadapi ejekan saat kembali, kaum feminis juga menghadapi perlawanan. Namun, mereka tetap bertahan, berusaha untuk menerangi banyak gua konstruksi masyarakat, mengadvokasi dunia tempat semua individu diakui dalam cahaya dan esensi mereka yang sebenarnya.

Alegori ini berfungsi sebagai pengingat yang menyentuh tentang kekuatan transformatif pengetahuan dan pentingnya mempertanyakan status quo. Alegori ini menggarisbawahi kecenderungan manusia untuk menerima hal-hal yang sudah dikenal dan menolak perubahan, bahkan ketika perubahan itu menjanjikan realitas yang lebih cerah dan lebih nyata.

Sejatinya, Plato mengajak kita untuk melepaskan diri dari belenggu, keluar dari gua, dan merangkul sinar matahari pengetahuan dan kebenaran. Saat kita merenungkan implikasi mendalam dari alegori tersebut, kita diingatkan tentang potensi kita sendiri untuk tumbuh, tercerahkan dan kemampuan untuk melihat melampaui bayang-bayang.

Dalam dunia yang dibanjiri dengan luapan informasi dan hidup di era post truth, alegori gua Plato merupakan undangan abadi untuk mencari makna yang lebih dalam, untuk menantang persepsi kita sekaligus diajak untuk memulai perjalanan untuk penemuan jati diri.

Plato ingin mengajak kita untuk menjalani hidup dengan selalu ingin tahu, selalu bertanya. Dengan demikian kita dapat menemukan keberanian untuk melangkah keluar dari gua dan menuju cahaya kebenaran yang sejati. Karena dalam cahaya itu, dunia dengan kemungkinan yang tak terbatas menanti.*

 


 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama