ilustrasi santet |
Praktik ini dipercaya
memiliki pengaruh kuat di masyarakat karena dampaknya yang sering kali
menimbulkan rasa takut atau trauma psikologis pada korban. Meski demikian,
keberadaan santet kerap menjadi perdebatan panas antara mereka yang meyakini
kekuatannya secara spiritual dan mereka yang melihatnya sebagai efek sugesti
atau manipulasi belaka. Pertanyaan besar pun muncul: apakah santet benar-benar
nyata, ataukah ia hanyalah mitos yang hidup di tengah-tengah rasa takut dan
kepercayaan turun-temurun?
Perbincangan ini pun
kembali menjadi hangat setelah YouTuber Ferry Irwandi secara terbuka menantang
para praktisi santet. Dalam berbagai video yang viral, Ferry menantang para
dukun untuk menyantetnya dengan hadiah yang sangat menarik, yaitu mobil
Alphard, tantangan ini ditujukan kepada siapa saja yang bisa membuktikan
kemampuan tersebut secara langsung.
Dalam salah satu video,
Ferry Irwandi menjalani eksperimen di mana dia menunggu "serangan
santet" yang diakui tidak berdampak padanya. Sebaliknya, ia justru
mendapatkan perhatian luas dari netizen dan bahkan mengumpulkan donasi hingga
puluhan juta rupiah selama siaran langsungnya. Hal ini mengundang respons
beragam, mulai dari dukungan atas usahanya melawan takhayul hingga kritik dari
mereka yang masih percaya pada keberadaan santet.
Di sisi lain, pesulap
Merah, yang dikenal sebagai pengkritik praktik perdukunan, turut memperkuat
argumen bahwa fenomena santet sering kali hanya trik psikologis atau
manipulasi. Ia menjelaskan bahwa efek santet cenderung muncul akibat sugesti
yang kuat pada korban, bukan karena kekuatan gaib.
Debat tentang santet
menunjukkan adanya jurang antara kepercayaan tradisional dan pendekatan modern
yang berbasis bukti. Apakah santet hanya mitos yang bertahan karena sugesti,
ataukah ada elemen mistis yang belum terjelaskan? Hingga kini, banyak
masyarakat tetap memandangnya dengan campuran rasa penasaran dan ketakutan.
Bagi sebagian orang, usaha seperti yang dilakukan Ferry Irwandi dan Pesulap
Merah adalah langkah penting untuk mendorong masyarakat berpikir lebih kritis
tentang fenomena ini.
Pada akhirnya,
pembahasan tentang santet lebih dari sekadar perdebatan antara yang percaya dan
tidak percaya. Ini adalah cerminan dari dinamika sosial dan budaya yang terus
berkembang. Sementara sebagian masyarakat tetap menggenggam erat keyakinan pada
santet, yang lain memilih untuk mendekatinya dengan sudut pandang rasional dan
ilmiah. Usaha seperti yang dilakukan Ferry Irwandi dan Pesulap Merah membuka
ruang diskusi yang penting, mengajak masyarakat untuk mempertanyakan dan
mengkritisi apa yang selama ini diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian.
Santet, apakah nyata
atau tidak, menjadi pengingat betapa kuatnya pengaruh sugesti, kepercayaan, dan
tradisi dalam kehidupan manusia. Mungkin jawabannya tidak dapat ditemukan
secara pasti, tetapi diskusi ini setidaknya mendorong kita untuk lebih membuka
diri terhadap pendekatan yang mengedepankan logika dan dialog. Seiring dengan
kemajuan zaman, kepercayaan dan pemahaman yang lebih mendalam dapat membantu
kita untuk memisahkan antara mitos dan kenyataan.