banner Sajak Hedonisme : Suara Akar Rumput

Sajak Hedonisme : Suara Akar Rumput





Orang itu memandang langit

terpesona oleh bintang-bintang

lalu terlupa berpijak di atas tanah

terjebak dalam rakus duniawi

menghamba di kepuasan materi

mengejar prestise

 

Orang itu bermimpi menjadi wow!

menganggap kemewahan adalah tujuan

mobil paling mewah tapi plat bodong

motor paling gede tapi ngemplang pajak

fashion paling glamour tapi duitnya dari antah berantah

gaya paling borju karena tidak punya malu

 

Orang itu tidak tahu telah memasang tanda hedon

dari ujung rambut hingga ujung kaki

menjadi saksi bisu eksistensi mabuk puja puji

ia telah lupa arah dan kehilangan pijakan

ia telah tercerabut dari akar budaya ketimurannya

dan ketika waktunya tiba, barulah ia tahu

dirinya hanyalah asap terakhir dari lilin yang akan padam.

 

**

Secarik kertas usang tulisan tangan

 

aku, dia dan mereka wakili harap kami.

Iya..kami adalah pemilik negeri ini yang kadang ditipu, yang punya 'Tuan' tapi tidak pernah dituankan, malah hanya dijadikan hamba kepentingan dan hasrat semu, dipreteli dengan janji tanpa merasakan janji itu sendiri.

Surat usang ini kami layangkan saat kegerahan kami memuncak di alam pikir, tidak selaras dengan kerinduan akan janji, lantas menyeret kemauan tuk 'memberontak' sembari berharap pemimpin kami membaca serpihan luka dalam surat ini.

Bukan untuk mengubah apa yang sudah terjadi, atau pun membenarkan saat mata melihat yang tidak benar, tetapi hanya untuk menegur kalau kalau kami yang empunya negeri ini.

Kami masih berharap dan terus berharap, bukan tuk mau ditipu lagi, atau sekedar mau dikeyangkan dengan janji manis namun terasa pahit diakhirnya. Kami hanya meminta apa yang seharusnya dilakukan, dan bukan diharapkan, ataupun yang dirindukan karena kami menuntut yang ada bukan nanti tapi sekarang.

Surat usang ini, adalah cacatan semu, mungkin juga dinamika hidup kami sebagai 'rakyat' yang kata mereka punya kuasa lebih ketimbang penguasa tetapi terkadang kuasa kami dikerdilkan karena tidak punya posisi, jabatan dan uang. Ah..rumit, tetapi serumit ini kah hidup kami? atau memang begini nasib jadi rakyat? mungkin juga, yang pasti kami masih disini, masih ditempat yang sama tempat para leluhur kami mengajarkan kebenaran yang sesungguhnya sembari berharap lahirnya pemimpin baru dengan janji bukan membutakan tetapi menerangkan kegelapan kami.

 


 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama