Filosofi Jagung (Batar) Menjadi Ilmu
Kehidupan
(Inspirasi dari Petuah Bijak dari Ipar
Saya Nyadu Edel Uskono dan Nyadu Gusti Anggur)
Jagung adalah buah praktis. Cara hidupnya menunjukkan hidup dan berpikir fleksibel. Jagung yang dibakar, menandakan bahwa hidup ini membutuhkan proses. Pada saat itu, orang yang membakar jagung akan bangga dan bahagia. Saat jagung itu sudah masak, makan jagung juga penuh keasyikan. Deretan biji jagung tertata rapi. Itulah gambaran orang yang berpikir positif, segalanya akan tertata.
Penulis bersama ipar Edel Uskono |
Kisah
ini saya tulis sebagai inspirasi kehidupan sekaligus ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada Ipar saya Nyadu Edel Uskono dan Nyadu Gusti Anggur, yang
mengajarkan saya tentang nilai kesetiaan dan kekuatan dalam membangun biduk
rumah tangga dan mengais rejeki dengan belajar dari proses jagung yang ditanam
di kebun. Lewat tukar pikiran bersama mereka berdua di rumah mereka nan
sederhana dengan ditemani secangkir arak (Tua
Moruk, Tetun). Kami saling membagikan kisah masa muda dan masa lalu.
“Pernah
mengalami kegagalan dalam menanam jagung di kebun?” tanya saya kepada Nyadu
Edel. Tetapi, entah kenapa, pertanyaan itu justru menggelorakan semangat di
dada saya unutk mendengarkan kisah keringat perjuangan yang tak pernah berdusta
dari si nyadu untuk membagi ilmu filosofi kehidupannya. Dengan penuh percaya
diri, suara lantang, dan nada bangga Nyadu Edel menjawab, “Ya, saya pernah
gagal!”. Dia mengajak kami untuk belajar dari pertumbuhan dan perkembangan
jagung di kebun (toos).
Di
sini nyadu Edel orang pertama yang mengakui kegagalan seperti seseorang yang
sedang memamerkan kesuksesan. saya Nyadu Edel punya alasan untuk berbangga
dengan kegagalan saat berkebun. Sebab, fase ini membuat dia belajar hal besar
tentang kehidupan, yang akan terus melekat dalam jati dirinya sebagai manusia.
Jagung Itu Ilmu Kehidupan
Jagungg..? ada apa dengan tumbuhan berbiji ini..? tentu seluruh Nusantara tahu apa itu jagung .. jagung di sini saya akan memaparkan bagaimana hikmah hidup untuk bersabar unruk menjadi yang lebih baik.. yaaa… anda akan saya ajak mengenal bagaimana hidup layaknya jagung, jagung yang hanya biji yang di tanam tentu kita tahu.
Bagaimana
ia pada mulanya hanya berbentuk biji yang kecil kemudian “diTanam” ditumpuk
dengan Tanah yang begitu banyak..?.. disini akan ada pertanya’an mampukah
ia keluar dari tumpukkan itu,…untuk keluar dari tumpukan tanah itu tentunya ia
membutuhkan air. jika mampu keluar.. ia akan menjadi jagung yang muda, tapi
untuk tumbuh dan menjadi lebih berharga ia harus di beri pupuk., kemudian
di tambah dengan pupuk kandang secukupnya.. ia tak perlu pupuk yang mahal
karena pupuk kandanglah yang baik untuk si jagung tumbuh dengan subur dan
sehat.
Begitulah
kita sebagai manusia berbanyak lah belajar dari filosofi kehidupan tumbuhan
salah satunya jagung.. jagung yang kecil itu seperti kita manusia yang belum
mengerti apa” tentang hidup ini. kemudian jagung itu di tanam serta di tutupi
dengan tanah.. sama halnya dengan manusia tumpukan tanah itu bagaikan
masalah-masalah yang datang menghampiri hidup ini, untuk mengadapi masalah itu
manusia butuh air, air seperti jagung sama halnya manusia untuk mengatasi
masalah itu harus dengan ilmu. Jika mampu bertahan maka , akan sama halnya
jagung yang keluar dari bawah tanah.. seperti manusia yang keluar dari
banyaknya masalah maka akan berkembang ke tahap selanjutnya.. yahh seperti
jagung ia akan tumbuh kembali hingga meninggi, tapi tumbuhnya tidak cukup
dengan air saja , tapi harus di beri pupuk kandang yang baunya tidak
karuan tapi pupuk itu akan mennyehatkan dan membuat ia tumbuh
makin subur.
Layaknya
jagung yang melewati proses pemupukan, manusia juga selain menghadapi banyak masalah
hidup.. ia harus di beri pupuk kandang.. tapi pupuk manusia bukanlah itu
melainkan masalah-masalah yang buruk dan sulit bahkan menyesakkan hidup cacian,
hinaan, bahkan dihina dan dianggap sebelah mata.. semua itu harus mampu
dilewati.Karna dengan keadannya bagaikan baunya pupuk itulah yang akan membuat
hidup manusia itu lebih tegar dan kuat.. semakin banyak pupuk Kandang yang diberi
semakin kuat lah manusia itu dalam mengatasi berbagai masalah yang di hadapi. Karena
jika banyak pupuk yang datang banyak pula air yang dibutuhkan , sama halnya
manusia mempunyai banyak masalah, jjika masalah yang berat maka banyak pula ia
akan membutuhkan ilmu. dan ilmu itu akan datang seraya masalah itu telah
terlewati..
Filosofi Jagung bagi Setapak
Perjuang Hidup
Jagung Batar (read Tetun) adalah gambaran pemikiran orang hidup, yakni harus selalu dipelihara, disiram, dan dirawat. Begitu pikiran manusia, harus senantiasa agar tumbuh dan berkembang. Jika pemeliharaan keliru, pikiran akan berubah negatif. Jagung pun demikian. Untuk menanam jagung perlu cangkul dan tanah. Dari sebiji jagung, dapat melahirkan ratusan biji jika sudah berbuah.
Jagung
juga memaparkan bagaimana hikmah hidup untuk bersabar menjadi yang lebih baik.
Ibu saya dulu di Kampung Numbei mengajarkan bagaimana furi (menanam) jagung, memasukkan ke lubang, biasanya menggunakan suanu (alat pembuat lubang) terus hanai (mengisi tanah yang dilubangi
dengan benih jagung yang sudah disiapkan).
Maksudnya, biji jagung yang telah ditanam
harus ditutup tanah. Jagung harus menanggung beban tanah yang ditimbunkan.
Sejak jagung ditanam untuk keluar dari tumpukan tanah itu tentunya membutuhkan air.
Jika
mampu keluar, ia akan menjadi jagung yang muda, tetapi untuk tumbuh dan menjadi
lebih berharga ia harus diberi pupuk. Begitulah kita sebagai manusia banyaklah
belajar dari filosofi kehidupan tumbuhan, salah
satunya jagung. Jagung yang kecil itu seperti manusia yang belum mengerti
apa-apa tenang hidup ini. Jagung ditanam serta ditutupi dengan tanah, sama
halnya dengan manusia, tumpukan tanah itu bagaikan masalah-masalah yang datang
menghampiri hidupnya.
Filosofi
benih jagung itu sama persis dengan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan
manusia. Kita tak bisa tumbuh dengan sempurna, baik secara emosi, spirit, dan
sosial apalagi secara fisik bila terlalu berkompetisi memperjuangkan kebutuhan
dan keinginan hidup. Kata "terlalu" perlu digarisbawahi karena kita
akan menjadi egois dan tumbuh kerdil bila terlalu berkompetisi, walau kita juga
tak mungkin hidup sendirian. Hidup yang sempurna perlu tatanan dan tuntunan.
Tanah
yang menutupi benih jagung sama seperti masalah, kepelikan, beban hidup yang
harus dipikul setiap orang. Tanpa beban, tanpa adanya masalah, kita mungkin
tidak merasa penting untuk memiliki cita-cita dan impian. Bahkan, cita-cita dan
impian dengan begitu mudah akan terkubur bila tidak ada beban yang dipikul,
sama seperti benih jagung yang begitu gampang dimakan ayam apabila diletakkan
saja di atas permukaan tanah. Impian hidup dan semangat akan menguap dan mati
begitu saja bila manusia tak memikul kesulitan hidup, seperti benih jagung yang
kering terpapar panasnya matahari. Kita membutuhkan sebuah tantangan hidup
supaya kita tetap memperoleh inspirasi. Karena inspirasi adalah nyala api yang
membakar semangat dan motivasi.
Secara
filosofis, pohon jagung itu berbuah hanya sekali. Hal ini perlu ditafsir atas
dasar berfikir positif. Pohon jagung juga tidak bercabang. Dengan demikian,
berpikir positif juga meningkatkan tingkat kepuasan jiwa dan perasaan bahagia.
Orang yang berfikir positif selalu melihat segala sesuatu dari sisi positif
sehingga bisa menikmati hidup lebih baik. Selain itu orang yang berpikir
positif selalu bersyukur atas apa yang ada padanya atau pengalamannya
sehari-hari. Hal yang tak kalah penting adalah berpikiran positif dan
meningkatkan kualitas interaksi dengan orang lain.
Frederick
Mzaq (Penimba Inspirasi Jalan Setapak)
Kateri.
08 Desember 2020
Kisah
Kami semalam di rumah sederhan saya, nyadu Edel dan Nyadu Gusti.