Wujud Mumi Asli dari Papua, Bikin Merinding!

Wujud Mumi Asli dari Papua, Bikin Merinding!

Melihat mumi Papua lebih dekat (Hari Suroto/Istimewa)

Setelah kendaraan sampai pada kilometer 35 Jalan Trans Tolikara, maka dilanjutkan dengan trekking menyusuri kebun sekitar 2 kilometer, kemudian dilanjutkan dengan menyeberangi Sungai Baliem dengan perahu tradisional.

Mumi Pumo dikenal juga sebagai mumi Agatmamente Mabel. Mumi ini tersimpan baik dalam kotak penyimpan khusus. Kotak ini disimpan dalam honai. Untuk masuk ke lokasi mumi, setiap traveler harus membayar Rp 50.000.

Traveler dapat berfoto bersama mumi di dalam honai, tanpa mengeluarkannya dari dalam kotak penyimpan, hal ini untuk menjaga mumi Pumo dari kerusakan.

Jika traveler ingin berfoto dengan pakaian tradisional suku Dani serta atraksi memasak tradisional dengan bakar batu, maka traveler sebaiknya bernegosiasi dulu pada keluarga penjaga mumi untuk harga setiap paketnya.

Saat ini mumi dijaga oleh keturunan mumi Pumo yaitu Eligius Mabel. Selama pandemi covid-19, tidak ada traveler maupun agen perjalanan yang berkunjung ke mumi Pumo.

Dengan biaya pribadi, Eligius Mabel pun tetap merawat mumi Pumo. Hal ini dia lakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhurnya.

Lihat Juga: 

Tidak Bersalah, Kini Pastor Swamy Sakit Keras Di Penjara

Bagaimana Beriman di Tengah Pandemi Virus Corona?

Tensi Memanas, Simak Kekuatan Militer Israel dan Iran

Mengenal Mumi Papua yang Belum Banyak Orang Tahu

Mungkin belum banyak orang yang tahu, Papua punya Mumi. Warisan dari leluhur ini menjadi salah satu bukti betapa kayanya budaya Papua.

"Ada 5 suku di Papua yang punya tradisi kematian berupa jenazah dijadikan mumi yaitu suku Mek di Pegunungan Bintang, suku Dani di Lembah Baliem, suku Moni di Intan Jaya, suku Yali di Kurima dan suku Mee di Dogiyai," kata peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto kepada detikcom, Senin (13/8/2019).

Hari menjelaskan, jenazah yang dijadikan mumi bukanlah jenazah orang sembarangan. Biasanya, merupakan jenazah seseorang yang dinilai berjasa bagi sukunya, baik itu merupakan kepala suku, panglima perang atau orang yang sangat dihormati.

"Ada tahapan-tahapan dalam mempersiapkan dan menangani mumi, yaitu menunjuk anggota suku yang bertugas mengerjakan proses pemumian, menyiapkan kayu bakar, dan menyiapkan honai sebagai tempat pelaksanaan pemumian," terangnya.

Mumi Suku Dani di Lembah Baliem, Wamena (Afif Farhan/detikcom)

Dalam proses pengerjaan mumi, terlebih dahulu mayatnya diasap dengan kayu bakar. Sebelum pengasapan dilakukan, dipersiapkan babi yang baru lahir sebagai tanda waktu.

Waktu pengasapan berlangsung adalah sejak babi lahir sampai babi tersebut mempunyai taring yang panjang. Setelah selesai pengasapan, kemudian dilakukan upacara-upacara untuk memandikan para petugas, pelepasan mumi dengan memotong babi yang digunakan sebagai tanda waktu dan mengalungkan ekor babi yang dipotong tersebut ke leher mumi. Setelah semua proses pengerjaan mumi selesai, maka diakhiri dengan pesta bakar batu.

Mumi di Wamena (Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua/Istimewa)

Menariknya, ada satu proses lain dalam pemumian di Papua. Suku Mek, menaruh jenazah di atas pohon selama satu tahun sehingga menjadi mumi secara alami.


"Cuaca yang dingin di atas pohon menjadikan jenazah terawetkan secara alami. Baru setelah itu, diturunkan dan ditaruh di dalam gua," terang Hari.

Lihat Juga:

Pelanggan Prostitusi di Sunter Coba Kabur Terobos Polwan

Mengiris Tuak dan Menyuling Sopi (Ko'a tua no teen tua) Gaya Orang Timor di Pinggiran Kota

Tarian Bidu Persembahan Rakyat Malaka Untuk Dr. Simon Nahak, SH, MH dan Kim Taolin, S.Sos (SNKT)


Jadi ada dua metode pemumian di Papua, yakni diasapi dan ditaruh di atas pohon. Kemudian, muminya ada yang ditaruh di dalam honai (rumah tradisional Papua) dan ada di dalam gua.

"Kalau dilihat, mumi-mumi di Papua itu posisinya duduk. Alasannya dalam konsep prasejarah, penguburan dalam posisi duduk ibarat bayi dalam kandungan," terang Hari.

Pada umumnya, yang dijadikan mumi adalah seorang laki-laki. Namun, ada juga mumi perempuan di Papua yang rupanya tidak sengaja terbentuk karena cuaca dingin dan ditemukan di dalam gua.

"Mumi perempuan hanya satu, yaitu mumi Yamen Silok di Kurima," terang Hari.


Sejauh ini, sudah terdata 6 mumi di Papua yaitu 4 di suku Dani, 1 di suku Yali dan 1 di suku Moni. Tiap suku, memiliki masing-masing nama sebutan untuk muminya. Misal di suku Dani di Wamena, mumi-mumi di sana disebut mumi Kurulu, mumi Pumo, mumi Araboda dan mumi Jiwika.

Mumi Kurulu di Wamena (Johanes Randy/detikcom)

Mumi pada suku Dani di Wamena pun paling sering dikunjungi wisatawan. Apalagi saat pagelaran Festival Lembah Baliem, ada banyak operator tur yang menawarkan paket perjalanan untuk melihat mumi.

Yang mesti kamu tahu, wisatawan yang mau melihat mumi biasanya dikenai biaya Rp 50-100 ribu. Biaya tersebut, nantinya akan digunakan oleh masyarakat setempat.

Menurut Hari, mumu-mumi pada suku Dani sudah dikonservasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayawijaya bersama Balai Arkeologi Papua pada tahun 2017 silam. Sayangnya, masih banyak juga mumi yang belum dijaga dengan baik.


"Wisatawan harus diedukasi untuk tidak memegang mumi, cukup berfoto. Selain itu, maysarakat belum mengenal atau belum tahu bagaiamana cara menjaga mumi," tutur Hari.

Wisatawan yang berfoto dengan mumi di Wamena (Afif Farhan/detikcom)

Contohnya, mumi harus ditempatkan di tempat yang kering, dijaga dari gangguan serangga dan tikus maupun binatang peliharaan seperti anjing. Mumi yang diletakan di dalam honai juga harus dijaga dengan baik, supaya tidak rusak jika honainya terbakar.

Secara tradisional, masyarakat yang merawat mumi hanya dengan cara diasapi dan dilumuri lemak babi. Mereka tidak pernah diberi pelatihan perawatan mumi. Hingga saat ini belum ada juru pelihara yang ditunjuk oleh instansi resmi pemerintah untuk menjaga dan merawat mumi.

Lebih dari itu, mumi di Papua yang diperkirakan usianya 300-an tahun nyatanya menjadi misteri. Hari mengungkapkan, masih banyak mumi yang belum terdata!

"Berdasarkan informasi, ada 3 mumi lagi di suku Mee tetapi keluarga atau pemilik merahasiakannya. Alias, orang luar tidak boleh lihat," terangnya.

"Ada juga yang tersebar di hutan-hutan pedalaman yang sulit diakses," tutup Hari.


---
Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.

 

Referensi Berita:

https://travel.detik.com/domestic-destination/d-5352191/wujud-mumi-asli-dari-papua-bikin-merinding?tag_from=wp_belt_lifestyle&_ga=2.41438818.1107118360.1611806888-

https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4662477/mengenal-mumi-papua-yang-belum-banyak-orang-tahu

 

 

Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama