Romo Boni |
Alkisah, suatu hari, Romo Boni, seorang Rohaniwan
Katolik menengok seorang tetangganya yang tengah dirawat di sebuah rumah sakit
Kota Purwokerto.
Saat itulah, seorang tenaga medis rumah sakit
tersebut bergegas mendekati romo bernama lengkap Boni Fausius Abbas ini.
Si dokter mengatakan ada seorang pasien yang tengah
sekarat, atau jelang kematian.
Ini adalah rumah sakit yang berafiliasi dengan
organisasi yang identik dengan agama Kristen. Tentu, Romo Boni ini sudah
dikenal sebagai rohaniwan.
Belakangan diketahui, pasien yang dimaksud adalah
seorang muslim. Jiwa toleran Romo Boni diuji. Hatinya sempat gundah.
“Saat itu pasien masih sadar,” ucapnya.
Sebagaimana yang diketahui, ketika seorang muslim
hendak meninggal dunia, maka pendamping rohani yang bisa dari kalangan keluarga
atau pemuka agamanya menuntunnya untuk mengucapkan kalimat Allah dan syahadat.
Masalahnya, pikir Romo saat itu, jika ia mengucapkan
syahadat, maka secara agama Katolik salah. Pun, ia ragu sebagai penganut
Katolik menuntun seorang muslim mengucapkan kalimat-kalimat suci dalam agama
Islam.
Namun, ia melihat tak ada orang yang menuntun pasien
muslim. Nuraninya pun bergemuruh lebih kencang untuk menolong saudara muslimnya
ini. Karenanya, ia bertekad menuntun si muslim mengucapkan syahadat atas nama
toleransi.
Saat Romo Boni
Tuntun Seorang Muslim Bersyahadat
“Saya berulang-ulang mengucapkan Asyhadu Allaa
Ilaahaillallaah, Wa Asyhadu Anna Muhammadarrosulullah. Saya ingin agar ia
berada dalam keimanannya,” ucap pastor Gereja Santa Theresia, Majenang,
Kabupaten Cilacap, ini.
Usai menuntun pasien yang menghadapi kematian itu,
Romo Boni kembali ke kamar perawatan tetangganya. Dua jam kemudian, ia dikabari
bahwa pasien muslim tersebut sudah meninggal dunia. Romo pun berdoa agar pasien
muslim itu meninggal dunia dalam iman dan Islam.
Kisah itu diceritakan oleh Romo Beni ketika menjadi
pembicara dalam Sarasehan Budaya dan Buka Bareng Kerukunan Umat Beragama
bertajuk ‘Wareg Bareng Kencot Bareng’ yang digelar Komunitas Kristiani dan
Komunitas Muslim di Majenang dua tahun lalu.
Romo Boni yakin, apa yang dilakukannya tak salah.
Sebab, ia hanya ingin menolong agar saudaranya yang berbeda agama itu kembali
kepada Tuhannya dalam keimanannya.
Menurut dia, agama adalah jalan menuju Tuhan. Agama
yang berebeda menyebabkan jalan menuju Tuhan berbeda. Namun tiap jalan ini
punya tujuan akhir yang sama, yakni Tuhan.
Tiap agama mengajarkan kebajikan yang sama. Dan
toleransi di antara agama bisa dibentuk jika ada dialog dengan keterbukaan
menerima perbedaan.
Perbedaan itu bukan berarti antar umat beragama
saling bertarung. Agama mengajarkan untuk saling menerima dan menghargai.
“Agama tidak menyebabkan kita berkelahi. Dalam agama
kita diajarkan untuk saling menghormati,” ujar Romo Boni.
***
Referensi Berita:
Lihat Juga:
Dilematis Mengais Rejeki Halal di Tanah Perantauan
Wonder Woman Sejati Yang Hidup 2000 Tahun Lalu
Kita Berada Dalam Bingkai Waktu