Dilematis Mengais Rejeki Halal di Tanah Perantauan

Dilematis Mengais Rejeki Halal di Tanah Perantauan

***Tulisan ini berdasarkan curahan hati saudara-saudaraku yang merantau di negeri orang baik di wilayah Kalimantan, Palembang dan juga Malaysia

Afri dan temannya saat berada di tempat kerja, kebun kelap sawit (Palembang)



Mimpi tak seindah kenyataan, Perantauan jadi pilihan, Mengais rezeki, Mencari makan, Nasihat orang tua jadi pedoman begitu intisari dari tulisan ini. beberapa kalimat itu mengandung arti bahwa setiap orang itu pasti punya mimpi dimana ingin hidupnya serba kecukupan, penginnya bekerja di kampungnya sendiri, usaha dagangannya laku keras, akhirnya dapat rejeki berlimpah, keluarganya jadi berkah danamaliyahnya menjadi barokah setelah bekerja keras hingga tetesan keringet pun tetap digelutinya asalkan mendapatkan rejeki yang halal. 


Kata orang tua dulu, yen pengin berubah hidupmu yo kudu obah, makanya orang akhirnya mencari rezeki dimanapun, rezeki memang harus dikejar, meski sampai ke kota orang. Inilah kenapa banyak orang yang merantau meninggalkan kampung halaman yang kurang menjanjikan untuk mendapatkan penghasilan. Tapi terkadang mungkin terpikir di benakmu juga, jika semua merantau ke kota lain, lalu siapa yang akan mengembangkan kampung halamanmu? Padahal sebagai generasi penerus bangsa, tentunya itu menjadi kewajibanmu juga untuk memajukan kampungnya. Disinilah dilematisnya, kaya dinegeri orang, tapi belum tentu harum di negeri sendiri. 


Istilah Rezki, rejeki, atau rezeki adalah kata-kata yang sering kita gunakan untuk menggambarkan pendapatan kita. Pendapatan yang dimaksud dalam kata ini lebih luas daripada hanya sekedar uang. Rezeki, rejeki, atau rezki, lebih kepada apa yang kita dapat baik itu secara materi maupun non materi. Manakah kata yang benar? Mengetahui kata yang benar sangat berguna untuk anda dalam menggunakan kata ini dalam berbagai tulisan terutama tulisan yang menuntut aturan penulisan baku. Kata yang benar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah rezeki, bukan rejeki atau rezki. Jadi gunakanlah kata rezeki sebagai kata yang baku untuk berbagai keperluan menulis.


 

 Bekal hidup di perantauan memang sangat keras, dan harus hati-hati, adat istiadat, bahasa dan juga perilaku lingkungan baru harus menjadi modal penyesuaian bagi kita. Misalnya orang Brebes merantau untuk usaha seafood di medan sumatera utara, di langsa aceh, di pekanbaru, di jakarta dan diibukota provinsi yang lain dengan tujuan untuk menambah penghasilan keluarganya, awalnya ada yang jadi buruh dulu, lalu setelah paham modal yang dibutuhkan berapa, cara memasak yang enak gimana, cara menyajikan hidangannya agar tepat, dan cara menghitung keuntungan yang didapat,  itulh menjadi modal awal buruh/pekerja tadi untuk nantinya ingin berwirausaha sendiri, ini sebagai batu loncatan dirinya menuju jenjang karir agar bisa membuka cabang didaerah lain atau membuka usaha seafood dengan belajar dari saat awal bekerja. 


Lihat Juga: 

Curahan Hati Anak Rantau, Suka duka di tanah orang (Sajak Akar Rumput, Mataros)

Aksi Nyata..DPC Projamin Malaka, Pengisian tanah di Polibag untuk penanaman anakan pohon Sengon Laut

Anak Kecil: Sebuah Pembelajaran dari Kepolosan (Inspirasi dari Kakak Beradik Gival dan Ascal, Biuduk Fehan, Malaka)


Rezeki seseorang itu sudah dibagi-bagi, asal kita berusaha dengan kerja keras dan seiring waktu pelanggan warung masakannya itu bermunculan atau dikenal dengan istilah laris manis, baru itulah rasa pahit menjadi manis didapat, ide ingin membangun rumah baru, membeli mobil, membeli sawah maupun membiayai anaknya ke perguruan tinggi, tidak begitu sulit, yang sulit adalah nafsu serakahnya ketika sudah kaya, kemudian ingin menambah istri muda, ini penyakit yang sering muncul ketika diberikan kekayaan berlebih. Makanya saat diberikan kekayaan berlimpah di negeri perantauan, maka rasa bersyukurlah yang harus diwujudkan melalui tindakan jariyah, sebagian zakat mall nya ditasyarufkan untuk orang lain sesusai dengan penerima zakat termasuk ekspansi di dunia usahannya, sehinga saat usaha awalnya itu mengalami kebangkrutan, tidak terjadi diusaha ekspansinya. 




Hidup di perantauan itu penuh semangat, orangnya lincah dan etos kerjanya tinggi. Begitulah ciri khas seseorang yang ingin mencari penghasilan di tempat perantauan, kita tidak boleh malas dalam bekerja, sepi atau ramainya usaha itu harus diterima dengan kesabaran, mungkin hari ini sepi. besok laris, seiring waktu berjalan pada akhirnya mendapatkan ciri khusus, lama kelamaan pelanggan ini enggan berpaling ke warung masakan lainnya,setiap hari atau seminggu sekali ingin mencicipi masakan seafoodnya, bahkan jika ada tamu studi banding, rekomendasi ke warung kulinernya yang dianggap orang tersebut itu masakan terbaiknya. Disinilah keuntungan mulai tampak jika warung yang dikunjungi tersebut adalah warung masakan anda. 

 


Hidup diperantauan juga ada yang pasang penglaris, banyak memang para perantau ketika pulang ke kampungnya, mencari informasi kenapa si fulan kok cepat kaya saat memiliki usaha warung makan di jakarta, kenapa saya kok punya warung yang sama kemudian rezekinya tidak seperti si fulan, jangan-jangan si fulan mendapatkan jurus penglaris usaha, biar usahanya bisa menarik orang untuk mencicipi masakannya dan akhirnya jadi laris. model seperti ini pun terjadi dan tidak dianggap asing lagi. 

 


 Inspirasi Malam pada detak jarum jam

Harekakae, 23 Januari 2021

 

 

Mzaq Chanell (Penimba Inspirasi Jalan Setapak)

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama