![]() |
Joao Neves memborong dua dari empat gol PSG ke gawang Inter Miami babak 16 piala dunia antara klub. (fifa.com) |
Laga yang
mempertemukan Lionel Messi dengan mantan klubnya itu justru menjadi mimpi buruk bagi sang
megabintang.
Joao Neves mencetak dua
gol, ditambah gol bunuh diri Tomas Aviles dan satu gol dari Achraf Hakimi,
memastikan langkah PSG ke perempat final yang akan mempertemukan mereka dengan
Bayern Munich atau Flamengo di Atlanta akhir pekan ini.
Meski diperkuat Lionel
Messi, Luis Suarez, Sergio Busquets, dan Jordi Alba, skuad veteran Inter Miami
terlihat tak berdaya menghadapi dominasi juara Eropa tersebut.
"Kami harus
bermain serius, ini sudah masuk tahap penting turnamen," ujar Ousmane
Dembele yang kembali bermain usai cedera, seusai pertandingan.
Laga yang digelar di
Mercedes-Benz Stadium dihadiri lebih dari 66 ribu penonton yang didominasi
warna pink khas Miami dan jersey Argentina. Meski mendapat dukungan luar biasa,
Messi cs gagal menahan gempuran PSG sejak menit awal.
PSG membuka keunggulan
pada menit ke-6 lewat sundulan Neves yang tak terkawal, setelah Marcelo
Weigandt melakukan pelanggaran di sisi kanan pertahanan Miami.
Gol kedua datang di
menit ke-39, saat Busquets kehilangan bola di area berbahaya dan Neves mencetak
gol keduanya dengan mudah. Hanya dua menit berselang, gol bunuh diri Aviles dan
tembakan rebound Hakimi menutup pesta gol PSG di babak pertama.
Messi sempat
menunjukkan frustrasi dengan mengayunkan tangan ke arah Vitinha dalam duel
sengit. Namun sang kapten masih berusaha menciptakan peluang, termasuk umpan
terobosan indah untuk Suarez yang gagal dikonversi menjadi gol.
Peluang lewat tendangan
bebas khas Messi di babak kedua juga gagal setelah membentur pagar hidup. Donnarumma
pun sempat diuji oleh tendangan mendatar Messi, namun sang kiper Italia mampu
mengamankan gawangnya.
Meski kalah, Jordi Alba
menganggap Inter Miami telah melebihi ekspektasi.
“Kita harus akui PSG
adalah tim terbaik dunia saat ini. Tapi di babak kedua kita tampil lebih baik,”
ujarnya.
Pertandingan ini
menegaskan kesenjangan antara kekuatan raksasa Eropa dan klub-klub MLS,
sekaligus menjadi pelajaran berharga bagi skuad Javier Mascherano untuk
membangun masa depan.(*)