banner Lebih Baik Jadi Singa Sehari, Dari pada Domba Seumur Hidup: Catatan Reflektif Untuk Generasi Milenial

Lebih Baik Jadi Singa Sehari, Dari pada Domba Seumur Hidup: Catatan Reflektif Untuk Generasi Milenial



Suara Numbei News -  “Hidup begitu singkat. Sia-sia jika kekuatan, hikmat, dan ketangguhan kita dibiarkan tanpa berdampak.” Kalimat ini bukan sekadar status media sosial yang viral, tetapi kebenaran yang menggugah.

Hidup ini terlalu berharga untuk dijalani dengan takut, terlalu pendek untuk hanya menjadi penonton dari film kehidupan kita sendiri. Maka, meski hanya sehari, jadilah singa berani, tangguh, dan berdampak daripada menjadi domba yang hidup dalam ketakutan dan pasif sepanjang usia.

Jangan Menjadi Figuran dalam Hidupmu Sendiri

Banyak generasi muda hari ini terjebak dalam ketakutan: takut gagal, takut dinilai, takut tampil beda. Padahal, menurut Jackson Lu dari MIT Sloan School of Management, sikap asertif justru meningkatkan peluang karier.

Dalam penelitiannya, mereka yang berlatih debat selama 9 minggu mengalami peningkatan peluang promosi sebesar 12% dalam 18 bulan. Mereka dianggap menunjukkan confidence, motivation, passion, dan engagement nilai-nilai yang kini semakin dibutuhkan dalam dunia kerja modern.

Sikap berani menyuarakan pendapat, memimpin, dan tampil dengan percaya diri yang dalam psikologi disebut assertiveness bukan bawaan lahir. Ia bisa dilatih dan dibentuk. Di tengah dunia yang penuh tekanan dan tuntutan, kemampuan ini bukan hanya penunjang sukses, tetapi pelindung kesehatan mental.

Lembut Itu Bijak, Lemah Itu Berbahaya

Perlu dibedakan antara kelembutan dan kelemahan. Lembut itu menggetarkan hati, tapi lemah bisa membunuh karakter. Menjadi “singa” sehari bukan berarti agresif, tetapi tegas, sadar nilai, dan tahu arah hidup.

Sebuah RCT (Randomized Controlled Trial) yang dilakukan oleh Universitas Kairo pada 2024 menunjukkan bahwa pelatihan asertif secara signifikan menurunkan tingkat stres, kecemasan, dan depresi pada mahasiswa. Efek ukurannya bahkan mencapai 0,52 kategori tinggi. Dengan kata lain, keberanian menyuarakan pikiran dan perasaan secara sehat adalah bentuk perlindungan mental yang ilmiah dan sahih.

Penelitian lain dari BMC Psychology (2023) menunjukkan bahwa pelatihan asertif meningkatkan harga diri sosial dan akademik pada remaja wanita. Ini memperkuat temuan bahwa sikap asertif membantu generasi muda dalam mengelola relasi sosial secara sehat dan produktif, terutama di lingkungan sekolah dan kampus yang kompetitif.

Car Free Night: Bukan Sekadar Ajang Nongkrong

Di tengah sorotan lampu malam dan suara musik dari panggung terbuka Car Free Night Kupang, kita sering menyaksikan anak-anak muda menjajakan kopi, kuliner lokal, kain tenun, atau tampil menyanyi. Tapi sadarkah kita bahwa itu bukan sekadar hiburan? Di sana sedang dibangun karakter: keberanian, kemandirian, daya saing, dan inovasi.

Fenomena ini memperkuat temuan dari The Guardian (2024) bahwa intervensi karakter sejak dini terutama dalam bentuk pelatihan ketangguhan, debat, atau enterpreneurship menumbuhkan mekanisme koping yang lebih sehat, dan berdampak positif bagi ketahanan mental anak muda. Maka, saat seseorang nekat tampil menyanyi atau menjual dagangan, ia sedang melatih dirinya menjadi “singa”.

Dari Paras dan Pantun ke Perlawanan Diri

“Nona Rote, parasnya cantik. Sekali jumpa langsung naksir.” Pantun ini ringan, lucu, tapi menyimpan makna. Bahwa keindahan tak hanya soal penampilan, tetapi tentang siapa yang berani tampil dengan jati diri dan karakter kuat.Generasi muda hari ini harus menghidupi nilai lokal seperti pantun, tenun, dan tutur, lalu menerjemahkannya ke dalam keberanian untuk berkarya dan berbicara.

Perlawanan terhadap ketakutan harus dimulai dari diri sendiri. Kita harus berhenti merasa kurang layak, dan mulai melatih keberanian untuk bertindak.
Keberanian yang Bisa Dilatih

Lalu bagaimana cara menjadi “singa sehari”? Berikut beberapa strategi yang telah terbukti secara ilmiah:

1.      Ikut pelatihan debat atau public speaking.

Riset dari MIT dan Universitas Harvard menunjukkan bahwa pelatihan ini meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan berpikir kritis, dan pengambilan keputusan.

2.      Gabungkan latihan asertif dengan mindfulness.

Studi dari Turkish Psychological Counseling Journal (2021) menemukan bahwa asertivitas menjadi mediator antara mindfulness dengan kebahagiaan subjektif dan ketahanan diri. Artinya, dua keterampilan ini saling memperkuat.

3.      Terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar berkata “tidak” dengan hormat, mengemukakan ide saat diskusi kelas, atau tampil dalam kegiatan sosial adalah latihan kecil yang berdampak besar.

4.      Bangun komunitas dukungan.

Jangan sendirian. Komunitas muda di Car Free Night, organisasi kampus, atau forum UMKM bisa menjadi tempat bertumbuh bersama dalam keberanian dan karakter.

Penutup: Jadilah Singa Setiap Hari Kalau Bisa

Hidup tidak menunggu kita siap. Peluang tak datang dua kali. Jika kita menunggu hari yang sempurna untuk berani, kita hanya akan jadi domba yang terus berlindung dalam keramaian. Maka meski hanya sehari, jadilah singa. Tampilkan keberanianmu, suaramu, dan ide-idemu. Buka lapak, unjuk bakat, bersuara dalam forum, ajukan solusi, dan jangan takut gagal.

Temuan ilmiah membuktikan: keberanian berdampak pada kesuksesan, kesehatan mental, dan kesejahteraan sosial.Maka generasi muda NTT harus menjadi pelopor bukan hanya dalam estetika dan budaya, tapi dalam keberanian beraksi.

Karena dunia tidak butuh lebih banyak kepura-puraan. Dunia butuh lebih banyak keberanian.

Karena sungguh, lebih baik menjadi singa sehari, daripada menjadi domba seumur hidup. ***

 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama