banner Darurat Literasi di Provinsi NTT, Ada Mahasiswa Tak Cakap Membaca

Darurat Literasi di Provinsi NTT, Ada Mahasiswa Tak Cakap Membaca



Suara Numbei News - Rendahnya literasi di Nusa Tenggara Timur terlihat pada banyak siswa yang hingga sekolah menengah atas belum lancar membaca. Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena pun mengakui, ada anak kuliahan yang kemampuan membaca dan menulisnya tidak baik-baik saja.

Informasi yang dihimpun Kompas hingga Jumat (19/9/2025) ini, banyak siswa sekolah menengah atas di Kota Kupang belum lancar membaca. Seorang kepala SMA negeri merasa terheran-heran ketika mendapati siswa di sekolahnya belum lancar membaca. ”Kok bisa naik kelas dan tamat dari jenjang sebelumnya?” ujarnya.

Kemampuan membaca seharusnya sudah dikuasai siswa kelas bawah di jenjang sekolah dasar. Anak-anak yang mengalami kesulitan harus didampingi secara khusus hingga lancar. Jika tidak, mereka kesulitan menyesuaikan dengan materi pembelajaran lanjutan.

DOKUMEN TIM PENGEMBANGAN MULOK PANGAN LOKAL KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
Anak sekolah di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, mengolah pangan lokal.

Beberapa siswa SMA/sederajat yang ditemui Kompas belum lancar membaca. Mereka dapat mengeja huruf tetapi ketika mengeja kata apalagi membaca kalimat panjang, mereka kesulitan. Belum lagi intonasi baca yang kadang tidak tepat sesuai tanda baca.

Begitu juga membaca angka di atas ribuan. Banyak yang menyerah. ”Saya tidak bisa baca. Susah,” ujar Noldi (16), bukan nama asli. Noldi, siswa salah satu sekolah itu, mengaku tidak dapat mengikuti pelajaran matematika dengan baik karena pemahaman dasarnya sangat lemah.

Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat NTT Polikarpus Do mengatakan, berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di NTT melalui gerakan literasi. Total 1.840 taman bacaan yang terdaftar. Ini di luar perpustakaan yang dikelola oleh pemerintah, komunitas keagamaan, dan di sekolah.

Salah satu kendala yang dihadapi adalah minimnya ketersediaan bahan bacaan. ”Di sejumlah pelosok, kami mendapati anak-anak yang punya kegemaran membaca buku sayangnya mereka kekurangan bahan buku. Kami terus kirim buku,” ujarnya.

Indeks literasi di NTT masih rendah. Untuk tingkat sekolah menengah atas (SMA) tahun 2024, pada kategori baik hanya 24,7 persen sekolah, kategori sedang 25,80 persen, kategori kurang 25,36 persen, dan kategori paling rendah dari semua kategori 24,15 persen.

Untuk indeks numerasi, kategori baik hanya 15,81 persen, kategori sedang 33,81 persen, kategori kurang 26,23 persen, dan kategori paling rendah dari semua kategori itu sebesar 24,15 persen.

Jika dilihat per kabupaten/kota, untuk indeks literasi tertinggi pada kategori baik, posisi pertama ialah Kabupaten Nagekeo, yakni 66,67 persen, sedangkan yang paling rendah Kabupaten Sumba Barat, yakni 15,79 persen.

Sebagaimana siaran pers Humas Pemprov NTT, Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena menyoroti rendahnya kemampuan literasi dan numerasi anak-anak NTT. Ia meminta semua pihak memberikan perhatian serius.

”Dulu semua yang tamat SD pasti bisa baca dan tulis. Sekarang, jangankan SD, di tingkat SMP dan SMA bahkan tidak bisa baca tulis dengan baik. Kita jangan menikmati kondisi sekarang ini sebagai kondisi baik-baik saja,” ujar Melkiades.

Kondisi serupa juga terjadi pada lulusan perguruan tinggi. ”Kita sekarang memanen anak-anak kuliah yang kemampuan membaca dan berhitung tidak baik-baik saja. Dengan situasi model begini, kita bisa membayangkan masa depan NTT seperti apa,” ujarnya.

Melkiades juga menyinggung kesejahteraan guru. Dengan anggaran Rp 2,3 triliun yang dialokasikan dari APBD NTT untuk sektor pendidikan, ia berharap agar para guru dan tenaga kependidikan harus berjuang sungguh meningkatkan kualitas pendidikan di NTT. *** kompas.id




 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama