Menelisik Batas Seksualitas dalam Arca Indonesia & Juliana Notari Sosok Seniman Asal Brasil dibalik Patung Vagina Raksasa

Menelisik Batas Seksualitas dalam Arca Indonesia & Juliana Notari Sosok Seniman Asal Brasil dibalik Patung Vagina Raksasa

Kala manusia modern memperkarakan erotisme dalam seni, nenek moyang Indonesia sudah membangun berbagai peninggalan seni dengan unsur seksualitas bermakna mendalam. (iStockphoto/javarman3)

"Jika ini sekadar vagina, saya akan membentuk labia dan klitoris juga. Namun, ini juga merupakan lambang luka."

Pernyataan itu terlontar dari mulut seorang seniman dari Brasil, Juliana Notari, kala membela nilai-nilai dalam karyanya yang memicu kontroversi, yaitu patung vagina raksasa setinggi 33 meter dengan lebar 16 meter.

Menurutnya, vagina itu tak hanya melambangkan seksualitas, tapi juga berbagai interpretasi luka yang menganga.

"Ketika muncul, terbukalah interpretasi luas ke berbagai dimensi, termasuk eksploitasi bumi oleh kapitalisme," katanya.


Lihat Juga:

Bocah Temukan Kepala Manusia di Pantai Tangerang, Diduga Korban Sriwijaya Air, SJ 182

Kambing Hitam Bencana Selain Tuhan (Catatan Kritis atas bencana yang terjadi di awal tahun 2021)

Jangan Pernah Malu Dengan Pekerjaanmu Karena Gengsi Tidak Akan Memberimu Makan

Kala perdebatan ini mengemuka, sejumlah warganet Indonesia turut mengomentari. Sebagian dari mereka malah membahas berbagai peninggalan sejarah di Indonesia yang juga memperlihatkan unsur seksualitas, tapi sebenarnya bermakna luas.

Tak usah jauh-jauh, ambil saja contoh Monumen Nasional. Kala membangun tugu tersebut, Presiden Sukarno berulang kali menggelar sayembara demi mendapatkan desainer yang benar-benar dapat mengakomodasi keinginannya memasukkan unsur lingga dan yoni.

Dalam ajaran Hindu, lingga (phallus) merupakan simbol kejantanan seorang pria. Sementara itu, yoni (vulva) adalah simbol perempuan atau kesuburan.

Saat proses pembangunan Monas, Sukarno disebut-sebut terinspirasi dari Candi Sukuh, satu situs keagamaan Hindu di Karanganyar, Jawa Tengah. Candi tersebut merupakan salah satu situs dengan peninggalan arca lingga dan yoni terbanyak.

Salah satu relief di candi Sukuh

Representasi lingga dan yoni dalam peninggalan sejarah Indonesia ternyata tersebar di berbagai pelosok. Tak hanya di situs-situs keagamaan, batu nisan berbentuk phallus juga dapat ditemukan di berbagai penjuru Indonesia, mulai dari Sumatra Barat hingga Nusa Tenggara Barat.



Di masa modern, simbol phallus juga dapat ditemukan di suvenir berbentuk penis dari Bali, atau yang biasa disebut lolok.

Dosen Antropologi Universitas Gadjah Mada yang berasal dari Bali, Pande Made Kutanegara, pun menyayangkan ketika simbol bermakna tersebut disalahartikan oleh turis luar Pulau Dewata.

Lebih jauh, ia juga menyayangkan ketika banyak pihak memandang miring temuan-temuan peninggalan sejarah yang mengandung unsur lingga dan yoni.

"Ini bukan porno. Lingga-yoni itu kan lambang kesuburan dan orang dulu yang memiliki relasi dengan alam sangat percaya dengan filosofi itu. Penampakan lingga-yoni itu kan pengharapan dan permohonan kesuburan, agar alam semesta gemah ripah loh jinawi," kata Pande.

CNNIndonesia.com akan membahas seluk-seluk seksualitas dan maknanya yang mendalam dalam arca-arca Indonesia dalam fokus bertajuk Seksualitas dalam Arca Indonesia. Selamat menikmati

 

Juliana Notari, Sosok Seniman di Balik Patung Vagina Raksasa

Seniman pembuat patung vagina raksasa, Juliana Notari. (Arsip Pribadi Juliana Notari)

Beberapa hari terakhir publik dihebohkan dengan kehadiran instalasi seni patung vagina raksasa yang berlokasi di museum terbuka di negara bagian Pernambuco, Brasil. Instalasi seni tidak biasa ini merupakan hasil karya seniman lokal bernama Juliana Notari.

Penampakan foto patung vagina raksasa di bukit negara bagian Pernambuco, Brasil, yang menuai kontroversi. (Arsip Pribadi Juliana Notari)

Melansir laman website juliananotari.com, perempuan kelahiran Recife, Brasil pada 1975 ini merupakan lulusan magister seni visual Program Pascasarjana Seni Universitas Negeri Rio de Janeiro, Brasil.

Dalam perjalanan karier di bidang seni visual, Notari telah menghasilkan beragam karya seni mulai dari seni patung, seni instalasi maupun seni pertunjukan.

Sebagai pegiat seni, Notari juga aktif melakukan pameran tunggal atau pertunjukan solo di berbagai museum dan galeri seni, seperti pameran seni berjudul "Symbebekos" di Galeri Seni Fayga Ostrower di Brasil (2004). Disusul dengan menggelar dua pameran seni yakni "REDENTORNO" di Galeri Seni Vicente do Rêgo Monteiro dan "Diário de Bandeja" di Galeri Seni Amparo 60 di Brasil pada 2008.

Pameran solo tersebut masih berlanjut di tahun-tahun berikutnya seperti pameran berjudul "SORTERRO Cap.5" di Museum seni modern Aloisio Magalhães (2014), "Desterro: enquanto eles cresciam" di Museum Kota Recife (2016) dan "Amuamas" di Museum Seni Modern Aloisio Magalhães di Brasil (2018).

Tidak hanya rutin melakukan pameran seni di dalam negeri, beberapa hasil karyanya juga ikut dalam pameran di luar negeri seperti "Dupla-Boca" atau "Double-Mouth" yang tampil di Galeri Akademi Seni dan Desain Bergen di Norwegia (2013), "Bienal Del Sur: Pueblos en Resistencia" tampil di Museum Nasional Bellas Artes di Venezuela (2015).

Seniman asal Brasil, Juliana Notari, tengah mengecat karyanya, patung vagina raksasa yang dibuat di lereng bukit Santa Terezinha di negara bagian Pernambuco, Brasil. (Arsip Pribadi Juliana Notari)

Tidak hanya aktif mengikuti pameran di dalam maupun di luar negeri, beberapa hasil karya Notari juga menerima berbagai penghargaan seperti penghargaan Prêmio Bolsa de pesquisa no Salão de Arte Contemporânea de Pernambuco (2004), Penghargaan Seni Prêmio Funarte (2013), Anugerah Seni Prêmio do Salão Arte Pará (2014), masuk nominasi PIPA Prize (2018 dan 2019), dan finalis dalam ajang Penghargaan Prêmio Indústria Nacional Marcantonio Vilaça edisi ke-7 (2019).

Beberapa karya seni Notari juga menjadi koleksi museum yang tersebar di Brasil seperti Museum Seni Rio di Rio de Janeiro dan Museum Seni Modern Aloisio Magalhães di Recife. Tidak sampai di situ, karya Notari juga disimpan di beberapa universitas di Brasil seperti Universitas Brasília dan Museum Universitas Federal Pará.

Notari dalam rilis yang diterima CNNIndonesia.com menegaskan deskripsi patung vagina raksasa bukan sekadar vagina secara fisik, melainkan simbol kritik terhadap eksploitasi alam. (Arsip Pribadi Juliana Notari)

Kecintaan Notari terhadap seni visual kini kembali hadir lewat sebuah instalasi seni patung bertajuk "Diva" yang berada di negara bagian Pernambuco, Brasil. Melansir dari siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com, instalasi patung menyerupai vagina ini membutuhkan waktu selama 11 bulan.

Proses pengerjaan sempat terhenti akibat musim hujan dan pembatasan sosial selama pandemi Covid-19. Setelah melalui proses yang panjang, patung vagina setinggi 33 meter, lebar 16 meter, dan kedalaman 6 meter ini akhirnya rampung pada pekan lalu.

Patung yang berada di area perbukitan dekat pembangkit listrik di kawasan hutan negara bagian Pernambuco ini merupakan hasil kemitraan antara pembangkit listrik tenaga seni (Usina de Arte) dan museum seni modern Aloisio Magalhaes (MAMAM).


Referensi:

https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20210116190702-241-594644/meretas-batas-seksualitas-dalam-arca-indonesia

https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20210106114555-243-590087/foto-penampakan-patung-vagina-raksasa-yang-kontroversial

https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20210106162950-241-590293/juliana-notari-sosok-seniman-di-balik-patung-vagina-raksasa

 







Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama