5 Fakta Kain Tenun Sumba, Mulai dari Makna Sakral sampai Harga Mahal

5 Fakta Kain Tenun Sumba, Mulai dari Makna Sakral sampai Harga Mahal

Kain Tenun Sumba


Setapak rai numbei - Jika traveler melancong ke Nusa Tenggara Timur (NTT), jangan lupa untuk membawa buah tangan berupa kain tenun Sumba. Kain ini memiliki nilai estetika dan spiritual yang tinggi.

Kain tenun Sumba merupakan salah satu karya kebanggaan masyarakat di Sumba Barat dan Sumba Timur. Ilmu membuat kain ini sudah diwariskan secara turun-temurun hingga kini.

Sehelai kain tenun Sumba sungguh bernilai sebab proses pembuatannya yang tak mudah. Pada zaman dahulu, pembuatan kain akan dilakukan oleh satu orang. Namun kini masyarakat sudah mulai bergotong-royong membuatnya untuk memenuhi permintaan pasar.

Untuk lebih mengenal mengenai kain tenun Sumba, simak sejumlah fakta berikut ini yang sudah detik Travel kumpulkan dari berbagai sumber.

1. Pembuatan kain tenun Sumba memakan waktu lama

Pameran kain tenun bertajuk "Menguak Spritualitas dan Simbolisme di Balik Seni Tenun Ikat Pewarna Alam Sumba Timur" digelar di Museum Fatahillah, Jakarta. Foto: Agung Pambudhy

Membuat selembar kain tenun Sumba tak semudah membalikkan telapak tangan. Terdapat sejumlah proses yang harus dilalui.

Secara garis besar, proses itu dimulai dari membuat motif, memintal benang, menenun, mewarnai, mengeringkan, hingga menutup kain. Dalam bincang-bincang bersama salah satu anggota keluarga penenun tenun Sumba, Umbu Ignas, proses itu memakan waktu mulai dari hitungan bulan sampai tahun.

"Membutuhkan waktu 8 bulan sampai setahun untuk kain yang menggunakan pewarna alam. Kalau pewarna campuran (alam dan kimi) membutuhkan waktu 6 bulan. Sedangkan warna kimia membutuhkan waktu 3-4 bulan," kata dia.

Lihat Juga: 
Kerikil pada jalan berdebu

2. Motif menggambarkan kepribadian dan sakral


Motif pada kain tenun Sumba itu tidak dibuat dengan sembarangan. Para perajin bahkan mendapatkan ide pembuatan motif melalui mimpi atau dengan mencari inspirasi yang tak sebentar. Maka dari itu, motif kain tenun Sumba disebut memiliki nilai spiritual yang sakral.

Setiap motif yang dibuat para penenun memiliki makna yang menunjukkan karakter si pemakain kain. Oleh sebab itu, pada zaman dahulu, pengerjaan kain tenun ini hanya dilakukan oleh satu orang supaya motif yang ia buat tidak ditiru orang lain.

"Motif-motif itu sebenarnya dibuat untuk suami dan dirinya sendiri. Dari motif-motif itu sebenarnya ada karakter dari si pemakai," kata Umbu Ignas.

"Misalnya burung kakatua, itu simbol dari persatuan. Lalu kalau pemakaianya adalah seorang pemimpin, biasanya diberi motif kuda atau ayam," ujarnya.

Akan tetapi dewasa ini, kain tenun Sumba juga ada yang diproduksi untuk tujuan komersial sehingga perajin membuat motif yang sesuai kemauan pasar. Oleh sebab itu, makna filosofinya tak sekental pada zaman dahulu.

"Kalau pasarnya menyukai suatu motif, dia akan mengikuti motif itu. Kalau pasar tidak suka, dia akan membuat motif yang coraknya lain,"katanya.

3. Dibuat menggunakan pewarna dari alam


Kain tenun Sumba menggunakan pewarna alami yang membuatnya awet hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Pewarnaan ini memanfaatkan akar mengkudu untuk mendapatkan warna merah. Kemudian biru dari nila, kuning dari kayu kuning, dan cokelat dari lumpur.

Jika ingin mendapatkan warna lain, perajin akan mewarnai benang dengan warna dasar dulu kemudian dicampurkan dengan warna lain supaya didapatkan warna yang diinginkan.

Namun Umbu Ignas mengatakan, saat ini banyak juga perajin yang menggunakan pewarna kimia untuk mempercepat proses pembuatan kain. Inilah yang kemudian menjadi tantangan bagi para perajin tradisional yang masih bertahan melestarikan budaya penggunaan pewarna alami.


Lihat Juga: Eksotik dan Spesial Nusa Tenggara Timur (Sajak Jalan Setapak, Puisi Musikalisasi alam NTT)


4. Harga Yang Tinggi



Karena proses pembuatannya tidak mudah, kain tenun Sumba pun dijual dengan harga yang tinggi. Tapi jangan khawatir, soal kualitas, kain tenun Sumba yang asli akan mampu bertahan lama.

Dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, harga kain tenun Sumba dibanderol mulai harga Rp 150 ribu sampai puluhan juta. Ini tergantung pada jenis pewarnaan yang digunakan serta motif pada kain. Jika menggunakan pewarna kimia dan motifnya sederhana, harganya akan lebih murah.

5. Tantangan dalam melestarikan tenun Sumba


Umbu Ignas menjelaskan sejumlah tantangan dalam melestarikan dan memasarkan kain tenun Sumba. Pertama adalah soal penggunaan pewarna kimia yang jelas lebih cepat dan murah dalam produksinya.

Padahal dari segi kualitas, pewarna alami lebih baik dan banyak perajin tradisional di desa-desa yang bertahan menggunakan metode ini. Sayangnya, dalam pemasaran kain ini kalah dengan pewarna kimia.

Kedua adalah tantangan dari daerah lain yang mengkopi motif tenun Sumba, misalnya kain dari Troso, Jepara. Konsumen masih belum bisa membedakan motif yang asli dari Sumba dengan dari Jepara sehingga seringkali mereka terkecoh.

Dewasa ini, perajin kain tenun Sumba juga harus bersaing dengan teknologi printing. Dengan adanya printing, kain lebih mudah diberi motif dan diproduksi massal. Konsumen pun lebih tertarik lantaran harga lebih murah dan mudah dibuat menjadi berbagai jenis pakaian.

Untuk menghadapi tantangan itu, Umbu Ignas bersama dengan program Rumah Asuh dari Yori Antar membuat Rumah Tenun yang dapat membantu melestarikan dan meningkatkan produksi kain tenun Sumba. Hingga kini, sudah ada 10 Rumah Tenun di Sumba Timur yang mewadahi para perajin tenun Sumba.

 

Artikel ini diambil dari:

https://travel.detik.com/travel-news/d-5375650/5-fakta-kain-tenun-sumba-mulai-dari-makna-sakral-sampai-harga-mahal/

 

 


Suara Numbei

Setapak Rai Numbei adalah sebuah situs online yang berisi berita, artikel dan opini. Menciptakan perusahaan media massa yang profesional dan terpercaya untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan bijaksana dalam memahami dan menyikapi segala bentuk informasi dan perkembangan teknologi.

Posting Komentar

Silahkan berkomentar hindari isu SARA

Lebih baru Lebih lama