Kabar tersebut disambut
suka cita umat yang berkumpul di Gereja Katedral Reinha Rosari, Larantuka.
Suasana haru dan gembira tampak saat pengumuman dibacakan di hadapan umat.
Sebelum pengumuman,
TribunFlores melaporkan suasana penuh harap di Katedral Larantuka. Dalam video
yang diunggah, umat berkumpul dan berdoa bersama, menantikan nama yang
akan diumumkan.
Ibadah pra-pengumuman
dipimpin oleh Uskup Larantuka saat ini, Mgr. Fransiskus Kopong
Kung, yang telah memasuki masa pensiun.
RD Yohanes Hans
Monteiro saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor III Institut Filsafat dan
Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero. Ia telah menjalani 26 tahun masa imamat.
Dengan penunjukan
ini, RD Monteiro akan menggantikan Mgr. Kopong Kung dan memimpin
Keuskupan Larantuka ke depan.
Untuk diketahui, jelang
pengumuman Uskup Larantuka yang baru di Gereja Katedral
Larantuka, Kabupaten Flores Timur NTT, Sabtu, 22 November 2025 malam, umat,
para biarawan dan biarawati mengadakan ibadat Vesper.
Sejarah Keuskupan Larantuka
Melansir berbagai
sumber, Keuskupan Larantuka adalah salah satu Keuskupan Katolik Roma yang
terletak di wilayah timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Keuskupan ini memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan penyebaran
agama Katolik di wilayah timur Nusantara.
Awal mula kehadiran
agama Katolik di Larantuka tidak bisa dilepaskan dari kedatangan bangsa
Portugis pada abad ke-16. Mereka datang bukan hanya untuk berdagang, tetapi
juga membawa misi penyebaran Injil. Larantuka menjadi salah satu pusat penting
misi Katolik di wilayah timur Indonesia.
Sebelum menjadi
keuskupan, wilayah ini merupakan bagian
dari Vikariat Apostolik Kepulauan Sunda Kecil. Pada tanggal 08 Maret 1951,
wilayah ini dipisahkan dan dibentuk menjadi Vikariat Apostolik Larantuka,
dengan Mgr. Gabriel Manek, SVD sebagai Vikaris Apostolik pertamanya
Vikariat Apostolik
Larantuka kemudian ditingkatkan statusnya menjadi Keuskupan Larantuka pada
tanggal 3 Januari 1961, dengan uskup pertamanya adalah Mgr. Gabriel Manek, SVD.
Perubahan ini menandai pertumbuhan dan perkembangan Gereja Katolik yang
signifikan di wilayah tersebut. Uskup kedua Keuskupan Larantuka adalah Mgr.
Antonius Hubertus Thijssen, SVD, yang menjabat dari tahun 1961 hingga 1973. Ia
memainkan peran penting dalam membangun struktur keuskupan dan memperkuat
kehidupan iman umat.
Setelah Mgr. Thijssen,
Keuskupan Larantuka dipimpin oleh Mgr. Darius Nggawa, SVD, dari tahun 1974
hingga 2004. Di bawah kepemimpinannya, keuskupan mengalami perkembangan dalam
bidang pendidikan, pastoral, dan sosial.
Sejak tahun 2004,
Keuskupan Larantuka dipimpin oleh Mgr. Franciskus Kopong Kung. Ia sebelumnya
menjabat sebagai Uskup Koajutor sejak tahun 2001. Di bawah kepemimpinannya,
keuskupan terus berkembang dalam pelayanan pastoral dan evangelisasi.
Keuskupan Larantuka
merupakan bagian dari Provinsi Gerejawi Ende, bersama dengan Keuskupan Agung
Ende, Keuskupan Maumere, Keuskupan Denpasar, Keuskupan Ruteng dan Keuskupan
Labuan Bajo. Keuskupan ini mencakup wilayah Kabupaten Flores Timur dan
Kabupaten Lembata.
Saat ini, Keuskupan Larantuka
memiliki 51 paroki yang tersebar di tiga dekenat: Larantuka, Adonara, dan
Lembata. Setiap dekenat memiliki struktur pastoral yang mendukung pelayanan
kepada umat di wilayah masing-masing.
Salah satu ciri khas
Keuskupan Larantuka adalah
tradisi Semana Santa, yaitu perayaan Pekan Suci yang sangat kental dengan
nuansa budaya lokal dan devosi kepada Bunda Maria. Tradisi ini menarik
perhatian umat Katolik dari berbagai daerah setiap tahunnya.
Tradisi Semana Santa
merupakan warisan dari pengaruh Portugis yang masih sangat hidup di tengah
masyarakat Larantuka. Prosesi-prosesi religius yang dilakukan selama pekan ini
menjadi bentuk nyata dari iman yang dihayati secara mendalam oleh umat.
Keuskupan Larantuka
juga dikenal dengan semangat misioner yang kuat. Banyak imam dan
biarawan-biarawati dari keuskupan ini yang melayani di berbagai wilayah
Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri.
Dalam bidang pendidikan,
Keuskupan Larantuka turut
berperan aktif melalui pengelolaan sekolah-sekolah Katolik yang tersebar di
berbagai paroki. Pendidikan menjadi salah satu sarana penting dalam pewartaan
Injil dan pembentukan karakter Kristiani.
Tantangan yang dihadapi
Keuskupan Larantuka di era modern ini meliputi arus sekularisasi, migrasi umat,
dan kebutuhan akan pembinaan iman yang lebih mendalam. Namun, dengan semangat
pelayanan dan kesetiaan kepada Kristus, keuskupan ini terus melangkah maju. *** Tribun Flores
