Musim Hujan di NTT Diprediksi Lebih Awal, Pemprov NTT Imbau Warga Waspada Bencana

Musim Hujan di NTT Diprediksi Lebih Awal, Pemprov NTT Imbau Warga Waspada Bencana

KETERANGAN PERS-  Kepala Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi NTT Rahmatulloh Adji (kiri), Kepala Pelaksana BPBD Provinsi NTT, Cornelis Wadu (tengah) dan Plt Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Joaz Bily Oemboe Wanda (kanan) memberikan keterangan pers. 



Suara Numbei News - Musim hujan di Provinsi NTT diprediksikan terjadi lebih awal, Pemerintah Provinsi NTT melalui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG NTT mengimbau warga waspada bencana.

“Jika dibandingkan dengan rerata klimatologis, yaitu periode awal musim hujan 1921 sampai 2020, maka awal musim hujan 2024/2025 ini di NTT diperkirakan maju atau lebih cepat dibandingkan dengan normalnya yaitu ada 12 zom atau 39 persen,” kata Kepala BMKG NTT, Rahmattulloh Adji dalam keterangan pers di Kantor Gubernur NTT, Kamis 27 September 2024.

Adji menyebut, dari total 28 jumlah zona musim (Zom) di NTT, ada 1 zom yang diperkirakan akan mengawali musim hujan pada bulan Oktober 2024 yaitu kurang lebih 13 persen diantaranya, Manggarai Barat bagian Timur, Manggarai Tengah dan Manggarai Timur bagian Tengah. 

Sementara, lanjutnya, untuk 19 zom atau 68 persen awal musim hujannya pada bulan November 2024, dan 8 zom atau 29 persen terjadi pada Desemeber 2024. Kemudian, yang diprediksikan sama dengan normalnya atau sama dengan biasanya sekitar 12 zom atau 43 persen, sedangkan yang mundur hanya ada 5 zom sebesar 18 persen. 

 “Secara umum musim hujan di tahun 2024/2025 ini umumnya di atas normal atau musim hujan yang lebih basah dari rerata, biasanya sekitar 22 zom, sedangkan 6 zom lainnya dalam keadaan normal,” bebernya.

Untuk puncak musim hujan di tahun 2024/2025 di Provinsi NTT, kata Adji, diperkirakan terjadi di bulan Januari 2025 sebanyak 16 zom, selebihnya sekitar bulan Februari. 

Lebih lanjut, Adji mengatakan, sebagai rekomendasi, BMKG NTT mengimbau kepada pemerintah, K/L dan instansi terkait serta seluruh masyarakat agar lebih siap dan antisipatif terhadap potensi terjadinya bencana hidrometeorologi selama musim penghujan, terutama di wilayah yang mengalami musim hujan di atas normal atau lebih basah dari biasanya. 

“Untuk wilayah yang berpotensi mengalami risiko bencana banjir dan tanah longsor, diharapkan agar pemerintah daerah  dan instansi terkait dapat lebih optimal untuk mengedukasi masyarakat tentang cara menghadapi risiko bencana yang berpotensi terjadi selama musim penghujan serta pentingnya memperhatikan peringatan dini,” ujarnya

Dia menambahkan, Pemda dan sektor terkait dapat menjadikan informasi predisksi musim hujan 2024/2025 yang dikeluarkan BMKG sebagai acuan untuk menyusun aksi dalam menekan bencana hidrometeorologi.

“Masyaarakat juga perlu menjaga lingkungan guna menghindari penyakit yang rawan terjadi saat musim penghujan yaitu demam berdarah,” pungkasnya.

Sementata itu, Plt. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, mengatakan, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Joaz Bily Oemboe Wanda mengatakan, fenomena iklim El Nino sebelumnya cukup panjang yang berdampak perubahan iklim dan mempengaruhi produksi dan aktivitas pertanian.

”Tentu ini berpengaruh kepada produksi pertanian. Di sisi lain juga kekurangan air yang tersedia untuk menanam tanaman yang cocok," kata dia.

Dia menyebut, dengan antisipasi informasi dari BMKG dapat disampaikan kepada petani terkait kondisi dan edukasi untuk bisa mempersiapkan secara dini terkait kondisi El Nino dan El Nina.

Dia menambahkan, penyuluh dan petugas pertanian juga bergerak bersama mempersiapkan benih bermutu dan berkualitas untuk persiapan menjelang musim hujan.

Selain itu, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi NTT, Cornelis Wadu pihaknya sudah menyampaikan kepada masyarakat agar bisa menangani kekeringan dengan keterbatasan yang ada.

"Kami difasikitasi 3 titik sumur bor setiap Kabupaten, minus Kota Kupang untuk mengatasi kekeringan yang mana curah hujan itu rendah," kata Cornelis.

Dia menyebut, setiap Kabupaten diberikan 3 titik sumur bor dengan pendanaan sebesar Rp 400 juta sampai Rp 700 juta per titik.

"Saat ini kami sedang berproses untuk antisipasi mengatasi wilayah kekeringan dan konsep bagi masyarakat tani agar masyarakat tidak mengeluh dengan air yang terbatas," bebernya. *** flores.tribunnews.com



Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama