![]() |
Kardinal Giovanni Batista Re (tengah kiri) dan Kardinal Kevin Joseph Farrell memimpin pertemuan jemaat di Vatikan Senin (28/4). |
Konklaf kali ini
memiliki dinamika yang berbeda dibanding sebelumnya. Mayoritas kardinal pemilih
berasal dari luar Eropa dan banyak di antaranya belum pernah bertemu secara
langsung.
"Jika Paus
Fransiskus dikenal sebagai pemimpin penuh kejutan, maka konklaf kali ini juga
penuh kejutan," kata Kardinal Jose Cobo dari Spanyol.
Dikutip dari AFP,
puluhan kardinal dari berbagai penjuru dunia telah tiba di Vatikan sejak akhir
pekan lalu. Mereka adalah para pemilih yang mewakili sekitar 1,4 miliar umat
Katolik di seluruh dunia.
Proses pemilihan paus
akan digelar di Kapel Sistina, di mana 135 kardinal berusia di bawah 80 tahun
memiliki hak suara.
Sama seperti tradisi
sebelumnya, para kardinal akan berdiskusi dan memberikan suara hingga muncul
satu nama yang memperoleh dua pertiga suara. Saat paus baru terpilih, asap
putih akan membubung dari cerobong Kapel Sistina sebagai simbol telah
terpilihnya pemimpin baru Gereja Katolik.
Beberapa nama kandidat
telah mencuat. Kardinal Pietro Parolin dari Italia, yang saat ini menjabat
Sekretaris Negara Vatikan (setara Menteri Luar Negeri), disebut sebagai favorit
utama. Ia juga mendapat dukungan dari sejumlah pihak di Inggris.
Selain Parolin,
nama-nama lain yang juga disebut memiliki peluang adalah Kardinal Luis Antonio
Tagle dari Filipina, Kardinal Peter Turkson dari Ghana, Patriark Latin
Yerusalem Pierbattista Pizzaballa, Kardinal Robert Sarah dari Guinea, serta
Kardinal Matteo Zuppi yang saat ini menjabat Uskup Agung Bologna.
Para pengamat menyebut pemilihan kali ini tak hanya menentukan arah Gereja Katolik ke depan, tetapi juga memperlihatkan wajah baru kekatolikan yang semakin global dan inklusif.(*) Kupang News