Alm. Bapak Hendrikus Molo |
Berita duka ini sangat mengagetkan saya. Perjumpaan
saya yang terakhir dengan almarhum yakni Sabtu, 2 November 2019 di pekuburan
umum Kampung Numbei, Desa Kateri. Saat itu Beliau datang membakar lilin di
kuburan mendiang istrinya. Dipertemuan singkat ini banyak hal yang kami
bicarakan mulai dari saling menanyakan kabar sampai sharing pengalaman bersama
beliau.
Saya sendiri langsung teringat dengan kenangan
sewaktu saya bertemu terakhir dengan beliau yang rasanya itu baru terjadi kemarin.
Beliau berpesan kepada saya, “Saya senang sekali dengan anak muda yang penuh
dengan ide dan gagasan, tetapi tetap aksi nyatalah yang menentukan apakah
kebaikan itu bisa terwujud atau tidak.” Sebuah sentilan sewaktu saya
mengungkapkan gagasan-gagasan tentang bisnis dan ide pengembangan masyarakat.
Bahkan beliau menantang saya untuk membuat sebuah gebrakan proyek gerakan
sosial masif yang bisa mensejahterakan masyarakat secara umum.
Walaupun pertemuan saya dengan Pak Endik, (sapaan
kami sebagai anak muridnya) begitu singkat dan mungkin beliau juga senang dan
ingat dengan saya, tetapi saya akan selalu terkenang dengan gebrakan beliau
yang benar-benar seorang yang berorientasi aksi. Beliau selalu tidak pernah
banyak berkata. Jika itu memang kebaikan, maka lakukanlah! Salah satu nasihat
yang pernah saya dapatkan dari beliau, “Makna dan keberhasilan hidup itu bukan
bergantung dari seberapa banyak sertifikat yang kamu dapat, tetapi bagaimana
keberadaanmu senantiasa dinanti di hati setiap orang karena mereka merasakan
manfaat dengan adanya keberadaan dirimu.”
Saya sempat menitikkan air mata sewaktu beliau
menceritakan filosofi tentang buku, Visa ke Surga. Jikalau kita ingin ke
Jepang, Amerika, atau Eropa saja kita butuh visa, bagaimana jika kita ingin ke
surga? Kalau kita ingin masuk ke sebuah negara, kita akan dengan hati-hati
mempersiapkan segalanya. Mulai dari berkas-berkas, pengecekan formulir,
persyaratan, paspor, bahkan hingga interview. Lantas apakah langsung
dapat? Belum tentu, karena semua berkas harus diperiksa terlebih dahulu apakah
memang sudah memenuhi syarat.
Sama persis dengan visa ke surga. Sudahkah kita
mempersiapkan segala macam berkas-berkas yang kita perlukan untuk bisa
menginjakkan kaki ini di surgaNya? Berapa banyak ibadah yang sudah kita lakukan
dengan ikhlas tulus kepadaNya? Berapa banyak manfaat yang sudah kita semaikan
di dunia untuk kebaikan manusia ciptaanNya? Setelah sekian banyak kita
melakukan keduanya, bisakah kita memastikan bahwa kita mendapat visa itu?
Tidak, untuk itulah setiap visa ke surga yang turun bukan karena amalan yang
kita lakukan, tetapi memang karena rahmat Allah yang menyebabkan visa itu
turun.
Jika orang yang sudah banyak beribadah dan menyemai
manfaat saja masih belum pasti mendapat visa, bagaimana dengan mereka yang
menyia-nyiakan hidup mereka tanpa kebaikan sama sekali? Bahkan, seorang Nabi yang
visanya sudah pasti turun pun masih terus melaksanakan doa dan rutinitas wajib sebagai
orang yang beragama setiap hari secara konsisten.
Selamat jalan, guruku tercinta Bapak Hendrikus Molo.
Terima kasih sudah mengajarkan banyak ilmu untuk saya di lembaga pendidikan Formal SDI Numbei
dan sebuah pertemuan singkat sewaktu
engkau bertemu saya di pekuburan kala itu. Semoga apa yang kutuliskan ini bisa
menjadi tabungan ilmu bermanfaat yang kau berikan, dan membuatmu semakin cepat
mendapatkan visa ke surgaNya. Bapak Endik, saya terkenang dengan lagu-lagu yang
Bapak Endik ajarkan untuk kami di Sekolah Dasar dulu di kala kami harus
mempersiapkan acara kesenian baik untuk Hari Raya Natal dan juga Paskah. Satu
lirik lagu yang saya masih ingat adalah “Yesus itulah satu-satunya, Penolongku
yang Setia. Ia Berjanji Akan Kembali angkat kita semua”. Bapak Lagu ini kini
menjadi nyata untuk Bapak, Yesus telah memanggilmu menuju taman firdaus yang Ia
janjikan. Bapak Endik, Selamat menikmati Perjamuan Surgawi. Bapak Endik Sang
Seniman yang mengajarkan saya banyak hal dengarkanlah sajak perpisahan ini dari
mantan anak muridmu,
Selamat Jalan
Guruku
Dirimu takkan
terganti,
Pengabdianmu
sungguh berarti,
Nasihatmu selalu
mengiringi,
Kemanapun aku
akan melangkahkan kaki.
Engkau bak
cahaya,
Menerangi
hidupku yang gelap gulita,
Kau berikan ilmu
yang berguna,
Sebagai bekal
hidup ketika aku dewasa.
Namun kini
engkau telah tiada,
Kepergianmu
meninggalkan duka,
Dan tetesan air
mata,
Mengiringi
kepergianmu untuk selamanya.
Aku hanya bisa
berdoa,
Agar Tuhan
membukakan jalanmu ke surga,
Dan kata
terakhir untukmu,
"SELAMAT
JALAN GURU TERBAIKKU"
Goresan Sederhana dari mantan anak didik Alm. Bapak
Hendrikus Molo
Frederick Mzaq
Kematian Tidak Mematikan Cinta dalam Ziarah Hidup