Presiden Sukarno dan Soeharto (AFP Photo/PANASIA-FILES) |
Supersemar lahir pada
11 Maret 1966, persis lima setengah dasawarsa bila dihitung mundur sejak
sekarang, Kamis (11/3/2021).
Dihimpun dari catatan pemberitaan detikcom, Supersemar berisi perintah dari Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk mengembalikan kondisi keamanan dan ketenangan, juga menjamin keselamatan Presiden.
Soeharto saat itu adalah Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) dan Panglima Angkatan Darat. Situasi yang perlu diamankan adalah situasi negara yang genting seusai peristiwa berdarah Gerakan 30 September, PKI menjadi musuh bersama, elite hingga simpatisannya diburu di mana-mana.
Supersemar menjadi
legitimasi Soeharto untuk membubarkan PKI. Setahun sejak Supersemar, yakni 12
Maret 1967, Soeharto menjadi Presiden RI menggantikan Sukarno.
Sejarah Supersemar
memang sudah populer, lengkap dengan kontroversinya. Namun misteri masih juga
tersisa. Berikut adalah hal yang belum terungkap dari Supersemar:
1. Naskah asli
Ditulis detikX,
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)
menyimpan tiga versi Supersemar. Enam tahun lalu, ANRI bekerja sama dengan
Pusat Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal Polri telah menguji tiga
versi Supersemar. Kesimpulannya, tak ada satu pun yang orisinal.
Dilansir Antara,
ANRI mengakui arsip Supersemar yang dimilikinya kini tidak asli. Pengakuan itu
disampaikan pada 13 Desember 2020 oleh Pelaksana tugas (Plt) Deputi Konservasi
ANRI Multi Siswanti.
"Kita memiliki
arsip Supersemar tapi itu dari berbagai versi. Setelah kita lihat dari
autentikasinya, ternyata itu bukan arsip yang asli," kata Multi Siswanti
saat diskusi daring.
Pencarian naskah
Supersemar asli masih terus dilakukan. Keberadaan Supersemar yang kini berusia
55 tahun ternyata masih misterius.
2. Supersemar berhubungan dengan suksesi?
Apakah Supersemar
berhubungan dengan suksesi kepemimpinan negara ini dari Sukarno ke Soeharto?
Yang jelas, Supersemar tidak diperuntukkan sebagai legitimasi pemindahan
kekuasaan oleh Sukarno ke Soeharto, melainkan sebagai perintah pengamanan.
Ditulis detikX,
Supersemar disusul oleh Surat Perintah 13 Maret 1966 sebagai koreksi. Lewat
Surat 13 Maret 1966, Sukarno mengingatkan Soeharto bahwa Supersemar adalah
surat perintah, bukan penyerahan kekuasaan. Sayangnya, Surat 13 Maret 1966 itu
juga sama 'gaib' dengan Supersemar.
Mantan Presiden Indonesia Soeharto. (Foto: Istimewa/AFP) |
Soeharto mengaku hanya
sekali saja menggunakan Supersemar sebagai landasan bertindak, yakni
menggunakannya untuk membubarkan PKI atas nama Sukarno. Selain itu, Supersemar
Begini keterangan
Soeharto:
Saya
atas nama daripada Presiden, karena wewenang daripada diambilken pada beliau
to. Lantas kita kumpul dan akhirnya kita bubarken PKI tersebut.
Ya
hanya satu kali itu saja saya gunaken daripada Surat Perintah Sebelas Maret
itu, walupun kemudian Surat Perintah Sebelas Maret dikukuhkan oleh MPRS,
ditetapkan Nomor 9, mempunyai kekuatan konstitusional, tapi toh memang ya tidak
perlu untuk digunaken, hanya sekali itu saja.
Mantan Kepala Staf
Kostrad saat 11 Maret 1966, Mayjen TNI (Purn) Kemal Idris, menyampaikan
pandangannya, dimuat dalam buku Eros Djarot, 'Misteri Supersemar'. Menurutnya,
Soeharto tidak melapor balik ke Sukarno begitu selesai melaksanakan tugas
sebagaimana tertuang dalam Supersemar.
"Itu tidak
dilaksanakan Soeharto, seolah-olah surat itu hilang dan dia mempergunakan itu
untuk mendapatkan kekuasaan sendiri," kata Kemal.
"Memang, soal
Supersemar nggak pernah direncana sebelumnya. Tapi di otak dia, barangkali, ah...
ini kesempatan. Saya nggak tahulah. Itu menurut pikiran saya saja. Memang policy-nya
Soeharto, ya kita sebetulnya tidak sadar pikiran jeleknya. Baru belakangan saya
tahu," ujar Kemal.
3. Basuki Rachmad cs bawa surat Soeharto untuk
diteken Sukarno?
Peristiwa proses
lahirnya Supersemar juga 'dibidani' oleh tokoh sentral bernama Brigjen Basuki
Rachmad. Dia adalah Menteri Dalam Negeri Kabinet Dwikora II Presiden Sukarno.
Selain Basuki, ada pula
Menteri Perindustrian Brigjen M Jusuf dan Panglima Kodam V Jaya, Amirmachmud.
Basuki cs mendatangi rumah Soeharto di Jakarta, dan Soeharto titip pesan kepada
Basuki cs supaya disampaikan ke Sukarno.
Salah satu pesan yang
terpenting, dikatakan Soeharto, "Sampaikan saja kalau saya diberi
kepercayaan, keadaan ini (situasi negara) akan saya atasi."
"Tidak ada surat
pesan surat perintah begini begini, he-he.... Karena dengan pesan itu, saya
nilai dengan pertanyaan yang terakhir, beliau sudah tahu," kata Soeharto
dalam video yang diunggah kanal YouTube HM Soeharto.
Mantan Kakostrad,
Mayjen TNI (Purn) Kemal Idris, menyatakan lain. Dia mengaku pernah membaca
Supersemar. Dia menyatakan Soeharto di Jakarta menyerahkan surat ke Basuki
Rachmat untuk diteken Sukarno di Bogor, surat itulah Supersemar.
"Terus Pak Harto
tulis surat kepada Sukarno bahwa dia tidak bisa bertanggung jawab kalau Sukarno
tidak memberikan kekuasaan kepada dia untuk mengatasi keadaan. Soeharto
menyuruh Basuki Rachmat membawa surat itu ke Istana Bogor," kata Kemal
dalam buku Eros Djarot, 'Misteri Supersemar'.
Entah bawa surat atau
tidak, yang jelas Basuki menyampaikan pesan Soeharto ke Sukarno di Bogor.
Sukarno meneken surat yang kemudian dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas
Maret (Supersemar).
tidak lagi dia gunakan.
Apakah Supersemar digunakan untuk legitimasi suksesi? Soeharto tidak berbicara
itu dalam rekaman video yang diunggah kanal YouTube HM Soeharto,
memuat keterangan Soeharto pada 1994.