![]() |
Petugas pemadam kebakaran bekerja di lokasi bangunan yang rusak setelah serangan Israel, di Teheran, Iran, Jumat (13/6/2025). Foto: Majid Asgaripour / WANA / via REUTERS |
Para pejabat keamanan
regional menyebut dampaknya tak hanya militer, tapi juga mengguncang stabilitas
internal Iran.
Sumber yang mengetahui
operasi itu mengatakan kepada Reuters, Israel telah melumpuhkan kemampuan
balistik Iran dan jaringan militernya di wilayah, termasuk pengaruhnya atas
kelompok seperti Hamas, Hizbullah, hingga milisi Syiah di Irak
Dalam posisi terimpit,
Iran meluncurkan balasan dengan ratusan rudal, namun sebagian besar berhasil
dicegat Israel.
![]() |
Gambar satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies ini menunjukkan fasilitas nuklir Natanz di Iran. Foto: Maxar Technologies via AP |
Tidak ada korban
signifikan yang dilaporkan. Sejauh ini setidaknya 13 warga Israel dilaporkan
tewas, tak sampai 10 persen total korban jiwa dari serangan Israel ke Iran.
“Iran tidak memiliki
banyak pilihan. Perang terbuka bisa jadi bencana bagi mereka, tetapi mereka
juga tidak bisa terlihat lemah,” kata pakar dari Carnegie Middle East Center,
Mohanad Hage Ali, lapor Reuters.
Ancaman Nuklir Menguat
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Foto: Official Khamenei website via REUTERS
Iran pun tersudut,
beberapa pejabat regional memperkirakan negara itu mungkin memilih keluar dari
Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) sebagai bentuk eskalasi.
Mereka diprediksi akan
mengirim sinyal kesiapan mempercepat produksi bahan baku bom nuklir.
Namun langkah itu akan
membawa risiko besar seperti isolasi internasional, tekanan ekonomi lanjutan,
hingga potensi serangan lanjutan dari Israel dan sekutunya.
“Satu-satunya jalan
keluar adalah diplomasi, tapi saat ini Iran tak siap bicara,” ujar analis dari
Gulf Research Center, Abdelaziz al-Sager.
Saat ini Iran diketahui
telah memperkaya uranium hingga kemurnian 60%, mendekati level 90% yang
dibutuhkan untuk senjata nuklir.
Jika diproses lebih
lanjut, menurut pengawas nuklir PBB, cadangan mereka cukup untuk sembilan bom.
Retak di Dalam, Proksi Melemah
Di dalam negeri,
kecemasan mulai menggerogoti elite Iran.
Seorang pejabat
regional menyebut kepanikan muncul di kalangan pemimpin karena serangan terbaru
menghantam para penguasa dan mengancam warga sipil.
“Kerusuhan dalam negeri
adalah ketakutan yang lebih besar dibanding serangan militer,” ujarnya.
Di sisi lain, pengaruh
eksternal Iran juga tergerus.
Hizbullah di Lebanon,
salah satu sekutu utama Teheran, memilih tak terlibat dalam serangan balasan.
Houthi di Yaman dan
kelompok di Irak juga dalam posisi lemah pasca-dihantam operasi militer Israel
dan koalisi Barat.
![]() |
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dalam sebuah konferensi pers di Yerusalem pada 9 Desember 2024. Foto: Maya Alleruzzo/AFP |
Dalam pidatonya,
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengirim pesan langsung ke rakyat
Iran.
“Perjuangan kami bukan
melawan Anda, melainkan melawan kediktatoran brutal yang telah menindas Anda
selama 46 tahun,” ujarnya. “Hari pembebasan Anda sudah dekat.”
Pesan itu disebut para
analis sebagai bagian dari strategi jangka panjang Israel: melemahkan institusi
militer dan keamanan Iran dari dalam, sambil membuka celah perubahan politik di
Teheran.
Seorang mantan pejabat
Iran mengatakan kepada Reuters, serangan ini bisa menjadi awal dari fase baru
bagi Republik Islam, yang sejak kematian Jenderal Qassem Soleimani pada 2020,
belum benar-benar pulih.
“Satu hal yang jelas:
kekaisaran Iran sedang mengalami kemunduran,” kata pakar regional Naoum.
“Apakah mereka masih
dapat menetapkan ketentuan kemunduran mereka? Tidak melalui ketentuan militer.
Hanya ada satu cara untuk melakukannya: melalui negosiasi.”