Kawasan
kota lama di Mosul, di Irak utara, sedang berbenah. Proyek restorasi rumah
ibadah tengah dijalankan agar masjid dan gereja bisa kembali berdiri megah
seperti sedia kala.
Masjid
dan gereja, dan tentu saja rumah-rumah warga rusak berat ketika kelompok yang
menamakan diri Negara Islam (ISIS) merebut kota di tepi Sungai Tigris ini pada
pertengahan 2014.
Pada
2016-2017 pecah perang antara petempur ISIS dan pasukan koalisi yang berakhir
dengan pembebasan Mosul. Kawasan kota lama seperti tak dikenali.
Rumah-rumah
warga, gereja dan masjid, yang berdiri berdampingan selama berabad-abad, rusak
berat. Upaya restorasi kota lama dilakukan di bawah supervisi badan pendidikan,
sains, dan kebudayaan PBB (Unesco).
Salah
satu fokus kerja Unesco adalah membangun kembali masjid dan gereja di kota
lama.
Dan
dalam prosesnya, Unesco mendorong warga Muslim dan Kristen untuk bergotong-royong
membangun kembali dan memperbaiki tempat ibadah.
Warga
Kristen bangun masjid, warga Muslim bangun gereja
"Kami
mendorong warga Kristen untuk bekerja membangun kembali masjid ... dan
sebaliknya kami juga mendorong warga Muslim untuk membangun kembali gereja.
Itulah salah satu tujuan proyek ini [yaitu meneguhkan rasa kebersamaan semua
warga]," kata Omar Yasir Adil Taqa, asisten koordinator Unesco di Mosul.
Hidup
berdampingan secara harmonis adalah salah satu spirit kota Mosul. Kebersamaan
dan persaudaraan dihormati oleh warga Muslim, Kristen, dan Yazidi yang tinggal
di kota ini, kata Emad Sabri Abdulahad, penyelia keamanan Unesco.
"Kami
hidup bersama di sini," ujar Abdulahad.
Anas
Ziad, pegawai Unesco yang terlibat proyek restorasi rumah ibadah di Mosul
mengatakan selama sekitar tiga tahun ISIS memisahkan antara warga Muslim dan
Kristen.
"Namun
sekarang kami bisa bersama lagi, bersama-sama antara warga Muslim, Kristen, dan
Yazidi membangun kembali Mosul," kata Ziad.
Spirit
kebersamaan inilah yang ingin dihadirkan kembali saat merestorasi masjid dan
gereja.
Masjid
yang dibangun kembali adalah Masjid al-Nuri.
Bangunan
dan menaranya yang miring pernah menjadi simbol kota Mosul. Namun masjid ini
dihancurkan oleh petempur-petempur ISIS ketika mereka dipukul mundur pada 2017.
Taqa,
asisten koordinator Unesco, mengatakan ISIS sengaja mencoba menghancurkan Mosul
dan dalam prosesnya ingin pula menghancurkan sejarah kota ini.
Taqa
mengungkapkan para pekerja memindahkan lebih 5.600 ton puing-puing yang berserakan
di kompleks masjid.
Selain
itu, warga dan para pekerja harus pula memindahkan sekitar 20 bahan peledak,
beberapa di antaranya oleh petempur ISIS ditanam di dalam tembok masjid.
Penghormatan Suku Mamulak-Kampung Numbei, Kabupaten Malaka Terhadap Bei Nai (buaya)
Inilah Ikhtiar Petani di Kebunnya (Sajak Irama Petani)
Di antara puing, ada harapan
Para
pekerja membangun kembali masjid dan gereja secara berhati-hati. Sebisa mungkin
mereka menggunakan material asli.
Selain
merestorasi masjid al-Nuri, Unesco juga membangun kembali gereja al-Saa'a dan
al-Tahera.
Di
kompleks gereja al-Saa'a para pekerja membersihkan bangunan dari mortir, ranjau
darat, dan beberapa jasad warga. Ketika menguasai Mosul, para petempur ISIS
menggunakan gereja ini sebagai salah satu kubu pertahanan.
Kepada
wartawan BBC, Omar Ali, salah satu koordinator Unesco mengatakan masih terlihat
jejak-jejak keberadaan ISIS.
"Anda
bisa melihat tali-tali ... kami mendengar laporan bahwa mereka menggantung
orang-orang di sini," kata Ali. Ia mengatakan Mosul saat ini dalam proses
penyembuhan.
"Kehidupan
di sini berangsur-angsur kembali normal," kata Ali.
Bagi
Romo Emmanuel Raed Adel restorasi tempat ibadah di Mosul adalah salah satu
kabar yang paling menggembirakan.
Ia,
bersama banyak warga Kristen lain, meninggalkan Mosul untuk menyelamatkan diri
ketika ISIS menguasai kota pada 2014.
Romo
Adel kembali ke Mosul dan aktif terlibat dalam proyek restorasi tak lama
setelah pertempuran berakhir. Gerejanya, al-Bishara, kini sudah berfungsi
normal.
Paus
Fransiskus telah mengumumkan akan berkunjung ke Mosul pada Maret 2021. Di
antaranya, Paus akan berkunjung ke masjid al-Nuri dan beberapa gereja di kota
ini.
"Kami
sangat senang ketika mendengar Paus Fransiskus akan berkunjung ke Irak. Kami
lebih berbahagia lagi karena Paus rencananya akan berkunjung ke Mosul. Ada
banyak puing-puing di kota ini, namun di antara puing-puing ini ada juga
harapan," kata Romo Adel.
"Ada
juga aspirasi dan koeksistensi yang damai," katanya.
***
Artikel ini diambil dari:
https://www.ikatolik.net/2021/02/warga-muslim-dan-kristen-irak-gotong-royong-bangun-masjid.html