banner Derai Hujan, Jalan Sunyi, dan Natal yang Enggan Dirayakan dengan Riuh

Derai Hujan, Jalan Sunyi, dan Natal yang Enggan Dirayakan dengan Riuh



Suara Numbei News - Di tengah spanduk diskon, lagu Natal yang diputar terlalu dini, dan kalender yang dipenuhi agenda, derai hujan turun seperti interupsi yang tidak diundang. Ia membuyarkan ilusi bahwa Natal adalah pesta tanpa jeda. Secara filosofis, hujan memaksa kita berhenti—atau setidaknya melambat—dan di situlah kritik dimulai: apakah kita masih memberi ruang bagi makna, atau sekadar mengejar suasana?

Jalan sunyi, yang kerap dihindari karena dianggap membosankan, justru menyingkap paradoks zaman. Kita hidup di era kebisingan permanen—opini berlimpah, notifikasi tak henti—namun miskin permenungan. Sunyi menjadi subversif. Ia melawan logika produktivitas yang mengukur nilai manusia dari kecepatan dan jumlah. Menyongsong Natal di jalan sunyi adalah tindakan kritis: menolak perayaan yang ramai tetapi hampa.

Hujan, dalam kritik etis, adalah pengingat ketidakadilan. Ia turun merata, tetapi dampaknya tidak pernah sama. Ada yang merayakan hujan dari balik kaca mobil; ada yang menanggungnya di jalan berlumpur. Natal sering jatuh pada jebakan serupa: khotbah tentang kasih universal, tetapi praktik solidaritas yang selektif. Di sinilah Natal diuji—bukan pada dekorasi, melainkan pada keberpihakan.

Palungan adalah simbol paling radikal dalam sejarah iman: Tuhan memilih pinggir, bukan pusat. Namun kita kerap merayakannya dari pusat-pusat kenyamanan. Jalan sunyi menyodorkan pertanyaan tajam: beranikah kita keluar dari keramaian yang aman menuju perjumpaan yang menuntut? Natal, jika jujur pada asalnya, selalu mengganggu tatanan—ia menegur kuasa, menyingkap kepalsuan, dan memihak yang rapuh.

Maka, menyongsong Natal bukan soal menambah cahaya lampu, tetapi mengurangi kebisingan batin. Derai hujan mengajak kita belajar setia tanpa sorotan; jalan sunyi menantang kita berjalan tanpa tepuk tangan. Barangkali Natal yang paling otentik justru lahir ketika kita berani tidak merayakannya secara berlebihan—agar maknanya tidak tenggelam dalam riuh yang kita ciptakan sendiri.



 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama