Sejak pagi, siswa-siswi
dengan penuh keriangan menundukkan tubuh mungil mereka, mencabut rumput liar
yang merayap di tanah, mengumpulkan sampah yang tercecer, dan merapikan sudut
halaman yang sempat tak terurus. Di antara pohon pisang yang rindang, terlihat
warna-warni pakaian sederhana mereka yang bergerak harmonis, bagaikan lukisan
kehidupan yang penuh energi. Seorang guru berdiri menuntun, bukan sekadar
mengarahkan, tetapi menanamkan filosofi: bahwa kebersihan adalah bahasa cinta
kepada ruang belajar, dan merawat lingkungan berarti merawat masa depan.
Gedung sekolah dengan
cat yang mulai pudar dan atap yang dimakan usia seolah mendapat napas baru dari
tangan-tangan kecil yang penuh ketulusan itu. Mereka tidak sekadar membersihkan
halaman, tetapi tengah belajar tentang akar kehidupan: bahwa dunia yang mereka
huni adalah rumah bersama yang patut dijaga dengan hati bersih.
Di balik keringat yang
menetes di wajah polos itu, terkandung makna besar yang tak bisa ditulis dalam
kurikulum: pendidikan sejati bukan hanya soal membaca dan menghitung, melainkan
juga tentang kesadaran merawat alam, tentang menumbuhkan rasa memiliki, dan
tentang menanam kebaikan pada tanah tempat mereka berpijak.
Hari ini, SDK Naibone
telah mengajarkan sebuah pelajaran berharga kepada kita semua: bahwa masa depan
bangsa lahir dari kepedulian kecil yang dirawat dengan cinta. Dari gerakan
sederhana mencabut rumput, dari langkah ringan mengumpulkan sampah dan rerumputan liar, dari senyum
tulus yang muncul di antara kerja keras, tersimpan sebuah pesan: membersihkan lingkungan adalah cara
membersihkan jiwa, dan menjaga sekolah adalah menjaga harapan.
![]() |
Kepala Satuan Pendidikan SD Katolik Naibone Bapak Egodius Bouk Seran, S.Pd., Gr sedang mendampingi anak-anak kerja membersihkan rerumputuan yang memnghalangi jalaln setapak menuju sekolah |
Refleksi untuk Kita Semua
Kegiatan sederhana ini
mestinya menjadi cermin bagi kita, orang dewasa, orang tua, masyarakat, bahkan
pemerintah. Jika anak-anak bisa dengan sukarela menjaga kebersihan sekolahnya,
mengapa kita yang lebih dewasa tak mampu menjaga lingkungan kita lebih luas
lagi? SDK Naibone melalui tangan-tangan mungil itu sedang menyalakan pelita
kecil di tengah keterbatasan, sebuah cahaya yang mengingatkan: perubahan besar
selalu bermula dari kepedulian kecil.
Mari kita belajar dari
anak-anak itu, mari kita satukan hati untuk ikut peduli. Sebab menjaga
lingkungan bukan hanya tugas sekolah, tetapi tanggung jawab seluruh masyarakat.
Dari halaman sekolah yang sederhana ini, tumbuhlah harapan bahwa Malaka, Nusa
Tenggara Timur, dan Indonesia kelak akan berdiri lebih kokoh, karena generasi
mudanya telah dibentuk dengan cinta, kebersihan, dan kepedulian.