Dalam bukunya, ia
menceritakan awal mula menjadi seorang minimalis. Ia melihat begitu banyak
tumpukan barang yang tak terpakai di rumahnya, lalu terus membandingkan
kebahagiaan dirinya dengan barang-barang tersebut. Ketika menyingkirkannya,
justru ia mendapatkan kebahagiaan yang selama ini tidak dirasakan.
“Semakin sedikit
barang, semakin sedikit beban, artinya semakin bahagia.” menurutnya.
Kok bisa? Tentu bisa!
Kunci hidup minimalis adalah less is more. Dengan sedikit itulah yang akan
memberikan kebahagiaan. Nah, berikut 4 tips yang dapat kamu mulai lebih dulu
untuk menggali kebahagiaan tersebut:
Lingkungan berperan
penting dalam pembentukkan gaya hidup. Kebiasaan orang di sekitar yang gemar
berbelanja secara tidak sadar membuat kita terbawa arus tersebut. Bahkan
konsumtif membentuk standar hidup “layak” orang masa kini. Jika tidak
berbelanja, nanti didikira tidak punya. Inilah yang harus dihilangkan bahwa
berbelanja bukan untuk pemenuhan standarisasi, namun untuk pemenuhan kebutuhan
esensial manusia. Tanamkan pemahaman pada diri sendiri bahwa tidak masalah
ketika dianggap tidak mampu, padahal sebenarnya mampu, karena wujud mampu
hakikatnya tidak disimbolkan dengan material.
Mengutamakan Prioritas
Orang konsumtif
cenderung tidak memikirkan mana barang yang penting dan mana yang tidak ketika
akan membeli sesuatu. Bahkan cenderung FOMO alias ikut-ikutan karena takut
ketinggalan. Maka, menjadi orang minimalis harus paham betul mana barang yang
menjadi prioritas. Membeli barang sesuai kebutuhan, bukan sekedar keinginan.
Ketika kita dapat membiasakan cara ini, maka kita akan terbiasa hidup sederhana
tanpa memiliki banyak barang. Kalau kata Fumio Sasaki, "Jangan sampai
barang yang mengontrol hidupmu, melainkan kamu yang harus mengontrol
barangmu."
Rawat Apa yang Kita Punya
Kegiatan konsumsi
barang tidak hanya berhenti pada proses pembelian, namun hingga proses
penggunaan dan perawatan. Jangan terkecoh dengan euforia saat kita berhasil
membelinya, lalu setelah sekian lama kita menganggapnya biasa saja. Ketika kita
sadar dalam penggunaan dan perawatan barang, maka kita akan mudah merasa
bahagia dengan apa yang kita miliki, karena itu bagian dari wujud syukur. Jika
benda mati yang kita miliki dapat berbicara, pasti mereka akan berteriak
“Bersihkan aku!” “Jangan diamkan aku!” dan sebagainya, karena mereka tau
kitalah yang mengadopsi mereka. Lantas mengapa kita menjadi tuan yang jahat
untuk mereka?
Give Away untuk Memperpanjang
Manfaat Barang
Jika kita memiliki
barang yang benar-benar sudah tidak terpakai lagi, baiknya kita ngapain? Give
away aja! Alias berikan kepada yang membutuhkan. Bisa juga dijual kembali
sebagai barang preloved karena masih banyak teman kita di luar sana yang
sebenarnya butuh, lho! Dengan give away akan memperpanjang manfaat barang
sehingga barang tidak menumpuk dan usang dalam lemarimu.
Dengan menerapkan gaya
hidup tersebut, secara tidak langsung, kita membiasakan hidup berjalan tidak
fokus pada “barang”. Namun akan teralihkan pada hal-hal yang lebih penting dan
bermanfaat. Sehingga tingkat konsumsi kita akan berangsur-angsur menurun.
Untuk menjadi
minimalis, tanamkan pada mindset kita bahwa sedikit barang, sedikit stres.
Dengan sedikit barang, kita akan menjadi lebih tenang. Hidup kita tidak banyak
dihabiskan untuk memikirkan bagaimana cara mendapatkannya, menggunakannya
hingga merawatnya.