***Tulisan ini
berdasarkan curahan hati saudara-saudaraku yang merantau di negeri orang baik
di wilayah Kalimantan, Palembang dan juga Malaysia
Afri dan temannya saat berada di tempat kerja, kebun kelap sawit (Palembang) |
Mimpi tak
seindah kenyataan, Perantauan jadi pilihan, Mengais rezeki, Mencari makan,
Nasihat orang tua jadi pedoman begitu intisari dari tulisan ini. beberapa
kalimat itu mengandung arti bahwa setiap orang itu pasti punya mimpi dimana
ingin hidupnya serba kecukupan, penginnya bekerja di kampungnya sendiri, usaha
dagangannya laku keras, akhirnya dapat rejeki berlimpah, keluarganya jadi
berkah danamaliyahnya menjadi barokah setelah bekerja keras hingga tetesan
keringet pun tetap digelutinya asalkan mendapatkan rejeki yang halal.
Kata orang tua
dulu, yen pengin berubah hidupmu yo kudu obah, makanya orang akhirnya mencari
rezeki dimanapun, rezeki memang harus dikejar, meski sampai ke kota orang.
Inilah kenapa banyak orang yang merantau meninggalkan kampung halaman yang
kurang menjanjikan untuk mendapatkan penghasilan. Tapi terkadang mungkin
terpikir di benakmu juga, jika semua merantau ke kota lain, lalu siapa yang
akan mengembangkan kampung halamanmu? Padahal sebagai generasi penerus bangsa,
tentunya itu menjadi kewajibanmu juga untuk memajukan kampungnya. Disinilah
dilematisnya, kaya dinegeri orang, tapi belum tentu harum di negeri
sendiri.
Istilah Rezki, rejeki, atau rezeki adalah kata-kata yang sering kita gunakan untuk menggambarkan pendapatan kita. Pendapatan yang dimaksud dalam kata ini lebih luas daripada hanya sekedar uang. Rezeki, rejeki, atau rezki, lebih kepada apa yang kita dapat baik itu secara materi maupun non materi. Manakah kata yang benar? Mengetahui kata yang benar sangat berguna untuk anda dalam menggunakan kata ini dalam berbagai tulisan terutama tulisan yang menuntut aturan penulisan baku. Kata yang benar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah rezeki, bukan rejeki atau rezki. Jadi gunakanlah kata rezeki sebagai kata yang baku untuk berbagai keperluan menulis.
Bekal
hidup di perantauan memang sangat keras, dan harus hati-hati, adat istiadat,
bahasa dan juga perilaku lingkungan baru harus menjadi modal penyesuaian bagi
kita. Misalnya orang Brebes merantau untuk usaha seafood di medan sumatera
utara, di langsa aceh, di pekanbaru, di jakarta dan diibukota provinsi yang
lain dengan tujuan untuk menambah penghasilan keluarganya, awalnya ada yang
jadi buruh dulu, lalu setelah paham modal yang dibutuhkan berapa, cara memasak
yang enak gimana, cara menyajikan hidangannya agar tepat, dan cara menghitung
keuntungan yang didapat, itulh menjadi modal awal buruh/pekerja tadi
untuk nantinya ingin berwirausaha sendiri, ini sebagai batu loncatan dirinya
menuju jenjang karir agar bisa membuka cabang didaerah lain atau membuka usaha
seafood dengan belajar dari saat awal bekerja.
Lihat Juga:
Curahan Hati Anak Rantau, Suka duka di tanah orang (Sajak Akar Rumput, Mataros)
Aksi Nyata..DPC Projamin Malaka, Pengisian tanah di Polibag untuk penanaman anakan pohon Sengon Laut
Rezeki seseorang
itu sudah dibagi-bagi, asal kita berusaha dengan kerja keras dan seiring waktu
pelanggan warung masakannya itu bermunculan atau dikenal dengan istilah laris
manis, baru itulah rasa pahit menjadi manis didapat, ide ingin membangun rumah
baru, membeli mobil, membeli sawah maupun membiayai anaknya ke perguruan
tinggi, tidak begitu sulit, yang sulit adalah nafsu serakahnya ketika sudah
kaya, kemudian ingin menambah istri muda, ini penyakit yang sering muncul
ketika diberikan kekayaan berlebih. Makanya saat diberikan kekayaan berlimpah
di negeri perantauan, maka rasa bersyukurlah yang harus diwujudkan melalui
tindakan jariyah, sebagian zakat mall nya ditasyarufkan untuk orang lain
sesusai dengan penerima zakat termasuk ekspansi di dunia usahannya, sehinga
saat usaha awalnya itu mengalami kebangkrutan, tidak terjadi diusaha
ekspansinya.
Hidup di
perantauan itu penuh semangat, orangnya lincah dan etos kerjanya tinggi.
Begitulah ciri khas seseorang yang ingin mencari penghasilan di tempat
perantauan, kita tidak boleh malas dalam bekerja, sepi atau ramainya usaha itu
harus diterima dengan kesabaran, mungkin hari ini sepi. besok laris, seiring
waktu berjalan pada akhirnya mendapatkan ciri khusus, lama kelamaan pelanggan
ini enggan berpaling ke warung masakan lainnya,setiap hari atau seminggu sekali
ingin mencicipi masakan seafoodnya, bahkan jika ada tamu studi banding,
rekomendasi ke warung kulinernya yang dianggap orang tersebut itu masakan
terbaiknya. Disinilah keuntungan mulai tampak jika warung yang dikunjungi
tersebut adalah warung masakan anda.
Hidup
diperantauan juga ada yang pasang penglaris, banyak memang para perantau ketika
pulang ke kampungnya, mencari informasi kenapa si fulan kok cepat kaya saat
memiliki usaha warung makan di jakarta, kenapa saya kok punya warung yang sama
kemudian rezekinya tidak seperti si fulan, jangan-jangan si fulan mendapatkan
jurus penglaris usaha, biar usahanya bisa menarik orang untuk mencicipi
masakannya dan akhirnya jadi laris. model seperti ini pun terjadi dan tidak
dianggap asing lagi.
Inspirasi
Malam pada detak jarum jam
Harekakae, 23 Januari 2021
Mzaq Chanell (Penimba Inspirasi Jalan Setapak)