![]() |
Foto ini menunjukkan mendiang Pastor Donald Martin Ye Naing Win (kiri) memberi isyarat saat berdoa. (Foto: Radio Veritas Asia) |
“Kekerasan hanya
membawa kematian dan kehancuran, kekerasan selalu merupakan kekalahan,” kata
Uskup Agung Mandalay, Mgr. Marco Tin Win.
Uskup Agung Win
menyampaikan homilinya pada upacara pemakaman mendiang Pastor Donald Martin Ye
Naing Win pada 17 Februari dihadiri oleh lebih dari 5.000 orang, lapor Fides,
portal berita Vatikan.
Uskup agung itu juga mengeluarkan
seruan “kepada semua kelompok bersenjata dan aktor yang terlibat dalam konflik
untuk meletakkan senjata mereka dan mengambil jalan perdamaian dan
rekonsiliasi.”
Misa pemakaman diadakan
di Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga di desa Pyin Oo Lwin, terletak
sekitar 35 kilometer timur Mandalay.
Para pastor, religius,
dan umat Katolik dari Keuskupan Agung Mandalay bergabung dengan para anggota
keluarga pastor yang dibunuh tersebut untuk menghadiri pemakaman.
Dia ditemukan tewas di
komplek Gereja Santa Maria Lourdes di desa Kan Gyi Taw, Distrik Shwe Bo,
wilayah Sagaing, sekitar 320 kilometer utara ibu kota Yangon pada 14
Februari
Pastor Martin, seorang
imam diosesan untuk Keuskupan Agung Mandalay, ditikam berkali-kali dan tubuhnya
dimutilasi.
Kondisi luka tusuk dan
kekerasan menunjukkan bahwa para pembunuh menargetkan imam tersebut, kata
lembaga Gereja tersebut, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Pada pemakaman
tersebut, Uskup Agung Win membacakan pesan dari Nunsiatur Apostolik di Yangon
dan pesan dari Konferensi Waligereja Myanmar, yang mengungkapkan solidaritas
yang mendalam dan tulus terhadap penduduk setempat.
Mengutip sumber
lokal, Fides mengatakan bahwa masyarakat setempat juga mencari alasan
di balik “pembunuhan tidak masuk akal terhadap seorang imam yang mengabdikan
dirinya dengan penuh semangat kepada orang lain.”
Pastor Martin
mengorganisir pekerjaan pendidikan untuk anak-anak dan remaja di sekitar Paroki
Santa Perawan Maria Lourdes.
Dia adalah pastor
paroki pertama di sana dan mengurus sekitar 40 keluarga Katolik.
Kelompok pemberontak
dari Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) yang menguasai wilayah tersebut telah
menangkap sepuluh tersangka pria, dari desa Kan Gyi Taw, tempat imam itu
dibunuh.
PDF telah memindahkan
mereka yang ditangkap ke pengadilan yang dibentuk oleh mereka di wilayah yang
saat ini ditetapkan sebagai “daerah yang dibebaskan,” kata Fides, mengutip
sumber lokal yang tidak disebutkan namanya.
Pasukan pemberontak
juga tertarik mengidentifikasi dan menghukum pelakunya, kata sumber tersebut.
Pada 16 Februari,
Konferensi Waligereja Myanmar (CBCM) mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan
kesedihan dan keterkejutan mendalam atas pembunuhan Pastor Martin.
Kardinal Charles Maung
Bo, ketua Konferensi Waligereja Myanmar mendesak pihak berwenang Myanmar untuk
“mengambil tindakan yang tepat dan memastikan keadilan ditegakkan sehingga
insiden seperti itu tidak terjadi lagi.”
Sumber: Funeral
held for priest stabbed to death in myanmar